Cintaku Pada Presdir - Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
Detik terakhir, aku hanya sisa selangkah menuju kebenaran.
Detik selanjutnya, Bai Yiyi langsung dibasahi oleh darah. Otakku menjadi kosong dan wajahku sepertinya juga mengenai tetasan darahnya.
Dia terbaring di atas lantai dengan wajah penuh darah, darah yang segar masih terus mengalir dari kepalanya.
"Yiyi! Yiyi anakku..........."
Dari jendela lantai atas terdengar suara teriakan ibu Bai Yiyi, aku baru sempat bereaksi dan langsung menelpon telepon darurat.
Terdengar suara langkah kaki yang buru buru dari dalam gedung dan setelah itu ada tiga orang lari keluar. Orang yang beradai di paling depan sepertinya adalah ayah Bai Yiyi, kemudian ibunya dan seorang pria muda di belakang.
Ayah Bai Yiyi memeluk Bai Yiyi dengan air matanya yang mengalir.
Ibunya mendekati aku dan menarik rambutku, "Kamu mengapa membuat anakku menjadi begini?"
Aku menggelengkan kepalaku, "Tante, bukan saya. Saya tidak ada......."
Aku berusaha berpikir balik tentang adegan tadi, pada saat Bai Yiyi mau berkata siapa yang memerintah dia, sebuah pot bunga tiba tiba jatuh dari atas dan tepat jatuh di atas kepala Bai Yiyi.
Aku mengangkat kepalaku dan melihat ke atas tetapi tidak bisa melihat apa apa.
Selain itu, setiap rumah juga ada memasang jaring penghalang. Dalam situasi normal, pot bunga tidak akan jatuh.
Ini bukan sebuah kebetulan.
kalau begitu, siapa?
Aku mendorong ibu Bai Yiyi dan langsung berlari masuk ke gedung. Aku berlari sampai lantai paling atas. Selain jemuran aku tidak ada melihat siapa pun di sana.
Aku menarik jemuran itu dan berteriak, "Keluar! Kamu siapa?!"
Aku bisa memastikan orang itu adalah orang yang memerintah Bai Yiyi.
Walaupun bukan, orang itu pun pasti mengenal orang yang memerintah Bai Yiyi.
Aku terus mencari tetapi tidak melihat siapa pun.
"Kamu masih mau lari setelah membuat adikku menjadi seperti itu?!" Pria muda yang di bawah tadi menarik lenganku.
Aku tidak melihat siapa pun, jadi aku membiarkan dia menarik aku.
Tadi waktu aku naik ke atas, aku tidak melihat ada yang turun ke bawah juga. Kalau begitu orang yang melemparkan pot bunga kemana?
Aku bertanya, "Apakah gedung ini ada penyewa yang baru saja pindah ke sini?"
Pasti ada yang sengaja melemparkan pot bunga ke bawah tadi, tetapi aku tidak melihat ada yang turun ke bawah setelah itu. Berarti orang yang melempar pot bunga tinggal di dalam gedung ini.
Setelah melempar pot bunga, orang itu segera turun dan masuk ke rumahnya sendiri pada saat kita belum sempat bereaksi.
"Tidak ada hubungannya dengan kamu!"
Kakak Bai Yiyi menangkapku dan matanya sudah menjadi merah. Dia tidak menjawab pertanyaanku dan menarik aku ke bawah.
Ambulan pas sampai pada waktu itu, perawat dan dokter semua turun dari ambulan.
Seperti orang gila, Ibu Bai Yiyi mendorong aku dengan kuat. Dia menekan di atas badanku dan terus menamparku.
"Kamu wanita kejam! Kamu membuat anakku menjadi begitu! Kalau ada apa terjadi dengan anakku, aku tidak akan membiarkan kamu hidup!"
Pada saat jatuh aku tertabrak dengan sudut dinding, kepalaku merasa pusing dan penghilatanku menjadi buram.
Aku hanya bisa merasakan kesakitan di wajahku dan tidak bisa berkata apa pun.
Tidak ada yang datang menarik ibu Bai Yiyi, seolah-olah aku memang pantas dipukuli sampai seperti ini.
Tidak tahu setelah berapa lama, berat yang menekan di badanku menghilang dan aku digendong oleh seseorang dari tanah. Kemudian aku mencium wangi tubuh yang familiar.
"Apakah kamu bodoh? Mengapa kamu tidak membalas ketika orang lain memukulmu?"
Pria itu marah dengan suara kecil, tetapi pelukan di badanku menjadi semakin erat.
Aku mengulurkan tanganku dan memegang orang itu. Kesadaranku semakin lemah dan akhirnya penghilatanku menjadi gelap.
Aku sadarkan diri pada hari kedua dan sepertinya aku sedang berada di ruang rumah sakit.
Cheng Jinshi duduk disamping tempat tidurku, "Kamu sudah bangun? Apakah masih ingin muntah?"
Masih? Aku sudah pernah muntah?
Aku baru saja mau berkata, lambungku merasa mual lagi. Cheng Jinshi mengambil sebuah tong sampah dan mengarahkan kepadaku.
Aku merasa sedikit malu dan mau mengambil tong sampah yang berada di tangannya. Dia tidak bergerak dan malah menepuk bahuku dengan lembut, "Dokter berkata kamu mengalami gegar otak yang ringan. Ingin muntah itu gejala normal"
Setelah aku muntah, dia memberikan aku segelas air putih, "Kumurlah"
Setelah berkumur aku siap-siap turun dari tempat tidur untuk membuang plastik tong sampah.
Tidak menyangka dia mengambil plastik itu pada saat aku baru saja menarik plastik itu keluar dari tong sampah, "Berbaring di tempat tidurmu, aku pergi buang saja"
Aku merasa sedikit kaget.
Pada saat dia kembali, aku bertanya dengan cemas, "Bagaimana dengan Bai Yiyi?"
"Untungnya dia diantar rumah sakit dengan cepat. Proses menyelamatkan dia berlangsung selama satu malam satu hari. Nyawanya terselamatkan. Dia berada di ruang ICU sekarang" Membahas tentang ini, tatapan dia juga ikut tenggelam.
Aku memejamkan mataku, tidak menyangka semua ini akan menjadi begitu.
Aku menarik selimutku, "Aku pergi lihat dia"
Mesikipun hal ini bukan aku yang perbuat, tetapi dia mengalami insiden ini ketika bersamaku.
"Besok baru pergi saja. Tunggu keluarga dia agak tenang dulu"
Wajahnya sedikit tegang dan dingin, "Siapa yang tahu tentang masalah kamu pergi cari dia?"
Aku mengerti mengapa dia menanyakan hal ini. Dia meragukan bahwa ada yang tahu aku mau pergi mencari Bai Yiyi dan orang itu merisaukan Bai Yiyi akan memberi tahu aku makanya dia membuat jebakan.
Aku berpikir sejenak, aku hanya memberi tahu dia dan Zhou Zhiyun.
Zhou Zhiyun....... masalah ini seharusnya tidak berhubungan dengan dia.
Tetapi kalau tidak berhubungan mengapa orang itu bisa tahu semua rancanganku dengan jelas?
Melihat aku tidak berbicara, Cheng Jinshi mengambil obat yang berada di atas meja dan mengoles ke wajahku.
Dia berkata dengan nada tenggelam, "Tenang saja. Kamu sudah berkata hal ini tidak berhubungan dengan kamu. Aku tidak akan membiarkan kamu berhubungan dengan masalah ini"
Suara dia sama seperti dulu, tetapi ada sesuatu yang berbeda.
Iya. Yang berbeda adalah kali ini dia mau membuat aku merasa tenang.
"Tidur sebentar lagi?" Dia berkata lagi.
Kepalaku merasa sedikit pusing, aku mengangguk, "Baik"
Setelah aku berbaring, dia menutupi selimut untukku.
Mungkin karena tubuhku lagi tidak enak badan, atau mungkin karena ada dia di sisiku, aku tertidur dengan tenang meskipun masalah menjadi semakin parah.
"Mengapa kamu tidak ijinkan aku masuk?!"
"Benar. Dia membuat adikku menjadi seperti itu. Dia masih bisa berbaring di rumah sakit dengan tenang?!"
...................
Aku mendengar suara kakak dan ibu Bai Yiyi. Pada saat aku bangun, Chenlin berada di sisiku.
Melihat aku bangun, Chenlin melihat ke pintu ruangan dengan wajah tidak berdaya, "Kamu sudah bangun? Apakah kamu merasa sakit dimana? Aku akan memanggil dokter"
Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak ada"
Aku melihat ke sekeliling ruangan, Cheng Jinshi sudah tidak berada di sini.
Chenlin menjelaskan : "Bagian perusahaan Su dan beberapa pemilik saham Dongchen memaksa direktur Cheng untuk memberikan mereka penjelasan. Dia pergi ke kantor untuk rapat. Selesai rapat dia akan datang lagi"
"Suruh dia jangan datang lagi, selesai kerja, pulang rumah istirahat saja"
Dia berada di sini satu malam semalam, sekarang pergi ke kantor rapat lagi. Robot juga tidak bisa bekerja 24 jam tanpa berhenti.
Suara ribut di luar ruanganku masih berlanjut. Dokter dan perawat tidak bisa menenangkan mereka. Suara ribut mereka pun menjadi semakin kuat.
Hatiku merasa kacau mendengar itu. Aku bangun dari tempat tidur dan mau menjumpai ibu Bai Yiyi. Baru saja buka pintu, aku melihat ada dua polisi.
Sepertinya mereka mengadu ke kantor polisi.
Ibu Bai Yiyi melihat aku dan mau mendekati aku lagi, Chenlin menghalangi di depanku dan polisi juga segera menangkapnya.
Ibu Bai Yiyi melepaskan dirinya dari polisi dan marah sambil menunjuk aku, "Apakah kalian polisi itu buta? Pembunuhnya adalah dia. Mengapa kalian malah menangkapku?"
Novel Terkait
After The End
Selena BeeCinta Seorang CEO Arogan
MedellineThe Revival of the King
ShintaGet Back To You
LexyMy Charming Lady Boss
AndikaMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiAir Mata Cinta
Bella CiaoCinta Tak Biasa
SusantiCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu