Husband Deeply Love - Bab 61 Kembali Dengan Selamat

“Nyonya Lang, padahal sudah beberapa hari tidak bertemu, kamu juga tidak datang menyambut aku?”

Gilbert berusaha menopang tubuhnya sambil menatap Vheren yang terduduk di lantai, bibirnya yang kering menyunggingkan senyum.

Mendengar suara Gilbert, Vheren seperti sadar dari lamunannya, dengan berlari kecil ia langsung menyerbu ke dalam pelukan Gilbert.

Keduanya baru beberapa bulan bersama, bahkan Vheren sendiri tidak menyangka dirinya akan begitu mempedulikan keselamatan pria ini.

Dia merasa nyaman sekali ketika menyadari pria ini masih hidup dan secara nyata bisa ia genggam di tangannya.

Setelah Vheren sudah menenangkan diri, dilihatnya para petugas rumah sakit sedang memasangkan berbagai peralatan di badan Gilbert, juga mengobati luka Gilbert.

Akhirnya hati dia yang sangat cemas ini bisa tenang kembali.

Dengan tangan yang gemetar dia memegang ponselnya, lalu menelepon ke Dolly.

“Datang ke Health Center Hospital! Gilbert sudah kembali!”

Saat Dolly datang bersama Gillian dan Gregory, Vheren sedang menandatangani berbagai surat persetujuan operasi, dan hendak pergi membayar di kasir.

Melihat Vheren yang agak menyedihkan, wajah Gillian tampak canggung sekilas, tapi tetap tidak ada satu kata maaf pun.

1 jam 40 menit kemudian, Gilbert keluar dari ruang operasi.

Dahinya yang berkerut dan bibirnya yang kering serta pecah-pecah langsung membuat Gillian berjongkok di lorong dan menangis hingga mengeluarkan suara.

Vheren meremas bon pembayaran sambil mengerutkan dahi, kemudian ia membalikkan badan meninggalkan rumah sakit.

Keadaan Gilbert sudah stabil, hatinya pun semakin tenang lagi, tapi pelaku yang sekali lagi membahayakan Gilbert itu masih belum tertangkap!

Dia tidak bisa melihat prianya disiksa tanpa sebab!

Setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit, dia yang baru saja masuk melihat komandan Yang sedang menatapnya dengan ekspresi wajah yang rumit.

“Apakah terjadi sesuatu?”

Tanya Vheren, rambutnya yang berantakan disisirnya ke belakang telinga.

“Kami menemukan sebuah mayat yang sudah meninggal kira-kira selama setengah bulan di lokasi kebakaran, hampir semua permukaan sudah membusuk, dan juga beberapa detail mengenai pelaku, hanya saja orang itu sekarang masih belum tertangkap.”

Vheren mendengarkan jawaban yang sudah ia duga, ia memaksakan diri untuk merapatkan bibir.

Dengan menopang pinggul yang pegal ia menduduki kursi di samping, melihat laporan pemeriksaan mayat di depan, ia mengepalkan tangannya.

Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal begitu lama ada di tempat yang sama dengan Gilbert?

“Lokasi kejadian masih dalam tahap pembersihan, selain mayat ini, detail lainnya masih harus menunggu Gilbert sadarkan diri baru bisa diketahui.”

Vheren bisa melihat kesulitan yang komandan Yang rasakan, meskipun lokasi kebakaran meninggalkan beberapa petunjuk, tapi bagaimanapun juga akan rumit saat diselidiki, kalaupun benar-benar mendapatkan pelakunya, tidak ada yang tahu jelas siapa dalang yang berada di belakang pelaku.

Ketika dia sedang melihat-lihat arsip, Christanto yang di samping menatap dirinya dengan ekspresi rumit.

Dia mengangkat kepalanya mellihat ke arah Christanto, melihat dia yang seolah ingin mengatakan sesuatu namun terhenti, ia pun tersenyum kecil.

“Orangnya juga sudah kembali, kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja, memangnya aku masih akan menyalahkan kamu?”

Perkataan Vheren yang sengaja di bawa santai membuat Christanto semakin tidak bisa mengatakannya.

Detail tugas tidak mungkin diberitahukan ke orang luar, tapi kalau kali ini Gilbert diculik benar-benar karena dia…

Maka kesalahan dia sangatlah besar!

“Kalau begitu jangan dikatakan, urusan kamu dengan Gilbert juga aku tidak begitu ingin tahu, tapi aku masih penasaran, mengapa begitu kebetulannya pelaku bisa mengetahui lokasi Gilbert, apakah kamu bisa membantu aku mencaritahunya?”

“”

Meskipun Christanto tidak bersuara, tapi bisa dikatakan ia menyanggupinya.

Setelah melakukan hal yang sebisanya ia lakukan, dia kembali ke kamar inap Gilbert dan saat itu sudah sangat malam.

Dia membuka pintu kamar inap Gilbert, dan melihat Gillian yang duduk termenung di kursi, diam-diam ia meletakkan tasnya di meja.

“Kamu malah sibuk sekali! Suami kamu sedang terbaring di rumah sakit, kamu tidak datang menjaganya, malah bawa tas usang kamu itu lari ke mana-mana! Kamu sungguh menambah pengetahuan aku!”

Nada bicara Gillian yang tetap saja pedas dan menyakitkan hati itu membuat Vheren agak sebal, tapi dia tidak ingin memberi terlalu banyak penjelasan dengan wanita ini.

Dengan langkah pelan dia berjalan ke samping ranjang Gilbert, sambil menatap dahinya yang berkerut, ia mengulurkan tangan mengusap pergelangan tangan Gilbert.

Vheren menundukkan matanya, pandangannya jatuh pada wajah Gilbert yang penuh dengan kumis pendek.

Akhirnya ganjalan di dalam hatinya sudah lepas.

“Masih punya muka untuk datang melihat? Kalau bukan karena kamu, bagaimana mungkin Gilbert bisa terluka?!”

Gillian semakin mengomel.

Vheren menengadahkan kepalanya perlahan, kesebalan di matanya sudah tidak ia sembunyikan lagi.

“Ibu, Gilbert baru saja melewati masa kritisnya, tidak bisakah anda membiarkan dia istirahat dengan baik?”

Emosi dan rasa tidak puas dalam diri Gillian langsung tidak jadi dilontarkan oleh satu perkataan Vheren tersebut.

Pada akhirnya dia hanya bisa kembali duduk di sofa dengan wajah kesal.

Setelah seluruh ruangan tenang kembali, Vheren menduduki kursi di samping ranjang, dan mengenggam jari Gilbert.

Dia mengingat kembali sedikit demi sedikit yang terjadi di beberapa waktu ini, juga akhirnya sunggung-sungguh menghadapi perasaannya dengan Gilbert.

Sebenarnya dari awal sejak dia diam-diam mengizinkan Gilbert mencium dan menggodanya, posisi Gilbert dalam hatinya sudah berbeda.

Dia pernah melihat berbagai kebiasaan dari pria ini, bahkan juga tahu dia bahkan tidak mandi dan langsung tertidur setelah pulang dari lembur.

Sudah sejak lama Gilbert bukan lagi es dingin yang tidak berperasaan seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Mungkin dia harus benar-benar melepaskan semua hal itu dari dalam hatinya, mempertahankan pria yang sedikit suka menguasai ini sepertinya tidak ada buruknya!

Saat Gilbert menyadarkan diri, dilihatnya Vheren menelungkup di tepi ranjang sambil mengenggam jarinya, wajahnya yang agak lesu itu masih samar-samar tampak bekas telapak tangan.

Dengan agak tidak nyaman Gilbert menggerakkan lengan yang sebelumnya terluka, Vheren pun langsung terbangun.

Tidak tahu apakah karena gerakannya yang terlalu kuat, kursi yang ia duduki bergeser dan ia langsung terduduk di bawah lantai.

“Pagi-pagi begini juga kamu tidak tahu diam sebentar! Apa jadinya kalau kamu membuat Gilbert terbangun?”

Gillian membangkitkan diri dari ranjang yang di samping, dengan tidak senang ia melototi Vheren, namun ia menyadari Gilbert sedang menatap istrinya sendiri dengan senyum kecil.

“Gilbert! Kamu sudah sadar? Dokter! Dokter!”

Gillian begitu bersemangat hingga tidak ingat lagi untuk memakai sepatu, ia berlari keluar dari kamar inap dengan tergesa-gesa.

Sedangkan Vheren masih mengenggam tangan Gilbert dan menatap sekeliling dengan kebingungan, benar-benar seperti orang yang baru bangun tidur.

“Nyonya Lang, sebagus apa pun daya tahan tubuhmu, tapi bisakah jangan tetap duduk di lantai?”

Candaan Gilbert menyadarkan Vheren, dia menggosok bagian tubuhnya yang terasa sakit dan bangkit berdiri.

“Kamu mau minum air atau masuk toilet?”

Satu perkataan Vheren membuat Gilbert tidak tahu harus berkata apa, dia menatap Vheren, dari pandangan matanya sekilas tampak ingin tertawa.

Apa yang tersimpan di dalam otak wanita ini?

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu