Istri ke-7 - Bab 189 Jesslyn (4)

Asisten Yan memandangnya dan bertanya: "Tuan Muda Chen, bukannya restoran hot pot ini enak? Mengapa Anda tidak memakannya?"

“Mungkin sudah ganti pemilik, rasanya sudah berbeda.” Dia meletakkan sumpit.

Asisten Yan memandang hotpot di atas meja, dan sebenarnya kelihatan sangat enak, namun tentu saja, dia mengerti apa yang dipikirkan Claudius Chen, jadi dia juga meletakkan sumpitnya, "Jika begitu mari kita makan di tempat lain."

"Aku sudah kenyang, kamu makan saja secara perlahan."

"Aku sedang diet belakangan ini." Asisten Yan menyeka mulutnya dengan kertas tisu dan mengangkat tangannya untuk meminta bill kepada pelayan.

Setelah membayar bill, keduanya berjalan keluar dari restoran hotpot, dan kebetulan ada truk pickup di pintu yang menghalangi mobil mereka, kelihatannya posisi mobil tidak bisa keluar, kemudian dia maju ke depan dan berbicara dengan kedua orang yang sedang menurunkan barang: "kakak sekalian, boleh geser sedikit? Aku ingin memundurkan mobilku."

Kedua pekerja itu menatapnya dan melihat mobil Mercedes-Benz yg ada di sampingnya kemudian terburu-buru mengangguk dan berkata: "Maaf, tolong tunggu sebentar, kita akan segera selesai."

“Ya, tolong cepat ya.” Asisten Yan khawatir bahwa Claudius Chen tidak sabar.

“Yah, sisa dua terakhir.” Para pekerja di mobil itu melaju kencang saat mereka berada di samping.

Karena terlalu terburu-buru, lukisan terakhir tiba-tiba menyelinap keluar dari kotak ketika turun dari mobil, dan 'Pang' suara lukisan jatuh ke tanah, dan bingkai lukisan tersebut langsung pecah.

Orang-orang disekitaran, semuanya terkejut, dan salah satu pekerja yang menurunkan lukisan tersebut tertegun dan sedih menatap bingkai foto yang retak di tanah. Seorang pekerja yang lebih tua di sebelahnya memukul kepalnya : "Apa yang kamu lakukan? Mampus, kamu harus ganti rugi atas kerusakan lukisan ini."

Pekerja yang tidak sengaja merusakan bingkai fofo tersebut meminta maaf, kemudian dia membungkuk dan mengambil lukisan minyak di tumpukan kaca. Dia menemukan bahwa lukisan itu tergores lebih dari sepuluh sentimeter, dengan hati-hati dia mengguncang pecahan kacanya dan menangis. "Tuan, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa menjelaskannya kepada perusahaan?"

"Aku juga ingin bertanya kepadamu apa yang harus dilakukan. Jika atasan menyalahkan kesalahan ini, tanggung jawab aku lebih besar daripada kamu." Pekerja yang lebih tua itu memandangi lukisan itu dan berkata, "Untungnya ini bukan koleksi yang berharga, jika tidak menjual dirimu pun tidak sanggup untuk membayar lukisan ini."

Terjadi hal sebesar ini, Claudius Chen, yang sedang menunggu untuk menaiki mobil, tidak bisa tidak memperhatikannya, matanya tertuju pada lukisan minyak yang tergores, dan terpaku pada lukisannya hingga tidak bisa menggerakkan matanya lagi.

Lukisan tersebut menggambarkan seorang gadis kecil berusia sekitar tiga atau empat tahun, rambut gadis kecil itu diikat, matanya terbuka lebar, dan wajahnya yang cantik tersenyum cerah, hanya saja bentuk mukanya kelihatannya tidak begitu asing, wajah Claudius Chen perlahan-lahan berubah.

Mirip, mirip sekali!

Ketika kedua pekerja itu akan membawa foto itu pergi dan Claudius Chen tiba-tiba melangkah dan berkata kepada mereka: "Tunggulah sebentar!"

Pekerja itu berbalik dan menatapnya.

Claudius Chen menatap lukisan di tangan mereka dan berkata, "Bolehkah membiarkan aku melihat lukisan itu sebentar?"

Pekerja itu mengira dia ingin bertanggung jawab karena desakannya tadi, jadi dengan perlahan membuka lukisan tersebut untuknya. Kali ini, Claudius Chen melihatnya dengan jelas dan melihatnya gadis kecil di foto itu benar-benar mirip Juju Zhu sewaktu dia kecil.

Bagaimana mungkin ada orang yang akan memiliki bentuk wajah yang begitu mirip?

Asisten Yan melihat ekspresi Claudius Chen yang abnormal, dan mengikutinya untuk melihat lukisan di tangan para pekerja, dia melihat gadis kecil di lukisan itu dan seketika tercengang juga, Dia menunjuk lukisan itu dan berkata, "Ini ... ini ... ini Bukan ... "

"Apakah kamu juga merasa mereka mirip?" Claudius Chen berbisik.

Asisten Yan meliriknya dan mengangguk, "Yaa, mirip sekali."

Apa yang terjadi dengan sebuah lukisan gadis kecil ini?

"Tuan, bolehkah aku bertanya dari mana lukisan ini berasal? Siapa gadis kecil di lukisan ini?"

Pekerja itu menggelengkan kepalanya: "Aku kurang tahu, sepertinya taman kanak-kanak telah memilihnya sebagai pameran, bukannya ada pameran seni anak-anak di akhir pekan ini?"

"Bolehkah kamu menjual lukisan itu kepada ku?" Claudius Chen tiba-tiba berkata, "Uang bukanlah masalah utama."

“Ah?” Pekerja itu menatapnya dengan takjub.

Claudius Chen menarik nafas ringan dan berkata, "Seperti ini saja, aku mengambil lukisannya dulu, terserah kamu ingin melapor keatasanmu bahwasan lukisan hilang ataupun rusak, semua biaya penanggungjawab akan ku bayar dua kali lipat untukmu." Claudius Chen mengambil lukisan tersebut dari tangan mereka.

Asisten Yan menyerahkan kartu nama Claudius Chen: "Ini kartu namaku, nantinya kamu pergi ke Perushahan Besar Chen, dan cukup berkata ingin menemui aku."

Kedua pekerja itu masih bengong sampai Claudius Chen naik mobil kemudian Asisten Yan membawa mobil dan meninggalkan tempat tersebut. Saat itu juga, kedua pekerja tersadar dan berteriak sambil mengejar mobil mereka, "Hei ... Bagaimana aku tahu kalau kalian tidak membohongiku?... kembalikan lukisan itu kepadaku! "

Meskipun bukan lukisan yang berharga, namun mereka sulit menjelaskan pada atasannya jika lukisan tersebut diambil pergi begitu saja.

Setelah kembali ke dalam mobil, Claudius Chen kembali fokus pada gadis kecil di lukisan tersebut, dia semakin curiga dengannya.

Asisten Yan meliriknya sekilas dari kaca dan berkata: “tuan muda chen, di dunia ini banyak sekali manusia yang mirip satu sama lain, bukannya di televisi juga pernah menayangkan acara orang yang mirip dengan artis?”

Asisten Yan benar, di dunia ini banyak orang yang mirip satu sama lain, namun tidak tahu kenapa, saat dia pertama kali melihat lukisan ini, dia memiliki firasat yang aneh, seperti ada sesuatu yang menginginkan dirinya untuk melihatnya dan mengenalnya lebih jauh.

********

Pagi ini, Josephine Bai sedang mengganti pakaian Jesslyn, Jesslyn menunjuk gaun berwarna merah pada Josephine Bai: “Ibu, aku ingin memakai gaun merah itu.”

"Yang mana? Yang ini?" Josephine Bai mengambil gaun merah kecil itu dan membandingkan pada tubuhnya: "Kenapa? Gaun ini sudah kecil, sudah tidak begitu nyaman untuk dipakai."

"Karena gaun ini sama dengan yang di lukisan, teman-teman ku bilang cantik.”

"Oh begitu, kita coba saja dulu ya?”

"Ya."

Josephine Bai membantu Jesslyn memakai gaun merah tersebut, Marco Qiao yang sedang membereskan tas sekolahnya bertanya dengan curiga kepadanya: “Teman-temanmu kenapa bisa melihat lukisanmu?”

"Karena aku memberikan lukisan itu kepada guru."

"Kamu memberikan lukisan itu kepada guru? Kenapa?"

"Guru itu berkata bahwa dia akan membawa lukisan itu ke pameran Istana Anak-Anak."

“Apa yang kamu katakan?” Ekspresi Marco Qiao sedikit berubah.

Ketika Josephine Bai melihat ekspresinya, dia bergegas menjelaskan: “mungkin kepala sekolah melihat lukisannya bagus, kemudian memilih Jesslyn sebagai model di poster yang akan dipamerkan saat menerima murid baru.”

Ekspresi Marco Qiao semakin serius, Josephine Bai juga menatapnya dengan serius, dia memegang tangan Marco Qiao dan menatapnya: “ada apa denganmu? Apakah tidak boleh?”

Sejak dia memiliki ingatan, Marco Qiao tidak pernah menunjukkan ekspresi begini kepadanya, tidak peduli saat dia sedang kesakitan, dia bahkan memukul dan menggigitnya, Marco Qiao tetap diam tanpa kata menerima semuanya. Namun ada apa dengannya hari ini? Apakah dia marah hanya karena sebuah lukisan?

Marco Qiao meraih erat tangan Josephine Bai menatapnya dengan serius: “Jesslyn tidak boleh menjadi model di lukisan, juga tidak boleh mengantar lukisan itu ke pameran Istana Anak-Anak, mengerti?”

Josephine Bai meringis kesakitan akibat tangannya dipegang erat oleh Marco Qiao, dia sangat kaget kemudian mengganguk: “aku mengerti, nanti aku akan mengambil pulang lukisan itu.”

“Baik.” Marco Qiao menyadari bahwa dia telah menyakitinya, bergegas melepaskan genggamannya, ekspresi kepanikannya mulai reda dan membelai rambut Josephine Bai: “maaf, Jessie, aku telah menyakitimu.”

“Tidak apa-apa, tidak sakit.” Josephine Bai tersenyum.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu