Someday Unexpected Love - Bab 212 Arloji (1)

Sepanjang hari, saat kerja hati Helena He selalu dalam keadaan linglung, terpikir Nyonya Guan, terpikir Tony Lou, terpikir Margaret Chu juga....

Di malam hari, mobil Dennil Du diparkir di depan kantor majalah, dia datang untuk menjemput Helena He untuk pergi ke Hotel Hilton.

"Suamiku, apakah ibu mertua ada memberitahumu kalau adikmu sudah meninggal di lima tahun yang lalu?"

Dennil Du mengangguk dengan hati yang berat, "Sudah bilang."

"Apakah kamu percaya?"

Tatapan menoleh padanya, dan dia menjawab dengan tegas, "Percaya."

"Kenapa percaya?"

"Mengapa kamu tidak percaya?" ,dia berhenti, "Emangnya dia bisa mengutuk putranya untuk mati?"

Ini juga masalahnya. Helena He merasa lega. Mungkin dia terlalu sensitif. Perkataan Ibunya selalu tidak bisa diharapkan. Siapa yang bisa menjamin itu pasti benar.

Mobil berhenti, dia mendorong pintu dan melompat turun. menunggu Dennil keluar kemudian, dia merangkul lengannya berjalan masuk.

Ketika melihat ibu mertua, Helena He segera dengan tulus meminta maaf, "Ibu, minta maaf, karena aku ada kerjaan, jadi tidak dapat datang untuk menemuimu bersama Dennil Du tadi pagi hari."

Nyonya Guan tersenyum dengan ramah, "Tidak masalah, Aku sudah wanita separuh baya, apa baiknya untuk dilihat."

Dia menunjuk ke meja makan, "Ayo makan, aku meminjam dapur hotel mereka dan merebus sup jujube longan yam."

"Kalau begitu aku bisa ikutan juga."

Helena He dengan senang berjalan ke meja makan, melirik kearah hidangan makan yang istimewa, dengan mustahilnya bertanya, "Ibu, ini jangan-jangan masakanmu semua?"

"Bukan, kecuali sup jujube longan yam, lainnya semua aku menyuruh pelayan hotel yang antar kemari."

Ketiga orang makan di meja makan. Setelah makan malam, mereka terus mengobrol, tetapi kata-kata Nyonya Guan menjadi semakin berkurang. Pada akhirnya, hampir tidak terdengar suaranya.

"Dennil, bagaimana kalau kita bertamasya ke Prancis bulan depan?"

"Mengapa?"

"Aku menikahi denganmu belum lagi bulan madu?"

"Sudah nikah 1 tahunan, bulan madu apa ..."

"Yah, apakah kamu ingin bermain trik? Siapa yang memberitahuku sebelumnya bahwa aku pasti akan membayariku perjalanan bulan maduku di saat waktu luang?"

Dennil Du tersenyum, "Itu juga harus ada waktu luang, sekarang bukannya tidak ada waktu kan?"

"Aku tidak peduli. Jika kamu tidak punya waktu, kamu harus meluangkan waktu untuk membawa ibu, tiga orang bersama-sama.

"Siapa bilang aku bermain trik, sebenarnya siapa yang bermain trik? tahun lalu musim dingin aku ingin membawa kamu pergi ke Swiss untuk lihat salju, kamu gimana membalaskku, sekarang tidak ada waktu, tunggu ada waktu baru bilang lagi...."

Helena He bergegas mencubitnya dengan canggung, "Benci, katakan saja jika kamu tidak ingin pergi. Jangan mencari alasan."

Dennil Du mengedipkan mata dan memberi isyarat, Ibu ada berada di samping, jangan kehilangan proporsi.

"Ibu, kenapa kamu tidak bicara ..."

Dia buru-buru duduk di sebelah Nyonya Guan. Baru saja tadinya bermesra-mesraan, mendinginkan Ibu mertuanya, benaran sangat malu ...

"Aku dengar kalian berbicara saja."

Suara Nyonya Guan tercekat, dan Dennil Du bertanya dengan khawatir, "Bu, ada apa?"

"Tidak apa-apa."

“Tidak apa-apa, kenapa suaramu terdengar sedikit aneh.", Helena He membungkukkan badan melihat wajah dia yang saat ini sedang menunduk, tiba-tiba melihat air mata yang berkilau-kilau, sekejap sangat cemas bertanya, "Kamu kenapa menangis?"

"Benaran tidak apa-apa."

“Tidak apa-apa, mengapa kamu menangis?” , Dennil Du sudah duduk kemari, matanya penuh bimbang.

Dia mengangkat kepalanya, melirik putranya, dan menantu perempuannya, dan air mata mengalir ke hidungnya terus jatuh...

"Aku baru saja menyaksikan kalian begitu mesra, tiba-tiba terpikir ketika aku masih muda, jadi agak sedikit tersentuh saja."

Helena He memeluk bahunya, "Apakah kamu muda dengan ayah mertua, juga seperti aku dan Dennil sekarang kah?"

Dia menggelengkan kepalanya, "Jika seperti kalian, aku mungkin tidak bakal merasa sedih, dia sama sekali tidak pernah mencintaiku, bahkan sehari pun juga tidak pernah."

Mata Dennil Du terlihat membenci ayahnya, membencinya karena begitu tidak peduli pada ibunya.

"Meskipun Albert tidak pernah mencintaiku, tapi aku mencintainya, aku sangat mencintainya."

Mendadak Helena He terpikir sesuatu, dengan lembut bertanya, "Ibu, apakah kamu pernah memberi cincin pada ayah mertua?"

Nadya Guan menyeka air matanya dan mengangguk: "Ya, bagaimana kamu tahu?"

"Ayah mertua yang memberitahu padaku, bahkan dia memberikan cincin itu padaku, diatasnya terukir nama Nadya, sayangnya cincin itu dibuat hilang samaku."

"Tidak apa-apa, hilang ya hilang saja."

"Aku sangat bersalah, karena kiranya dapat menemukanmu dengan cincin itu, tapi sekarang, untungnya aku menemukanmu."

Dennil Du menyela: "Apakah cincin yang satunya lagi masih ada?"

Mata tertuju pada ibunya, dan Nadya Guan menghisap hidungnya, "Masih ada, aku selalu bawa di sisiku."

"Bolehkah aku melihatnya?"

Helena He tidak sabar, jika ibu mertua benar-benar dapat menunjukkan cincin yang sama, maka dia jamin, tidak bakal lagi curiga lagi, tidak lagi tidak tenang.

"Baiklah."

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu