Sederhana Cinta - Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
Saputra mendengar Gilang pernah mengatakan, Anita sangat peduli pada anaknya, jadi memperingatinya untuk tidak menyentuh anaknya, tidak boleh menyentuh sedikitpun, tapi Saputra harus menyelesaikan tugasnya, boleh saja tidak menyentuh, tapi boleh saja jika menakut-nakuti Anita.
Anita menggendong Tara erat-erat, matanya sangat defensif, dia mundur selangkah. "Saputra, kita sudah lama kenal! Jangan mencoba untuk menyentuh anakku!"
Saputra akhirnya memastikan bahwa orang di depannya benar-benar adalah Anita, dia telah berubah terlalu banyak, benar-benar sudah seperti orang lain, Anita yang seperti ini, apakah Gilang masih menyukainya? Jika masih menyukainya, lalu apa gunanya dulu dia melatih Anggun untuk berubah menjadi Anita?
Saputra menghela napas, "Anita, kita tumbuh besar bersama, aku dibanding teman yang lain sangat berharap kamu hidup dengan baik, sungguh, tetapi kamu juga harus mengasihani Gilang, satu tahun lebih ini, hari-hari yang dia lewati benar-benar bukan hari di mana orang biasa bisa lewati, aku sebagai seorang pria dewasa pun bahkan sangat mengasihaninya."
Melihat Anita tidak merespon, Saputra sengaja mengangkat tangannya untuk menyentuh anak itu, "Anita, jika kamu tidak mau mengikuti kami pergi, aku tidak bisa menjamin keselamatan anak ini..."
Anita makin memeluk Tara dengan erat, dia tahu dia tidak bisa menang jika melawan, jika orang-orang ini memaksa untuk merebut, bahkan jika polisi datang, anaknya sudah lebih dulu terkejut, dia hanya bisa mengikuti Saputra masuk ke mobil, "Aku tidak akan meninggalkan Jogja."
Saputra mengucapkan sepatah kata, "Baik." Dia pergi ke hotel tempat di mana Gilang tinggal, asalkan dia dengan cepat menyerahkan orang itu kepada Gilang, maka pekerjaanya telah selesai.
Di dalam hotel, Gilang membuka pintu, mengambil koper Anita dari pengawal, dia tidak berkata apa-apa, kemudian berbalik untuk merebus air.
Ada terlalu banyak kata, tidak bisa diucapkan, menunggu setelah air mendidih, dia akan berpura-pura seakan tidak ada yang terjadi kemudian bertanya, "Apakah Tara ingin minum susu? Aku sudah memasak air."
Anita ingin melarikan diri, tetapi dia sudah mencoba membuka pintu sekali, ada pengawal di luar, dia tahu dia tidak bisa kabur.
Saat ini, dia terkejut Gilang mengetahui nama anak itu, tapi itu hanya sesaat, dia tidak menjawabnya, menggendong Tara untuk membuka koper, mengambil susu formula.
Gilang melihat tindakan Anita yang enggan untuk melepaskan anak itu, dengan cepat mendekat untuk membantunya membuka kunci koper, kata sandi kopernya, dengan mudah dia memasukkan tanggal ulang tahunnya, suara "klik", kunci terbuka.
Suara "klik" itu, membuatnya melihat kunci itu selama beberapa detik, jantungnya seakan tertohok, dia tidak bisa menahan rasa sakitnya.
Dia tidak mendongak, jari-jarinya memegang ritsleting kemudian menarik ritsleting, napasnya makin lama makin berat, berusaha tidak membiarkan dirinya menarik napas panjang.
Saat itu dia mengatakan cinta padanya, "Kak Gilang, aku mencintaimu, aku tahu kamu menyukai wanita dengan rambut panjang, jadi aku memelihara rambutku menjadi panjang, aku akan belajar untuk memakai sepatu hak tinggi, Kak Gilang, aku sebagai pacarmu akan membuatmu sangat tenang, semua kata sandiku adalah tanggal hari ulang tahunmu, kamu tidak perlu khawatir bahwa aku akan menggoda lelaki lain, aku tidak punya rahasia di depanmu."
Pada saat itu dia berumur 19 tahun, senyumnya hangat dan ceria, kemudian, dia mengatakan kepadanya, "Aku sudah bersama dengan Anggun."
Dia melihat wajahnya masih tersenyum, tetapi bunga di matanya layu dalam sekejap, bunga-bunga itu tidak pernah mekar lagi di matanya setelah layu.
Untuk sekian lama, dia begitu terasing darinya, tetapi masih menggunakan ulang tahunnya sebagai kata sandinya.
Mungkin beberapa ingatan, jika telah mencapai pada suatu titik maka akan menjadi sebuah kebiasaan.
Anita terus menggendong Tara, memberinya minum susu, menceritakan dongeng, menidurkannya, Gilang tidak berkata apa-apa, hanya berdiri di samping, dalam diam menahannya.
Dia bukannya tidak ingin mengatakannya, tetapi dia tidak tahu kalimat mana yang benar dan mana yang salah.
Dia takut dia mengatakan kata yang salah dan membuatnya melawannya sambil menggendong anak itu, dia tidak rela ingin memaksanya kembali ke Semarang, lebih tidak rela lagi jika dia menjadi seperti hari itu menjerit dengan begitu sedihnya di jalanan. Dia sudah sangat bersalah padanya, tidak boleh lagi membuatnya tidak bahagia.
Novel Terkait
You're My Savior
Shella NaviLoving The Pain
AmardaCinta Dan Rahasia
JesslynSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaPergilah Suamiku
DanisMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMore Than Words
HannyWonderful Son-in-Law
EdrickSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu