Cintaku Pada Presdir - Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku

Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku

Aku hanya merasa kemarahan sudah mencapai puncak, seluruh tubuhku bergemetaran tidak terkendali.

Ning Zhenfeng dengan santai menyandar di sofa, “Xiao Xi, sekarang kamu juga memiliki saham perusahaan Ning, kalau perusahaan berkembang baik, kamu akan untung bukan rugi, kenapa kamu harus begitu keras kepala?”

Aku menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengontrol nada suaraku, “kamu boleh lakukan apa saja ke aku? Kakek sudah tua, tidak tahan tekanan apapun, tunggu kakek sudah pulang, barulah kita bahas masalah ini.”

Dia mengerutkan alis, tidak mengalah setengah langkah pun, “jangan mengira aku tidak tahu niatmu, tunggu kakekmu pulang, apa syarat aku untuk berunding dengan kamu? Akan kuberikan kamu waktu seminggu, kalau tidak, maka bakal ada masalah yang tidak bisa dirahasiakan.”

 “kamu… …”

Aku menunjuk dia, marah hingga tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Dia berkata lagi: “tenanglah, seminggu ini saya pasti akan membuat kakekmu nyaman di sini, kamu hanya perlu memikirkan cara bagaimana agar Cheng Jinshi bisa menyetujui permintaanmu.”

Aku benar-benar merasa diriku sendiri buta, di saat dia mencari aku untuk pinjam uang, aku malah bisa menganggap bahwa dia benar-benar sudah menyesal dan sadar diri!

Saat tiba di rumah, Song Jiamin sudah pulang dari mall, sengaja memamerkan belanjaannya di ruang tamu, aku sudah memang tidak senang, sekarang semakin jengkel, aku sekedar beresin makan siang, lalu langsung naik ke atas. 

Aku merenggangkan otot leher, kemudian ingin bertanya ke Zhou Xueke tentang masalah yang aku minta bantuan darinya tadi pagi, tapi malah tidak menemukan handphone.

Aku mengeluarkan semua isi tas, tetap tidak bisa menemukan handphone, saat lagi panik, terdengar ketukan pintu kamar.

Aku pergi membuka pintu, Xiao He berdiri di depan pintu, lengannya tergantung mantel yang aku kenakan pagi tadi, dia mengingatkan: “tadi kamu menggantungkan mantel di pintu masuk, handphone-mu juga tertinggal di dalam mantel… …”

Dia berhenti sejenak, seperti sedang mempertimbangkan sesuatu, berkata dengan ragu-ragu: “sepertinya nona Song menyentuh handphone-mu, aku juga kebetulan lewat pas itu, tidak terlalu yakin dengan apa yang dia lakukan, kamu cek sendiri saja.”

Aku mengangguk, “baiklah, terima kasih.”

Aku segera mengeluarkan handphone dari saku mantel, terlihat sebuah pesan dari Zhou Xueke, isinya singkat, “aku berhasil memotretnya, hasilnya sama dengan apa yang kamu duga.”

Pagi tadi aku meminta bantuan Xueke untuk melacak Song Jiamin, lihat apa yang dia lakukan dengan uang yang diberikan Jinshi, apakah akan diberikannya ke pria itu.

Melihat pesan itu, hatiku tegang, tidak yakin apakah Song Jiamin sudah melihatnya, tapi setelah berpikir-pikir, walaupun dia sudah melihat isi pesan, dia belum tentu bisa mengetahui maksud dari pesan itu

Kemudian membuka kontak, ingin menelpon Zhou Xueke menanyakan lebih jelas, malah terlihat sebuah panggilan terhubung di beberapa menit yang lalu, itu adalah panggilan dari Zhou Xueke, terhubung selama 12 detik.

Aku segera menelpon kembali, dia dengan cepat menghubungkan panggilan, “Xiao Xi?”

Aku memberikan respons, barulah dia melanjutkan: “apakah tadi kamu yang mengangkat telepon? Kenapa kamu tidak bicara, aku kira orang lain, jadi langsung mematikan telepon

Aku merasa lega karena reaksinya cepat, lekas bertanya: “Song Jiamin diam-diam mengangkat teleponku, apa saja yang kamu katakan tadi?”

Nada suaranya langsung melonjak tinggi, “dia masih berani mengangkat teleponmu, kelakuan orang ini benar-benar tidak ada batasnya! Aku melihat kamu tidak membalas pesanku, jadi aku meneleponmu, tapi aku hanya menyebutkan beberapa kata, tidak menyebutkan nama, dia tidak akan tahu.”

Aku merasa lega, “baiklah kalau begitu, dia benar memberikan uang ke pria itu?”

Xueke tertawa ironi, “sesuai dugaanmu, pagi tadi dia membiarkan Xiao Bao sendirian di taman bermain anak-anak, kemudian dia sendiri malah pergi bertemu pria itu, memberinya uang, aku tidak tahu jelas berapa jumlahnya, tapi mereka sepertinya berantem, sepertinya Song Jiamin ingin memutuskan hubungan mereka.”

Aku menggigit bibir, “baik, kirimkan ke aku foto yang aku dapat ya.”

Setelah mematikan telepon, Xueke pun langsung mengirimkan foto ke aku, tapi gerak-gerik mereka di dalam foto tidak terlihat intim, foto ini tidak bisa menjelaskan hubungan mereka.

Aku masih merasa ada yang tidak beres, melemparkan handphone ke atas ranjang, kemudian turun ke lantai bawah mencari Song Jiamin, ingin memastikan apakah dia mengetahui sesuatu.

Dia membuka pintu dengan mukanya yang sedang mengenakan masker perawat muka, aku segera bertanya dengan langsung, “kenapa kamu mengangkat teleponku?”

Dia berkata dengan merasa tidak bersalah: “kamu lihat dengan mata bagian mana kalau aku mengangkat teleponmu? Jangan cari gara-gara.”

Aku benar-benar tidak bisa tahan dengan tampangnya yang begitu tidak tahu malu, “Heh, kalau begitu aku akan pergi lihat rekaman CCTV, bagaimana kalau ada?”

Dia langsung melepaskan masker, lekas marah, “apakah perlu sampai melakukan itu, aku hanya khawatir mana tahu temanmu itu punya masalah mendesak, makanya aku membantumu mengangkat telepon.”

Aku memelototi dia, tersenyum dingin, “jadi aku harus berterima kasih padamu? Lain kali kamu jangan berbuat baik lagi, aku tidak mampu menanggung.”                                                                                                                                  

Selesai bicara, aku langsung naik ke lantai atas, kalau dia mengetahui bahwa aku sedang memeriksa dia, tampangnya pasti akan tampak berdosa, tapi sekarang dia bersikap begitu lugas, tampang yang kelihatan tidak mengetahui apa-apa.

Pikiranku sedikit kacau, aku memutuskan untuk menyampingkan masalah dia dan pria itu dulu, sekarang masalah Ning Zhenfeng lebih mendesak.

Membuat Cheng Jinshi menuruti permintaan Ning Zhenfeng, jelas tidak mungkin, aku juga tidak bisa mengajukan permintaan ini.

Ning Zhenfeng memberiku waktu seminggu… …mungkin, aku bisa mencari kesempatan di saat dia tidak ada di rumah, diam-diam membawa kakek pergi.

Keesokan harinya, adalah hari janjian check-up, karena semalam aku insomnia, jadi pagi ini aku bangun telat.

Setelah mandi aku turun ke lantai dasar, hari ini adalah sabtu, tapi malah hanya ada Xiao He di rumah.

Aku memakan sarapan, kemudian bertanya ke dia, barulah dia memberi tahu aku bahwa hari ini keluarga Cheng mengadakan makan bersama, mereka semua sudah pulang ke rumah tua.

Aku terbengong, makanan di mulut menjadi susah di telan, tenggorokanku juga bagai tersedak gumpalan kapas, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Hanya merasa emosiku tidak jelas, aku sudah bukan merupakan bagian keluarga Cheng, makan bersama memang sudah tidak berhubungan dengan aku.

 “tuan bilang hari ini kamu akan pergi check-up, dia menyuruhku mengantar kamu pergi.” Xiao He yang sedang membereskan piring, tiba-tiba bicara.

Aku tiba-tiba terpaku, tidak sangka… … dia bahkan memerhatikan tanggal check-up aku.

Aku masih mengira bahwa dia tidak peduli sama sekali.

Rumah selalu ada mobil lebih, tapi aku tidak berhak mengemudi mobilnya, jadi aku selalu menggunakan taksi, tetapi karena dia telah memerintah Xiao He, maka aku juga tidak perlu menggunakan taksi lagi.

Xiao He mengantarku ke rumah sakit dan tidak langsung pergi, justru menemaniku melakukan check-up, katanya itu adalah perintah Cheng Jinshi.

Namun, setengah melakukan check-up, dia ada masalah mendesak, jadi aku membiarkannya pergi.

Lagipula, aku berada di rumah sakit, tidak akan terjadi apa-apa.

Selesai check-up, keluar dari kantor dokter, aku pun dipanggil oleh suara yang tidak asing.

 “Ning Xi?”

Aku membalikkan kepala, agak kaget, “dokter Chen, kebetulan sekali.”

Dokter Chen adalah dokter ibuku, ibuku tinggal di rumah sakit selama empat tahun, dia yang mengurusnya, jadi kami sudah saling mengenal.

Mukanya berseri: “iya kebetulan sekali, sekarang aku tidak sibuk, jadi menemani istriku ke sini, kebetulan ketemu kamu.”

Aku pun baru mengerti kenapa dia bisa muncul di departemen kebidanan, lekas tersenyum, “aku harus benar-benar mengucapkan selamat untukmu, tiga tahun dapat dua anak.”

 “terima kasih.” Tawanya terlihat luar biasa senang, dia memandang sekilas perutku, “kamu juga datang check-up? Mana suamimu?”

Aku tersenyum tawar, “kami sudah cerai.”

Aneh sekali, kenapa setiap kali membahas masalah ini, hatiku selalu terasa masam.

Dokter Chen menyimpan senyumannya, “maaf sekali, aku seharusnya tidak membahas ini. pastinya sangatlah tidak mudah bagimu, kalau ada yang bisa aku bantu, sudilah katakan.

 ‘iya, terima kasih.” Aku merapatkan bibir, “kalau begitu aku pulang duluan ya.”

Beru saja ingin pergi, dia seperti teringat sesuatu, menepuk jidatnya, segera berkata: “oh ya, di saat perawat membereskan kamar inap ibumu, dia menemukan barang yang tidak sengaja kamu tinggalkan, sepertinya mahal, kebetulan aku sibuk di beberapa hari itu, jadi aku menyimpannya, rencana ingin menelponmu agar datang untuk ambil, tapi nomormu tidak aktif. Barangnya masih di kantorku.” 

Langkahku terhenti, “barang apa?”

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu