Cintaku Pada Presdir - Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya

Aku dapat merasakan suhu pria itu naik, menempel ke kulitku, terasa hangat, ambigu dan meresap masuk ke tulangku.

Ketika aku menggerakkan tanganku, jari tanganku jatuh ke wastafel dan membuat suara gemericik air, Pria itu sedikit melengkungkan tubuhnya dan mencium daun telingaku dengan kepala tertunduk, seolah sedang menyulutkan api, membakar birahiku.

Dia mencium dengan penuh perhatian dan cermat, tidak melepaskan sudut apa pun, setiap ciuman dekat dan panjang, seperti sedang memperlakukan sebuah harta yang berharga.

Dia menekan pundakku, membalikkan tubuhku, dan menghadapnya.

Tanpa sadar aku mendongak untuk melihatnya, dan bibirku langsung disumbat dengan bibirnya, aku mencoba mengambil napas, "kamu ..."

Ketika aku membuka bibirku, lidahnya yang lembut menerobos masuk, menghisap pangkal lidahku, dan kemudian dengan lembut mencium bibirku. Suara itu mengalir dari bibirku, terdengar sangat seksual. "Aku apa? Hm?"

Dia menatapku dengan mata tenggelam, mengangkatku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, berjalan ke kamar tidur dengan kaki panjangnya, dan perlahan-lahan meletakkan aku di tempat tidur, Suaranya terdengar serak,

"sayang ..."

Akal sehatku sudah mulai hilang.

Aku sudah tidak perduli dengan apa pun lagi, Aku hanya ingin bersamanya.

Dia menggerakkan satu tangannya dari pinggangku, membuka kancing baju atasanku, dan membuka kaitan dipunggungku, aku mulai merasa gugup, Dia menunduk, menggigit lembut dan menjilat.

Aku mencoba menahannya, mencoba bergerak ke belakang, tetapi dia mendominasi dan mengunci pinggangku, tidak mengizinkanku bergerak mundur, ada sesuatu yang menekan bagian bawah perutku, terasa keras.

Ketika dia melepaskan ikatan ikat pinggangnya dan menaikkan rokku keatas dengan mudah, suhu di ruangan itu tiba-tiba memanas.

Asalkan dia menggunakan sedikit kekuatan saja, dia sudah bisa masuk ke dalam tubuhku sepenuhnya.

Pada saat aku merasakannya, tubuhku tidak bisa menahan diri untuk menggigil, dan kukuku mencengkeram bahunya, "tidak ..."

Tubuhku telah runtuh, tetapi akal sehatku tidak mengizinkannya.

"Tubuhmu lebih jujur darimu."

Dia menatapku dengan mata beratnya, Pada saat pinggangnya bergerak maju, sosok Qin Yuming tiba-tiba terlintas di pikiranku, seperti air dingin, membuat aku langsung sadar, aku mendorongnya. "Cheng Jinshi, jangan sentuh aku!"

Dia tanpa persiapan dan terdorong pergi olehku.

Mungkin aku telah menolaknya berkali kali hari ini, telah menginjak harga dirinya, dia menatapku dengan cemberut, "kamu bisa menolakku, tapi kamu harus pindah untuk tinggal bersamaku, kalau tidak, aku akan mengirim anak itu ke Eropa, kamu tidak akan pernah bisa melihat dia lagi."

"Apa hakmu untuk melakukan itu ?!"

"Karena aku adalah ayah dari anak itu."

Dia menjatuhkan kalimat itu dengan dingin dan membanting pintu kamar.

Segera, terdengar suara pintu ditutup dari ruang tamu.

Aku tidak menyangka bahwa suasana hati pria ini akan berubah begitu cepat, detik terakhir terasa hangat tak terhingga, saat berikutnya acuh tak acuh.

Selamanya tidak bisa melihat anak itu lagi.

Kalimat ini melayang berulang-ulang di telingaku, aku melihat ke arah kepergiannya, emosiku runtuh, air mata terus-menerus jatuh.

Kenapa harus mengancamku seperti ini?

Setelah berpisah lalu bersatu kembali, lalu apa yang bisa kita lakukan.

Apakah dia mencintaiku? dia tidak, Bagaimana bisa seorang pria yang akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, akan mentolerir aku untuk bersama orang lain.

Bahkan mainan yang tidak dia inginkan juga tetap harus menjadi miliknya.

Aku berpikir untuk waktu yang lama, tetapi aku tidak bisa terpikirkan cara lain, Cheng Jinshi telah memutuskan, hanya jalan ini yang bisa kulalui.

Aku tidak tahu kapan akhirnya tertidur.

Keesokan harinya, aku terbangun karena suara bel pintu, aku bangkit untuk membuka pintu, Zhou Ziyun berdiri di pintu dengan wajah lembut, "aku membelikanmu sarapan."

"Kamu kok bisa ke sini?" aku mengambil sepasang sandal rumah dan meletakkannya di lantai.

Dia mengganti sandal dan masuk, meletakkan sarapannya di atas meja, Dia tersenyum ceria seperti angin di musim semi. "Aku pagi ini tidak ada kerjaan, Aku ingin melihatmu, kamu sikat gigi dan sarapan bersamaku deh."

"Baiklah."

Setelah aku mencuci dan membilas, aku menjadi lebih energik, aku pergi kepadanya dan melihat luka di wajahnya, "Apakah lukamu sudah lebih baik? Apakah masih sakit?"

Dia tersenyum. "Sudah hampir sembuh."

"Baguslah."

Aku baru duduk dan sarapan, tetapi karena aku masih khawatir dengan masalah anak, dan aku tidak punya nafsu makan.

Zhou Ziyun minum segelas air dan mengerutkan kening, "kamu terlihat sangat buruk, Apakah kamu tidak tidur dengan nyenyak semalam? Atau apa ada masalah?"

"Tidak..."

Aku sedikit ragu, tapi aku tahu sudah waktunya untuk memberitahunya.

Apakah aku akan rujuk dengan Cheng Jinshi atau tidak, aku harus menjelaskan kepadanya terlebih dahulu, jangan sampai aku sudah memutuskan baru memberitahunya.

Senyum di wajah Zhou Ziyun memudar secara bertahap, dan dia berkata langsung, "ngomong saja, kamu pasti ada masalah."

"Anakku yang keguguran sebelumnya ternyata masih hidup, Sekarang Cheng Jinshi meminta aku pindah untuk tinggal bersama mereka, atau bahkan menikah lagi, kalau tidak aku tidak akan melihat anak itu."

Hatiku bergejolak.

Zhou Ziyun menatapku dengan wajah yang sangat jelek, "Apa pendapatmu?"

Aku mengerutkan keningku. "Aku tidak tahu, tapi aku sepertinya harus menaatinya."

Aku tidak punya pilihan.

Dia tiba-tiba menepuk meja dan bangkit, gelas di atas meja jatuh ke lantai, mencipratkan air ke semua arah, Dia meraung dengan marah, "Menaatinya ?! jadi yang aku lakukan selama ini buat apa? Apakah semua itu tidak ada gunanya sama sekali?"

Aku terpana sesaat, dan aku mengerti perubahan suasana hatinya. Aku dengan sangat menyesal mengatakan, "Maaf, aku tahu kamu selama ini sangat baik padaku!”

Dia tiba-tiba menerjang ke arahku dan menundukkan kepalanya untuk menciumku, Pikiran bawah sadar aku adalah menghindar, "Zhou Ziyun! Apa yang kamu lakukan?"

Bibirnya jatuh di pipiku, dan dia mengulurkan tangan dan meremas rahangku. "Kenapa menghindariku? Ah ?! Kenapa?"

"Tenanglah ..." Rahangku terjepit sepertinya akan dihancurkan dan terasa sakit.

Dia sangat baik padaku, aku tidak ingin mempermalukannya, aku akan mencoba menenangkannya.

Matanya muram menatapku, menggertakkan giginya. "Tenang? Untuk apa? Kenapa aku tidak bisa melakukan apa yang Cheng Jinshi bisa lakukan padamu?"

"Jangan lakukan ini ..."

Aku belum pernah melihat Zhou Ziyun yang seperti ini, aku terkejut sesaat.

Dia bahkan makin marah, dahinya yang masih luka menyentuh rahangku, yang membuat aku mau tak mau harus melihat langsung ke wajahnya, Wajah lembutnya berubah, "Dari awal, aku sudah berulang kali mengingatkanmu! Aku sudah mengirimimu foto dan berulang kali mengingatkanmu bahwa anakmu masih hidup!"

"Apa yang kamu katakan?"

Aku bahkan lebih bingung, sampai aku lupa rasa sakit di rahangku.

Dia menatapku dengan dingin dan berpikir. "Apakah kamu tidak menerima foto setelah keguguran? Foto Lin Zhi menggendong seorang anak?"

Boommmm …

Kata-katanya, seperti bom, jatuh ke kepalaku dan membuat telingaku berdengung.

Aku memang mendapatkan foto itu.

memang benar bahwa seseorang mengirimi aku pesan berulang-ulang dan mengatakan sesuatu yang tidak dapat aku mengerti.

Apa maksudmu?

Aku dengan tidak percaya menatapnya, "Aku, ponsel aku banyak mendapat pesan anonim, itu semua dari kamu ?!"

Tidak mungkin.

Bagaimana bisa seperti ini.

Aku sudah menebak siapa orang ini sampai kepalaku pecah, ternyata selama ini orang itu ada di dekatku?

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu