Someday Unexpected Love - Bab 168 Rumah Tidak Damai (2)

Sekarang benar-benar tak ada jalan untuk mundur, Michelle Yang jelas mengetahui ia tak dapat mengelak lagi, akan tetapi ia masi belum mau kalah: baik, aku akan pergi!

Saat pagi hari, Dennil Du menunggu di lantai bawah, akan tetapi Michelle Yang sengaja memperlambat geraknya dan tak ingin turun ke bawah, kesabarannya telah habis kemudian ia bersiap untuk ke atas dan mengetuk pintu, suara pintu berderit terbuka, wajah pucat dan lesunya terlihat oleh pandangan mata Dennil Du: ayo jalan. Ia berkata.

Sesampainya di lantai bawah, Dennil Du menyuruh seorang pembantu untuk menggedong anak tersebut kemari, saat Dudu melihat Michelle Yang, ia pun menangis sangat kuat.

Anak tersebut jelas memiliki rasa takut, Michelle Yang segera menggendong Dudu, kemudian meneriakinya: apa yang sedang kamu tangisi?!

Saat ia meneriakinya seperti itu, Dudu menangis semakin menjadi-jadi, Dennil Du dengan kesal bertanya: mengapa kamu meneriaki anak itu?

Dennil, sepertinya dia tidak enak badan, perginya kita ubah hari lain saja ya? Nada bicaranya seketika melembut, wajahnya terlihat sedang bersedih.

Michelle, sebenarnya memang tidak perlu pergi, kau tak perlu menyiksa dirimu begini, anak itu bukanlah anakku, hari ini kau masih bisa mencari alasan untuk membebaskan diri, akan tetapi apakah besok masih bisa?

Apa, anak ini bukan anakmu!! Percakapannya yang barusan terdengar oleh Marsha Du, dengan kaget ia menghampiri mereka lalu bertanya.

Dennil Du tidak menghiraukan adiknya, ia hanya memusatkan pandangan dinginnya kepada wanita yang berada di sampingnya.

Ya Tuhan, ibu, ibu, cepat kemari! Marsha Du berharap dunia segera hancur, kemudian ia pergi ke lantai atas sembari memanggil ibunya, dengan terengah-engah ia masuk ke kamar orang tuanya dan berkata: Ibu, habislah sudah!!

Apanya yang habislah? Sinta Dou berkata dengan santai.

Itu...... itu anak si Michelle Yang bukahlah anak kakakku!

Apa?? Sinta Dou beserta Albert Du bertanya secara bersamaan, ekspresi wajah Albert Du lebih hebat di bandingkan dengan ekspresi wajah Sinta Dou.

Barusan tadi aku mendengar kakak ku sendiri yang mengatakannya, ia berkata anak itu bukanlah anaknya!

Ayah......

Suami ku......

Saat Marsha Du selesai mengatakannya, Albert Du yang tak dapat menerima semua ini kemudian pingsan.

Di depan pintu gawat darurat rumah sakit Bayangkara Bandung, Sinta Dou bertanya kembali kepada anaknya: Dennil, bagaimana mungkin anak itu bukan anakmu? Bukankah sudah tes DNA!

Tes DNA juga bisa di buat palsu.

Tidak mungkin, apakah Michelle Yang dapat melakukan itu? Wajahnya penuh dengan keraguan.

Tak usah di tanyakan kembali, sulit untuk di jelaskan. Dennil Du melambailan tangannya dengan lelah, di saat keadaan kritis ayahnya ini, ia tak memikirkan apapun di dalam benaknya

Dokter sudah keluar! Marsha Du berkata dengan keras.

Bagaimana keadaan ayah ku?

Dennil Du melangkah kedepan, ia bertanya dengan wajah serius.

Pasien mengalami shock, sekarang sudah lewat dari fase kritis, akan tetapi karena penyakitnya sangat parah, ia tak boleh mengalami shock kembali, oleh karena itu kalian semua harus memperhatikannya, tidak boleh memberikan beban kepada pasien, kalau tidak, nyawanya berada dalam bahaya......

Baik! Dennil Du menganggukkan kepalanya, kemudian berbalik badan dan berkata: apakah kalian dengar, untuk selanjutnya kalian harus lebih hati-hati!

Saat kondisi Albert Du telah stabil, hari itu Helena He kembali ke rumah keluarga Du, Dennil Du berdiri di depan tempat tidur, dengan sedih melihat kearah wajah ayahnya yang pucat.

Dennil, apakah anak itu...... adalah...... anak dari keluarga Du?

Albert Du yang baru saja siuman, hal pertama ialah memastikan apakah Dudu adalah anaknya atau bukan.

Benar, ayah.

Dennil Du yang mendengar larangan dari dokter, dengan terpaksa berbohong.

Tidak bohong kan?

Tidak!

Melihat raut wajah anaknya, Albert Du menganggukkan kepalanya dan merasa terhibur, air matanya mengalir jatuh ke daun telinganya.

Setelah keluar dari kamar pasien, Dennil Du meninggalkan rumah sakit dengan suasana hati yang berantakan, ia mengendarai mobilnya menuju pantai, kemudian mengirimkan sebuah pesan singkat ke Helena He: bisakah kamu keluar sebentar? Aku ingin menemuimu.

Helena He sudah mandi dan naik ke atas tempat tidur, ia sedang memegang sebuah laptop dan sedang mengobrol bersama Margaret Chu, seketika ia melihat Dennil Du mengirimkannya sebuah pesan singkat, ia merasa sedikit sedih, karena ia tau, hanya saat suasana hatinya tidak baik, barulah ia menggunakan pesan singkat untuk menghubunginya.

Alasannya, ia tidak ingin memberitahunya.

Baik, dengan cepat ia membalas, kemudian menutup laptopnya, lalu beranjak memakai baju, dan terburu-buru keluar rumah.

Hm, sudah begini malam, pergi kemana kamu? Yulia Yang melihatnya yang sedang terburu-buru, dengan hati yang resah ia mengejarnya dan bertanya.

Ibu, aku ada sedikit kerjaan, aku akan kembali nanti!

Belum sempat ia mendengar perkataan ibunya, kemudian dengan terburu-buru ia berlari di tengah kegelapan, dalam sekejap mata, bayangan nya menghilang tanpa jejak.

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu