Mendadak Kaya Raya - Bab 0378 : Video

“ini, ini… Lalisa ? !”

Akhirnya, seseorang telah menyebutkan sebuah tebakan yang sulit dipercaya dan mengagetkan hati semua orang.

Setelah itu, ada penggemar berat Lalisa yang berteriak dengan semangat, “Ini Lalisa, benaran Lalisa !”

Idola mereka bahkan sudah muncul di depan mata, ya ampun, jangan-jangan ini sedang di dalam mimpi !

Berbagai penggemar berat mulai menjadi sangat semangat, rasa kebahagiaan karena idola telah berada di depan mata membuat mereka hampir pingsan di tempat.

Namun setelah mereka melihat raut wajah Lalisa yang penuh dengan kesedihan, semua rasa bersemangat juga memudar secara perlahan-lahan.

Dalam seketika ini mereka baru menyadari kembali, saat ini idola mereka sedang menampilkan sebuah pertunjukan, bukan sedang membuka konser pribadi, apabila mereka menjerit dengan kuat di tempat ini, bukannya sedang menambah kekacauan terhadap idola mereka ?

Setelah berpikir seperti ini, semua penggemar berusaha menekan rasa antusias di dalam hatinya, lalu mulai fokus menyaksikan pertunjukan tersebut.

“Dia mengembara di dalam gang kehujanan yang kesepian ini

Memegang sebuah payung kertas

seperti diriku.

Dirinya yang seperti diriku

melangkah dengan perlahan-lahan.

Menjauh, bersedih, dan putus asa”

Pada saat melafalkan paragraf ketiga, Desta dan Lalisa yang berada di atas panggung sedang berjalan mendekati dengan langkah yang perlahan-lahan.

“Dia pelan-pelan mendekati.

Mendekat, lalu memberikan

tatapan yang bagaikan menghembus nafas.

Dia melayang melaluinya

bagaikan sebuah mimpi.

Menyedihkan dan membingungkan bagaikan sebuah mimpi.

Bagaikan sekuntum bunga cengkeh

yang terbang melayang di dalam mimpi.

Wanita yang melayang melalui sisiku.

….”

Di atas panggung, Desta dan Lalisa sudah berjalan hingga posisi berdampingan, mereka perlahan-lahan mengangkat kepala, lalu memberikan sebuah tatapan kepada orang di hadapannya.

Namun hanya dengan satu tatapan ini, mata Desta mengandung jejak mengagumi dan kesenangan.

Sementara tatapan Lalisa membawa jejak kemurungan dan kesedihan yang sangat dalam, seolah-olah ada ribuan kesedihan yang tidak dapat dicurahkan, bagaikan ada ribuan pemikiran yang tidak diutarakan, membuat orang yang melihatnya terasa bersedih hati.

“Memegang sebuah payung kertas.

Mengembara sendirian di dalam gang kehujanan

yang panjang dan sepi.

Aku mengharapkan

seorang wanita yang bersedih hati bagaikan bunga cengkeh

dapat melayang melalui sisiku.

…”

Tanpa disadari, puisi telah menginjak paragraf terakhir.

Desta dan Lalisa melangkah hingga ujung panggung, setelah itu saling menoleh kepala secara serentak, menjalankan interaksi tatapan untuk kedua kalinya.

Setelah itu, cahaya di atas panggung mulai padam semuanya.

Di dalam kegelapan tersebut, penonton di bawah panggung seolah-olah baru sadar dari mimpi, mereka bahkan terjerumus dengan tanpa sadar ke dalam adegan bagaikan mimpi yang terbentuk dari suara petir dan rintisan hujan.

Sebuah bayangan yang mengenakan jubah panjang berwarna hijau, sebuah bayangan indah yang mengenakan gaun merah menggairahkan, dan juga dua tatapan yang bagaikan hembusan nafas.

Pada belakang panggung, Linka meletakkan mikropon dengan gerakan lega, seluruh tubuhnya menjadi lemas dan jatuh terduduk di atas lantai, setelah itu di menggeleng kepala dan tersenyum pahit.

Dia benar-benar salut terhadap Desta dan Lalisa, mereka bahkan dapat kepikiran dengan pertunjukan seperti ini, mereka terus mengelabui dirinya dan tidak memberitahukan isi pertunjukan ini kepada dirinya, pada saat acara pertunjukan ini hampir dimulai, mereka baru memberikan puisi berjudul Hujan lampau ini kepada dirinya, lalu mengharuskan dia melafalkan puisi tersebut dengan penuh perasaan.

Sialan, mereka tidak merasa khawatir terhadap kemampuannya ya ?

Pada kenyataannya, Desta dan Lalisa bertindak demikian juga dikarenakan pertimbangan tertentu, selain melibatkan pertimbangan misterius, alasan paling pentingnya yaitu apabila mereka memberitahukan kepada Linka mengenai isi pertunjukan ini, Linka pastinya akan berpraktik terlebih dahulu untuk berulang kalinya.

Namun isi perasaan dalam melafalkan puisi bukan tergantung pada masa pratiknya.

Justru mereka khawatir kalau Linka akan menemukan jalan buntu apabila terlalu sering berpraktik sendiri, sehingga tidak bisa mengutarakan perasaannya dengan sempurna.

Oleh sebab itu mereka terus menyembunyikan isi pertunjukan ini terhadap Linka, mereka menyuruh Linka melafalkan puisi tersebut saat secara pertunjukannya dimulai, sehingga Linka akan melafalkan puisi tersebut setelah sekian tahun berlalu, dengan demikian, Linka pasti bisa mengutarakan perasaan yang paling tulus dan nyata di dalam hatinya.

Pada saat ini, cahaya lampu di panggung telah menyala kembali, begitu juga dengan cahaya lampu di dalam aula tersebut.

Namun bayangan Desta dan Lalisa telah menghilang di atas panggung.

Penonton di bawah panggung juga terbengong sejenak, setelah itu mulai melontarkan jeritan histeris untuk menjerit nama Lalisa, semoga Lalisa dapat keluar untuk bertemu dengan mereka lagi.

Beberapa teman sekelas Desta juga hampir melompat karena terlalu bersenang hati.

“Haha. Desta hebat juga ya, bahkan bisa mengundang Lalisa ke sini !”

“Luar biasa, Bang Desta memang nomor satu, nanti aku berlari telanjang di lapangan sambil jungkir balik, kamu harus membawa Lalisa datang melihat ya !”

“Diam, jangan mencemar mata idolaku dengan cangkang tubuhmu yang kotor itu !”

“Dasar kamu mau cari kelahi ya…”

Saat ini suara pembahasan terus menebar dengan kuat, seluruh gedung aula tersebut juga menjadi sangat bising dan kacau.

Namun Lalisa tidak akan mungkin muncul lagi.

Bagaimanapun acara perayaan kali ini adalah acara wisuda, pemeran utamanya adalah mahasiswa yang akan wisuda ini.

Apabila Lalisa muncul pada saat ini, kesannya seperti merebut penghargaan dan perhatian mahasiswa tersebut, dia hanya bisa memerankan pertunjukan dengan peran yang muncul sejenak, dengan demikian dapat menghasilkan efek yang paling besar dan juga tidak akan mempengaruhi proses berlangsungnya acara tersebut.

Sementara pada bagian tim juri, sekumpulan juri yang dipimpin oleh Sakuya juga terbengong kaku.

Mereka sama sekali tidak kepikiran bahwa hanya dengan acara perayaan wisuda ini, berbagai mahasiswa tersebut bahkan dapat mengundang Lalisa yang sebagai artis tingkat internasional ini untuk ikut menghadiri.

Sebenarnya berkat siapa ? Bukannya sangat menyeramkan ya ? Namun hal yang lebih menyeramkan lagi sudah terjadi, pada saat mereka masih terbengong kaku, asisten telah mengumpulkan semua kertas penilaian yang telah diisi oleh mereka, lalu memberikannya kepada pembawa acara untuk memperhitungkan total penilaiannya.

Saat ini pembawa acara sedang berjalan ke atas panggung dengan reaksi yang aneh, dia memegang mikropon dan berkata :”Selanjutnya, kami akan mengumumkan kepada semuanya mengenai nilai dari kelas 7 pada jurusan manajemen ekonomi.”

Semua mahasiswa langsung terdiam di tempat setelah mendengar demikian.

Mereka sangat penasaran sekali, acara pertunjukan yang dapat mengundang Lalisa pastinya akan mendapatkan nilai yang tinggi, lagi pula pertunjukan ini memang sangat unggul sekali, mereka bahkan sudah terbawa ke dalam suasana seperti puisi tersebut dengan tanpa sadar.

Bayangan yang murung dan kesepian itu, mungkin saja akan terus melekat di dalam otak pemikiran mereka untuk seumur hidupnya, bayangan yang tidak dapat terhapus lagi.

Pada saat mereka menanti dengan penuh harapan, pembawa acara berkata dengan nada kesusahan :”Acara pertunjukan berjudul Hujan lampau, menghapus sebuah penilaian tertinggi dan sebuah penilaian terendah, total penilaiannya adalah : 0 !”

Semua penonton di bawah panggung langsung terbengong kaku setelah mendengar demikian.

Reaksi wajah Sakuya dan juri lainnya juga berubah dalam seketika, saat ini wajah mereka menjadi sangat pucat sekali.

Setelah terbengong sejenak, beberapa penonton mulai berdiri dengan penuh amarah dan memaki dengan kuat :”Juri tidak beres, jangan ungkit dulu masalah kualitas pertunjukan, hanya dengan kehadiran Lalisa saja, penilaian 0 ini sudah sangat tidak wajar, otak juri ini memang sudah bermasalah !”

“Iya, barusan sebuah pertunjukan nyanyian saja sudah bisa mendapatkan nilai 7.6, idolaku adalah artis tingkat internasional, masih tidak bisa membandingkan dengan sebuah lagu hancur ya ? !”

“Trik gelap, selidiki ulang !”

“Trik gelap, trik gelap !”

Suara protes yang kekacauan terus bergema di dalam gedung aula yang besar ini.

Kepala Sekolah berjalan ke hadapan Sakuya dengan reaksi seram, lalu berkata dengan penuh amarah :”Kalian sedang buat apa, mengapa memberikan nilai 0 untuk pertunjukan yang begitu unggul ? Sumbang saja matanya kalau sudah tidak dipakai, jangan membuat malu di sini lagi, pimpinan departemen apanya pula, otaknya sudah tidak beres ya !”

Dahi Sakuya penuh dengan keringat, bibirnya terus bergetaran, namun dia tidak berani berkata apapun lagi.

Pada saat dia sedang memaki Desta di dalam hatinya, cahaya lampu di atas panggung mulai gelap lagi, setelah itu sebuah cahaya menyinari pada monitor yang berada di atas panggung, lalu mulai memutarkan sebuah video.

Mengapa alat proyektor yang berada di dalam aula ini bisa menyala secara tiba-tiba ?

Pada saat semua orang sedang kebingungan, Sakuya mengangkat kepala dan menatap isi video tersebut, setelah itu reaksi wajahnya menjadi putus asa.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu