Istri ke-7 - Bab 24 Tidak ingin bertemu dengannya

Claudius Chen yang berada di atas ranjang menatap ke arah ia berada, dengan kesulitan mengatakan sebuah kata, "Obat..."

Obat? Benar, dia masih memiliki obat.

Josephine Bai baru ingat bahwa kakak He pernah berkata, kalau penyakit Claudius kambuh, ia harus segera memberikannya obat.

Ia buru-buru bangkit dari pojok ruangan, mengambil sekotak obat dari dalam laci dan memasukkan sebutir ke dalam mulut Claudius.

Efek obatnya begitu cepat, setelah memakannya Claudius dengan cepat kembali tenang, ia tidur beralaskan lengannya.

Melihatnya tak lagi bergerak, Josephine kembali ke pojok ruangan dengan lega, tangannya masih memegang erat vas bunga.

Begitulah ia duduk di pojok ruangan, tangannya memeluk vas bunga, matanya menatap sosok pria di atas ranjang itu.

Dua puluh menit kemudian, ia melihat tubuh pria itu bergerak, syarafnya yang tak mudah rileks seperti kembali berkontraksi.

Claudius Chen turun dari ranjang dan berdiri di hadapan Josephine, ia menatap wanita itu sambil tersenyum dingin, "Takutkah?"

Josephine membuka mulutnya hendak berkata sesuatu. Bohong bila ia berkata tidak takut!

Ia menatap Claudius, namun tak bisa melihat dengan jelas ekspresi wajahnya, pun menebak apa yang ia pikirkan.

"Kau..." Josephine meletakkan vas bunganya, dengan kesulitan bangkit dari tempatnya, kedua kakinya yang berjongkok semalaman terasa kesemutan sampai tak mampu berdiri. Tubuhnya condong ke depan dan belakang, lalu jatuh ke arah tubuh Claudius.

Claudius dengan sigap memegangi lengannya, lalu berbisik di telinganya, "Kukira kau tak sama dengan perempuan-perempuan lain, tapi ternyata kau juga terkejut sampai kakimu lemas."

"Bukankah biasanya penyakitmu tak mungkin kambuh? Kamu bohong ya?" Sekujur tubuh Josephine menegang, ia mengernyitkan alisnya.

Sudut bibir Claudius bergerak-gerak, sorot matanya begitu dalam, "Kemarin malam...adalah kecelakaan."

Ia merasakan tubuh Josephine yang agak bergetar, ia tertawa, lalu dengan sengaja memeluknya erat.

Josephine merasa malu dan tegang, apakah ia tak tahu...ia masih bertelanjang dada, tidak bisakah mengenakan pakaian terlebih dahulu...

"Kamu...tidak kedinginan kah? Mau pakai baju dulu?" ujarnya mengingatkan.

Maksudnya jelas, ia menyuruhnya kembali ke kamar dan berpakaian dengan baik.

"Tidak dingin, memelukmu jadi tidak dingin." Claudius mengarahkan bibirnya ke bibir Josephine, lalu mengecupnya ringan. Semakin Josephine takut, Claudius semakin mendekat padanya.

Lalu ia memutar tubuhnya, menekannya di atas ranjang.

"Jangan begini..." Suaranya mengandung penolakan.

"Mengapa tak boleh begini? Kamu adalah istriku."

"Cukup!" Josephine tiba-tiba mendorong tubuhnya dengan penuh amarah, ia duduk dan memelototinya,"Kamu selalu berkata kalau aku adalah istrimu, tapi kamu tidak pernah memenuhi kewajibanmu sebagai suami! Sudah setengah bulan aku menikah denganmu, kamu hanya datang ketika butuh, ketika tak butuh, kamu menelantarkanku di rumah tak peduli hidup atau mati, bahkan kmau tak menunjukkan wajahmu sama sekali, kamu..."

Josephine tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, ia begitu marah sampai berderai air mata.

"Aku tak peduli hidup matimu?" Claudius tak melihat air mata Josephine, namun dapat mendengar suara tangisannya.

"Bukankah begitu?" Malam itu di kuil aku terkejut setengah mati, kamu bahkian tidak bertanya apapun padaku," Josephine mengusap sebentar air matanya lalu melanjutkan perkataannya, "Kalaupun aku dijual kepadamu oleh ayahku, tapi aku tetaplah istrimu, mengapa kamu tak bisa mengizinkanku untuk melihat wajahmu?"

"Kamu begitu ingin melihatnya? Apa kamu tak takut terkejut?" Claudius tersenyum dingin, ia teringat saat di cafe, ia tahu gadis ini semakin dibuat penasaran oleh kata-kata Joshua, semakin ingin ia melihat rupanya.

Setelah kejadian di cafe, ia tiba-tiba merasa hal ini menjadi seru sekali.

Josephine hendak berkata, ia memang agak cemas akan dikejutkan olehnya, namun dalam hatinya ia sangat penasaran, terutama setelah mendengar perkataan Joshua itu, ia sungguh ingin melihat seberapa buruk rupa Claudius sebenarnya.

"Sebetulnya...hanya dengan kamu baik padaku saja, aku tak akan peduli mau sejelek apa dirimu." Ia tiba-tiba menenangkan Claudius.

Vincent Lee begitu tampan, namun hasilnya? Bukankah tetap berselingkuh dengan Shella Bai?

"Jadi kamu tak perlu terus-menerus bersembunyi dariku, bagaimanapun kita adalah suami-istri, cepat lambat pasti akan tahu."

Melihatnya diam tak bergeming, Josephine mengangkat tangannya dengan ragu, meraba wajahnya, "Kalau kamu tak ingin memperlihatkan wajahmu padaku juga tak apa-apa, biarkan aku merabanya saja."

Ia meraba wajahnya sedikit demi sedikit dengan teliti, jelas adalah sebuah kontur wajah yang tegas, bagaimana bisa buruk rupa? Apalagi sampai tak berani bertemu orang?

"Apa kamu merasakannya?" tanyanya dingin.

Josephine menggeleng, "Tidak."

"Kalau begitu jangan raba lagi." Claudius menghempaskan tangan mungil wanita itu, lalu turun dari ranjang.

Ia tak ingin terlalu banyak berkontak dengan wanita itu, lebih-lebih sampai membuatnya ingat rupanya. bagaimanapun Josephine bukanlah takdirnya, cepat lampat mereka harus berpisah.

Dia tak bisa menjadi bersimpati padanya hanya karena kejadian di cafe, lalu membiarkannya bertindak bebas di hadapannya.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu