Inventing A Millionaire - Bab 126 Dua Kelebihan
Wajah Freya semakin merah, sebelum dia menjawab, seorang gadis lain berkata lagi, "Menurutku, sekarang mungkin bukan suami, tapi nanti kedepannya pasti, tadi aku mendengarnya bahwa dia bilang baju kamu dan ibumu lupa diambil, dia sengaja mengantarkannya, jika tidak salah lihat, itu tidak hanya jaket saja, masih ada pakaian dalam, duh, bahkan pakaian dalam saja juga diganti, aku tidak percaya tidak terjadi apa-apa."
"Benar kan kataku, guru yang secantik Ibu Freya dan postur tubuh sebagus itu mana mungkin lajang."
"Tidak hanya tampan, lelaki itu sepertinya sangat mahir memasak, Ibu Freya sungguh hebat."
Beberapa gadis terus berdiskusi, wajah Freya langsung merah, detak jantungnya sangatlah cepat.
Dia sangatlah ingin menjelaskan sesuatu, namun dia tidak tahu juga apa yang harus dijelaskan.
Lagi pula, jika sekalipun menjelaskan, apakah para gadis itu akan percaya?
Sebuah pepatah mengatakan bahwa penjelasan itu sama saja dengan penyamaran.
"Lihatlah, wajah Ibu Freya merah, hehe, malu ya?"
Wajah Freya merah merona, dia bergegas melirik Robert, seolah sedang mencari tahu apakah dia mendengar perkataan ini atau tidak.
Robert tengah memotong sayur dipojokan, dia tengah sibuk dengan Stella.
Entah kecewa atau beruntung, Freya menarik kembali lirikannya, dia berusaha untuk mempertahankan ketegasannya sebagai seorang guru, "Baiklah, sudah jangan sembarangan bicara lagi, fokus belajar tari!"
Sambil berkata, dia membuka musik dan suara musik yang lembut terdengar, dibawah pimpinan Freya, 5-6 orang murid kembali terlihat normal.
Robert tanpa sadar melirik, mungkin karena tatapannya terlalu bersifat menyerang, Freya dengan mudahnya menyadarinya.
Namun tariannya tetap tidaklah berantakan, malah lebih terasa berseni daripada dulu.
Pinggangnya yang lentur bergerak seiring dengan musik, dan mengekspresikan total kelembutan seorang wanita.
Robert bukannya tidak pernah melihat wanita menari, namun semuanya tidaklah bisa menyaingi ibu dari seorang anak ini.
Orang ini sungguh indah sekali.
Namun bagaimanapun juga hubungan mereka bukanlah terlalu akrab, wanita dan pria memang ada perbedaan, Robert juga hanya melirik sejenak dan memutarkan kepalanya kembali.
Kemampuan kontrolnya yang tinggi membuat suasana hatinya tenang, Freya memutarkan badannya dan melihat Robert tidak lagi melihat kearah sini, hatinya sedikit terasa kecewa.
Terhadap gerik tariannya, dia punya kepercayaan diri yang penuh, dihadapan Robert, dia selalu ingin menunjukkan bidang paling bagus dari dirinya.
Namun sayangnya, lelaki dihadapannya ini seolah tidak tertarik.
Sejenak kemudian, Robert mulai memasak, karena mempertimbangkan abhwa disini nyaris adalah ruangan tertutup, meskipun diatas sana ada banyak kipas hexos, namun dia tetaplah berusaha untuk memasak tanpa asap.
Sebenarnya sangatlah mudah, yaitu kurangi menaruh minyak dan tidak mengoreng terus.
Namun sekalipun begitu, wangi masakan juga tetap membuat beberapa murid itu menelan ludah.
HIngga setelah kelas hari ini selesai, mereka mengenakan jaket kembali, barulah mereka melirik kearah Freya terus.
Freya tentu saja mengerti maksud mereka, dia berkata sambil tersenyum, "Dasar kalian, sana cobalah."
"Terima kasih, ibu Freya!" Beberapa murid wanita itu tersenyum dan berlari kesamping Robert, mereka mencoba masakannya.
"wah! Enak!"
Pujian yang sama sekali tidak disamar terus terdengar, kemampuan memasak Robert membuat beberapa murid wanita ini mempunyai selera makan yang kuat.
Stella berkata dengan tidak senang, "Ini Paman Li buat untukku!"
"Stella, tidak boleh begitu pelit!" Freya juga sudah selesai beres-beres, dia mendekat dan menegur.
Stella menundukkan kepalanya dan mengatakan iya, teguran dari ibunya membuatnya sangatlah merasa tidak bersalah.
Paman Lo jarang bisa memasak disini, namun malah dihabiskan oleh orang-orang ini, apa yang harus dia makan.
Untung saja beberapa wanita itu juga tahu batas, mereka mencoba sekali dan melihat Stella tidak senang, dan tidak lagi mencoba lagi.
Bersamaan dengan itu, ada seorang wanita yang sedikit lebih ekstrovert berjongkok dan mengelus kepala Stella, dia menasehati sambil tersenyum, "Hanya makan satu suap saja, besok kakak bawakan chiki untukmu ok?"
"Tidak mau, paman Li jarang memasak kesini untukku, aku hanya ingin makan masakannya saja!" kata Stella.
Wanita itu tersenyum, "Kalau begitu apakah kamu ingin merubah Paman Li menjadi ayahmu?"
Tatapan Stella bersinar, "Bagaimana cara merubahnya?"
Disaat ini, Freya dengan wajah merahnya datang kemari, dia berkata kepada gadis itu, "Mengapa kamu sembarangan bicara dengan anak kecil, cepalah pulang, besok pagi baru datang lagi."
"Ya, tahu." Gadis itu tahu Freya pemalu, dia juga tidak banyak berkata lagi, hanya saja sebelum pergi, beberapa gadis itu saling bertatapan dan berteriak, "Eh, si tampan, jagalah Ibu Freya kami dengan baik, semoga kamu bisa cepat menjadi suami guru kami!"
"Masih saja bilang!" Freya mengangkat tangan kearah mereka.
Beberapa gadis itu langsung tertawa dan kabur.
Wajah Freya sangatlah merah, dia berbalik dan berkata kepada Robert, "Sifat mereka ekstrovert, jadi suka sembarangan bicara, jangan hiraukan itu."
"Tidak apa-apa, anak muda suka bercanda, itu normal." Robert tertawa, dia tidak menghiraukan hal itu, "Lihatlah kamu juga keringatan, kamu boleh pergi mandi dulu, aku masih harus memasak beberapa lauk lagi, setidaknya masih harus butuh waktu satu jam baru bisa kelar."
"Sebenarnya boleh tidak begitu ribet........."
"Ini tidak ribet, sudah dibeli juga, sayang jika tidak dibuat." Kata Robert.
Melihatnya begitu ngotot, Freya tidak lagi membujuk lagi.
Dia juga tidak pergi mandi dulu, dia lalu berdiri disana dan mengobrol dengan Robert.
Ketika tahu Robert dan Natalie telah beli rumah baru, dan setelah selesai dekorasi akan segera pindah kesana, Freya merasa sedikit kaget, bersamaan dengan itu, dia juga merasa iri.
Orang lain semakin baik, dirinya malah semakin buruk.
Meskipun kelas tarinya berhasil dijalankan, namun tempatnya tidaklah terlalu bagus, dan dirinya juga tidak begitu terkenal, murid yang berhasil dia dapatkan sangatlah sedikit.
Sampai sekarang juga baru 6 murid saja, seorang juga baru beberapa ratus rmb saja, bahkan semuanya ditambahkan juga tidak cukup untuk membayar biaya sewa.
Melihat Freya yang penuh rasa bingung, Robert berkata, "Mengajar murid disini pasti sangatlah susah kan? Aku lihat sepertinya tidak banyak peluang bisnis juga."
"Iya." Freya tidak menutupinya, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Tempat ini terlalu terpencil, pas baru mulai tidaklah terkenal, sangatlah sulit untuk merekrut orang."
"Benar katamu, lokasi tempat ini memang tidaklah bagus." Robert berkata sambil tersenyum, "Tapi kamu melupakan dua buah kelebihan yang paling besar, kamu tidak memanfaatkan mereka, jika bisa dimanfaatkan dengan biak, pasti bisa merekrut lebih banuak murid dengan cepat."
"huh? Kelebihan apa?" Tanya Freya dengan penasaran.
"Pertama, meskipun tempat lokasi ini sedikit terpencil, namun disekitar ini tidak lebih dari 500 meter ada sebuah tempat santai, dan dilihat dari lokasi komplek disekitar sana, orang disekitar sana harusnya lumayan ramai ketika malam, lingkungannya ekegan dan tempatnya juga luas, akan ada banyak orang yang pergi latihan disana atau mungkin jalan-jalan saja."
"Maksudmu mall dekat area barat sana? Disana ketika malam hari memang banyak orang, tapi apa hubungannya dengan merekrut murid?" Tanya Freya tidak mengerti.
"Tentu saja berhubungan, kalau disana ramai, kamu seharusnya membawa muridmu menjalankan kelas disana malam hari, dengan begitu orang lain bisa dengan langsung melihat kualitas pengajaranmu, bersamaan dengan itu, karena efek rombongan, juga lebih mudah untuk diperhatikan, setidaknya dibandingkan dengan kamu disini dan mengajar murid secara diam-diam, ini akan lebih mudah untuk membuat kamu terkenal." Jelas Robert.
Freya termasuk pintar, tidak lama kemudian dia langsung mengerti.
Matanya bersinar, benar juga, mengajar ditempat ramai, ditambah lagi memang adalah tipe tarian yang mudah menarik perhatian banyak orang, tentu saja akan lebih terkenal.
Ini sama saja dengan membuat sebuah iklan gratis untuk tempat kerjanya.
Dirinya sudah berada disini begitu lama, mengapa tidak terpikiran?
Melihat Robert, Freya penuh rasa salut, dia lalu bertanya, "Lalu apa kelebihan satunya lagi?"
"Kelebihan kedua tentu saja adalah kamu." Kata Robert.
"Aku?"
Robert tersenyum, "Tadi aku melihat sekilas, gerak-gerik tarianmu sangatlah bagus, sangat bisa menarik perhatian orang, jika mengajar diluar hanya demi menarik perhatian, maka kamu sendiri adalah poin pentingnya itu, jika tidak ada kamu, maka dampak mengajar diluar akan jauh lebih kecil."
Freya tercengang, dan wajahnya perlahan memerah lagi.
Hanya saja kali ini selain malu, dia juga sedikit senang.
Maksud perkataan Robert ini adalah tadi dirinya menari berhasil menarik perhatiannya kah?
Novel Terkait
Don't say goodbye
Dessy PutriGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMy Superhero
JessiHanya Kamu Hidupku
RenataMenantu Hebat
Alwi GoHis Soft Side
RiseInventing A Millionaire×
- Bab 1 Tiba-Tiba Mendapat Istri
- Bab 2 Perubahan Sang Suami
- Bab 3 Hidangan Lezat
- Bab 4 Menghasilkan 2000 RMB Dalam 1 Hari
- Bab 5 Adik Ipar Pemarah
- Bab 6 Jasa
- Bab 7 Berkat Dia
- Bab 8 Metode Pemasaran
- Bab 9 Tentukan 1 Tujuan Kecil
- Bab 10 Pendekatan Dengan Adik Ipar
- Bab 11 Harmonis
- Bab 12 Pengganti
- Bab 13 Nova Ji
- Bab 14 Berpura-pura Mengerti
- Bab 15 Berhasil
- Bab 16 Cara-Cara Manusia
- Bab 17 Sekuntum Bunga Magnolia
- Bab 18 Kerepotan Nova Ji
- Bab 19 Ikuti Saja Alurnya
- Bab 20 Ini Adalah Orang Berbakat
- Bab 21 Menghina
- Bab 22 Howard Xia
- Bab 23 Kode
- Bab 24 Membandingkan
- Bab 25 Tidak Bisa Apa-Apa
- Bab 26 Jarak yang Semakin Dekat
- Bab 27 Kesenangan Keluarga Inti
- Bab 28 Berbeda Dari Biasanya
- Bab 29 Menjadi Perwakilan
- Bab 30 Menampar
- Bab 31 Harus Ada Kharisma
- Bab 32 Niat
- Bab 33 Ingin Pulang
- Bab 34 Reaksi Orangtua
- Bab 35 Jalan Buntu
- Bab 36 Sebuah Lelucon
- Bab 37 Mandul
- Bab 38 Menyulitkan
- Bab 39 Kamu Tidak Mengerti
- Bab 40 Perdebatan
- Bab 41 Bertoleransi
- Bab 42 Mengancam
- Bab 43 Rencana Akuisisi
- Bab 44 Berkunjung
- Bab 45 Marah
- Bab 46 Membantu
- Bab 47 Menegur
- Bab 48 Buah sebanyak 3000 kg
- Bab 49 Kualitas Super Tinggi
- Bab 50 Keterkejutan Di Dalam Hati
- Bab 51 Satu Meja Makanan Dan Wine
- Bab 52 Berlomba Minum Wine
- Bab 53 Aturan
- Bab 54 Tempat Penuh Cinta
- Bab 55 Akrab Sejak Awal Bertemu
- Bab 56 Dunia
- Bab 57 Kepedulian Seorang Ayah
- Bab 58 Dipermalukan
- Bab 59 Apa Kamu Gila
- Bab 60 Membujuk
- Bab 61 Hak GM
- Bab 62 Sebuah Kejadian
- Bab 63 Harapan Sang Gadis
- Bab 64 Hidup Sebagai Orang Biasa
- Bab 65 Tipikal Kegagalan
- Bab 66 Kemampuan
- Bab 67 Kesepian
- Bab 68 Bantuan
- Bab 69 Pemikiran Yang Berbahaya
- Bab 70 Kerinduan Anak
- Bab 71 Perhatian
- Bab 72 Kegiatan Toko Buah
- Bab 73 Kamu Harus Belajar Darinya
- Bab 74 Pertemuan
- Bab 75 Menampar Wajah
- Bab 76
- Bab 77 Tersenyum Sampai Akhir
- Bab 78 Kabar
- Bab 79 Berangkat Menuju Ibu Kota Provinsi
- Bab 80 Mempersulit
- Bab 81 Pencemaran Nama Baik
- Bab 82 Memutarbalikkan Keadaan
- Bab 83 Pembalasan Dendam Seorang Pria
- Bab 84 Tidur Di Tempat Tidur Yang Sama
- Bab 85 Saling Menyapa Sebagai Saudara
- Bab 86 Bertemu.
- Bab 87 Berubah.
- Bab 88 Targetnya Berubah.
- Bab 89 Pinjamkan Dan Dipinjamkan.
- Bab 90 Rekaman.
- Bab 91 Berbicara.
- Bab 92 Orang Yang Tidak Seharusnya Kamu Ganggu.
- Bab 93 Tersentuh.
- Bab 94 Psikiater.
- Bab 95 Buku.
- Bab 96 Mengundang
- Bab 97 Orang Keluarga Huo
- Bab 98 Menjebak
- Bab 99 Puas
- Bab 100 Mengagumi
- Bab 101 Kecelakaan
- Bab 102 Hubungan
- Bab 103 Memberi Kompensasi
- Bab 104 Tamu Profesor
- Bab 105 Mimpi
- Bab 106 Kalah Dengan Sangat Cepat
- Bab 107 Orang Yang Menjijikan
- Bab 108 Tamparan
- Bab 109 Thiago Huo Yang Meragukan Kehidupannya
- Bab 110 Minta Maaf
- Bab 111 Omong Kosong Yang Tidak Menyelesaikan Masalah
- Bab 112 Hubungan Kerja Sama Yang Baru
- Bab 113 Dendam Dan Kebencian
- Bab 114 Pemandangan Yang Indah
- Bab 115 Siapa Sih Psikolognya
- Bab 116 Stella Yue Menghilang
- Bab 117 Psikologi Lego
- Bab 118 Keluarga
- Bab 119 Tidak Akan Meninggalkannya
- Bab 120 Mencairkan Cek
- Bab 121 Kesombongan
- Bab 122 Meredakan Kemarahan
- Bab 123 Kebaikan Yang Besar
- Bab 124 Tidak Serakah
- Bab 125 Siapa Dia?
- Bab 126 Dua Kelebihan
- Bab 127 Persiapan
- Bab 128 Ancaman
- Bab 129 Tenang
- Bab 130 Dia Datang
- Bab 131 Orang Gila
- Bab 132 Ajaran Leluhur
- Bab 133 Tidak Bisa Menjadi Teman
- Bab 134 Bercandaan Apa Yang Kamu Katakan
- Bab 135 Event Baru
- Bab 136 Berita Buruk
- Bab 137 Generasi Jahat
- Bab 138 Sekelompok Orang Jahat
- Bab 139 Aktor
- Bab 140 Rapat
- Bab 141 Kamu Jangan Keterlaluan
- Bab 142 Syarat
- Bab 143 Sebuah Jalan
- Bab 144 Moris Liu
- Bab 145 Tanpa Penyesalan
- Bab 146 Tanda-Tanda
- Bab 147 Akar Masalah
- Bab 148 Pihak Yang Banyak Bebicara Dipukuli
- Bab 149 Sebelum Badai Tiba
- Bab 150 Terlalu Mengenaskan
- Bab 151 Satu Kesulitan Yang Ditambah Dengan Banya Kesulitan Lainnya
- Bab 152 Topangan Yang Jatuh Akan Berdampak Pada Orang Disekitarnya
- Bab 153 Segala Jenis Cobaan
- Bab 154 Aku Mau Dua Ratus Juta
- Bab 155 Kuota Dirut
- Bab 156 Hasil
- Bab 157 Memberikan Bunga
- Bab 158 Menjauh
- Bab 159 Tidak Nyaman
- Bab 160 Kegiatan Dimulai
- Bab 161 Orang Yang Paling Akrab.
- Bab 162 Bercanda
- Bab 163 Aku Ingin menjadi Pemilik Saham.
- Bab 164 Kenalan Dekat.
- Bab 165 Kamu Bisa Menghasilkan Berapa Banyak.
- Bab 166 Harapan Baru
- Bab 167 Acara Reuni Kelas
- Bab 168 Tatapan Aneh
- Bab 169 Memesan Bir
- Bab 170 Sangat Suka
- Bab 171 Menyaksikan Kemesraan
- Bab 172 Pendapatan
- Bab 173 Nicho Huo
- Bab 174 Balas Dendam Berikutnya
- Bab 175 Kemalangan yang Tidak Terduga
- Bab 176 Transaksi
- Bab 177 Menyelidiki
- Bab 178 Khawatir
- Bab 179 Berantakan
- Bab 180 Plat Nomor Kendaraan
- Bab 181 Kebebasan
- Bab 182 Memeriksa Mobil
- Bab 183 Tidak Bisa Kabur
- Bab 184 Alex Liao Yang Bingung
- Bab 185 Bukti Kesalahan
- Bab 186 Memikirkan Keuntungan Masa Depan
- Bab 187 Menggali Kuburan Sendiri
- Bab 188 Bantuan
- Bab 189 Tidak Masuk Akal
- Bab 190 Kamu Tidak Pergi, Aku Yang Pergi
- Bab 191 Tahu Sopan Santun Tidak
- Bab 192 Segera Pindah
- Bab 193 Profesior Mengalami Kecelakaan
- Bab 194 Memarahi
- Bab 195 Trik Pahit
- Bab 196 Kesibukan
- Bab 197 Menyewa Teater Menonton Film
- Bab 198 Berbohong
- Bab 199 Dicuri
- Bab 200 Meminta Maaf
- Bab 201 Sanak Saudara
- Bab 202 Kedatangan Tamu
- Bab 203 Terkejut
- Bab 204 Siapa Dia
- Bab 205 Sudah Mati Rasa
- Bab 206 Hadiah Terbaik
- Bab 207 Dia Itu Alex Liao
- Bab 208 Bingung
- Bab 209 Saran
- Bab 210 Muntah Darah
- Bab 211 Kemunafikan Dunia
- Bab 212 Ekspansi
- Bab 213 Keterkejutan Nova Ji
- Bab 214 Perubahan Sikap
- Bab 215 Pemilik Perusahaan Yang Baru
- Bab 216 Ide
- Bab 217 Perusahaan Diet
- Bab 218 Rapat Umum Pemegang Saham
- Bab 219 Mencintai Dan Menghormati
- Bab 220 Hatinya Tergerak
- Bab 221 Petunjuk
- Bab 222 Memalukan
- Bab 223 Zila Tang
- Bab 224 Masalah Keluarga Huo
- Bab 225 Jaga Tubuhmu Agar Tetap Hangat
- Bab 226 Tidak Bisa Diobati
- Bab 227 Kompeten dan Tangkas
- Bab 228 Merugi
- Bab 229 Pilih Satu Saham
- Bab 230 Pengikut
- Bab 231 Penutupan Kenaikan Harga Saham
- Bab 232 Bertemu Dengan Zila Tang Lagi
- Bab 233 Arena Balap
- Bab 253 Situasi Yang Tidak Baik
- Bab 254 Krisis
- Bab 234 Memilih Mobil
- Bab 235 Penghinaan
- Bab 236 Menyelip
- Bab 237 Kecelakaan
- Bab 235 Tamparan Yang Familiar
- Bab 239 Masalah
- Bab 240 Saling Memuji
- Bab 241 Kabar Baik Dan Buruk
- Bab 242 Pemerasan
- Bab 243 Orang Bodoh Yang Mengantarkan Uang
- Bab 244 Memulai Dari Awal
- Bab 245 Pekerjaan Kayu
- Bab 246 Koneksi
- Bab 247 Kata Sandi
- Bab 248 Meninggalkan
- Bab 249 Warisan
- Bab 250 Berpendidikan Dan Bisa Bela Diri
- Bab 251 Tidak Pantas
- Bab 252 Acara Besar
- Bab 255 Kunjungan
- Bab 256 Jalan
- Bab 257 Latar Belakang Yang Mengejutkan
- Bab 258 Ekspansi
- Bab 259 Membeli Mobil
- Bab 260 Tunggu Menangis
- Bab 261 Bos Besar Datang
- Bab 262 Kebenaran
- Bab 263 Mengembalikan Dan Menganti Rugi Sebanyak 3 Kali Lipat
- Bab 264 Meminum Anggur
- Bab 265 Amnesia
- Bab 266 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengabaikan
- Bab 267 Perenungan
- Bab 268 Tambahan Uang
- Bab 269 Rasa Simpati
- Bab 270 Popularitas
- Bab 271 Iri Hati
- Bab 272 Beruntung
- Bab 273 Petarungan Tiga Prajurit Dengan lü Bu
- Bab 274 Firasat Buruk
- Bab 275 Iri Hati
- Bab 276 Berpikir Terlalu Jauh.
- Bab 277 Satu Lagi Yang Suka Berpikir Berlebihan.
- Bab 278 Keributan.
- Bab 279 Bertemu.
- Bab 280 Murid.
- Bab 281 Orang Penting
- Bab 282 Hongda Capital
- Bab 283 Nasihat
- Bab 284 Gagal Transaksi
- Bab 285 Persahabatan
- Bab 286 Minum-Minum
- Bab 287 Mabuk
- Bab 288 Mengumpulkan
- Bab 289 Membeli Cincin Berlian
- Bab 290 Memaksa Diri Berlagak Kaya
- Bab 291 Keluar Membantu
- Bab 292 Identitasnya
- Bab 293 Restoran
- Bab 294 Tersentuh
- Bab 295 Mengeluh
- Bab 296 Minta Maaf
- Bab 297 Pekerjaan
- Bab 298 Acara Selesai
- Bab 299 Membalas Budi
- Bab 300 Merayakan Keberhasilan
- Bab 301 Ide Baru
- Bab 302 Pengembangan
- Bab 303 Ancaman
- Bab 304 Serangan
- Bab 305 Jahat
- Bab 306 Tenang
- Bab 307 Terjebak Masuk
- Bab 308 Hasil Penyelidikan
- Bab 309 Tujuan Satu-satunya
- Bab 310 Pendapat Natalie Ning
- Bab 311 Harapan
- Bab 312 Pernah Digit Ular
- Bab 313 Bujukan
- Bab 314 Menangis
- Bab 315 Bertemu Orang Tua
- Bab 316 Pernikahan Kedua Juga Tidak Apa-apa
- Bab 317 Anggap Kamu Menyerahkan Diri
- Bab 318 Nasehat
- Bab 319 Orang Yang Terabaikan
- Bab 320 Kesempatan Besar
- Bab 321 Rahasia Yang Tersembunyi Akhirnya Akan Terbuka Juga
- Bab 322 Pulang Dibicarakan Lagi
- Bab 323 Makan Untuk Pertemanan
- Bab 324 Maaf
- Bab 325 Kenyataan
- Bab 326 Memaafkan
- Bab 327 Undangan
- Bab 328 Menuju Keluarga Li