Cinta Yang Paling Mahal - Bab 9 Amarah Dan Hinaannya

“Nona Yutta yang dulu kini berposisi segitu hina hingga mencium seorang bawahan di depan umum hanya untuk memohon pengampunan. Menurutmu apakah Hartono Aloysia akan merasa malu setelah mengetahui hal ini?” Hartono adalah ayah kandung Yutta.

Tubuh Yutta bergetar, wajahnya langsung pucat. Tapi detik berikutnya, dia teringat sesuatu. Dia menjawab dengan menggerakkan bibir pucatnya “Tidak ada Yutta di rumah Aloysia. Aku hanyalah seorang tahanan.” Yutta melihat wajah tampan yang berjarak dekat dengannya, itu adalah sosok yang didambakannya dulu. Kini, dia malah berusaha menghindar dari sosok ini bagaikan menghindar dari ular berbisa.

“Tuan Eldric, aku hanyalah seorang tahanan. Anda tidak perlu mempermasalahkan seseorang yang tidak penting. Biarkan aku pergi.” Yutta memendam rasa takutnya pada Eldric, mencoba untuk merendahkan diri sebisa mungkin. Dia hanya berharap dirinya bisa hidup.

Apa itu harga diri? Setelah keluar dari neraka yang gelap itu, dia akhirnya bisa menikmati cahaya matahari. Dia enggan kehilangan kehangatan yang diperoleh dengan susah payah ini.

Eldric menyipitkan mata dengan ekspresi berbahaya, mata dibanjiri amarah... Bagaimana mungkin wanita hina di depannya ini adalah Yutta yang selalu menjeratinya, Yutta yang menerkamnya dengan perasaan membara walau dia cuek padanya!?

Dia menggertakkan gigi! Kemarahannya tak beralasan jelas, bahkan dia sendiri pun tidak tahu mengapa dirinya marah.

Tatapannya yang tajam dan dingin tertuju pada bibir Yutta. Masih ada jejak Ridwan di atas itu — Ketika dia menarik wanita ini secara paksa, gigi Ridwan tidak sengaja meninggalkan bekas di bibir wanita ini.

Tiba-tiba … …

"Itu ciuman pertamamu?"

“… Hah?” Yutta terbengong, tapi wajahnya lekas tersipu.

Kemarahan yang tak terkatakan melonjak di dalam hati Eldric. Ekspresinya menjadi semakin dingin. Dia tiba-tiba menarik lengan Yutta, mengangkatnya dengan kasar, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan langkah besar.

"Lepaskan aku, tolong, biarkan aku pergi."

Yutta memohon.

Dia diseret oleh Eldric. Kakinya belum pulih, sehingga langkah kakinya tidak stabil. Dia terhuyung-huyung di sepanjang jalan dan berkali-kali hampir jatuh. Pria diselubungi kemarahan, dia sama sekali tidak peduli dengan wanita di belakangnya.

Yutta ditarik ke kamar mandi oleh Eldric. Sebelum dia berdiri stabil, dia langsung diseret oleh satu tangan ke samping bak mandi. Pria menyalakan keran, lalu kepala Yutta ditekan ke bawah pancuran air "Uh... tidak... Uhuh~"

Eldric tidak bisa meredakan emosinya, mata hitamnya membakar api amarah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tangannya terus menggosok bibir wanita.

“Tuan … Eldric, Uh. Aku salah, aku bersalah. Uh. Biarkan aku pergi, aku tahu aku salah … Uh!” Bunyi air mengalir bercampur dengan suara batuk, serta suara wanita yang berulang kali memohon ampun.

Sedangkan pria tidak mengucapkan sepatah kata pun dari awal sampai akhir. Dengan sikap dingin, dia menggosok bibir wanita berulang kali. Sampai bibir wanita menjadi merah dan bengkak, barulah dia melepaskan tangan.

“Uh …” Setelah Yutta bebas, dia menyangga pada dinding marmer hitam, terbatuk-batuk. Dia terlihat sangat terpuruk sekarang. Terdengar suara dingin dari atas kepala "Kasih tahu aku, bagaimana cara Ridwan menciummu?"

“…” Yutta mendongak dengan kaget. Mulutnya setengah terbuka. Pertanyaan macam apa ini? Apa yang harus dijawabnya?

Apakah Eldric mencoba mempermalukannya? Yutta memalingkan muka dengan canggung, tidak berkata apa-apa... Ini mungkin adalah perlawanan paling ekstrim yang bisa dilakukannya sekarang.

Eldric terlalu kejam! Haruskah dia mempermalukan dirinya seperti ini! ?

Mata pria di depannya menyipit... Menghindar? Wanita ini berani menghindar darinya?

Jari-jari ramping tiba-tiba terulur, mencubit dagu Yutta dan memaksa Yutta untuk menatap dirinya.

Tiba-tiba, wajah tampan Eldric perlahan mendekati Yutta. Jarak di antara mereka semakin dekat, mata Yutta membelalak semakin lebar.

Sudah dekat, sudah dekat...

Begitu dekat hingga Eldric hampir menciumnya. Pada detik tertentu, hati yang mati berdebar.

Bibir Eldric sudah dekat dan hampir menyentuh... Cepat...

Tiba-tiba, pria di depan menghindar dari bibirnya dan berbelok ke arah telinganya. Bibir tipis menempel di telinganya "Heh~" Diiringi suara cibiran, Yutta mendengar ejekan yang menghina "Kamu tidak mengira bahwa aku akan mencium wanita seperti kamu, bukan?"

Yutta bagai berada di tengah-tengah musim dingin, darah di wajah seolah membeku.

Eldric menatapnya, memasang senyuman sinis "Aku merasa kamu kotor."

PONG!

Kata terakhir yang meruntuhkan segala harapan! Langit berjungkir balik, tubuh Yutta melunak di atas lantai marmer.

Eldric adalah iblis!

Seutas bayangan menyelubungi Yutta. Dia tahu bahwa itu adalah Eldric.

Dia meringkuk dengan tangan memeluk kaki, memperingatkan dirinya untuk tidak membuat iblis ini marah. Jangan membuatnya marah, maka semuanya akan baik-baik saja.

Dia harus hidup, hidup dengan baik.

Yutta yang menguburkan kepala di dada tidak bisa melihat mata muram dari pria yang berdiri di depannya.

Eldric memandang wanita di depannya dari posisi tinggi, bagaimanapun dia tidak bisa menghubungkan cacing malang di depannya ini dengan Yutta yang ada di dalam ingatannya.

Dengan tatapan yang kompleks, Eldric berkata dengan dingin "Minta ampun padaku, aku mungkin akan membiarkanmu pergi."

Sepasang mata tajam menatap wanita di lantai. Di tengah-tengah itu, seolah tersirat harapan tertentu. Bahkan Eldric sendiri pun tidak menyadarinya.

Bahu Yutta sedikit gemetar, lalu dia tertawa sinis pada diri sendiri. Apa itu harga diri? Dia hanyalah penjahat yang diberi kode 926. Dia bukan lagi Yutta yang dulu. Untuk apa dia menjaga harga diri? Hidup adalah hal terpenting.

Di depan Eldric, Yutta berlutut "Tuan Eldric. aku mohon. Anda hanya perlu memperlakukan saya seperti kentut, biarkan saya pergi."

Tercengang! Wajah pria seketika mendingin, amarahnya melonjak semakin tinggi. Segitu hina, wanita ini bahkan membuang harga dirinya! Wanita ini menjadi segitu hina!

Pria tidak tahu perasaan macam apa yang ada di hatinya, dia meninju cermin di depan, meraung dengan marah "Keluar!"

Yutta sangat senang. Dia seolah menerima amnesti, berjuang untuk bangun, bertatih-tatih untuk melarikan diri.

Di belakang, Eldric menatap punggungnya dengan tatapan dingin. Wajah tampan bagai dilapisi es yang dingin.

“Wanita sialan!” Tinju lain dihantamkannya lagi.

Yutta tampak seperti melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa. Dia mengabaikan ketidaknyamanan di kaki. Lift sedang bergerak turun. Pintu terbuka dengan diiringi suara "ding" Berhenti di basement.

Dia tidak kembali ke klub lagi. Begitu keluar dari lift, dia melangkahkan kakinya yang bermasalah, bergegas keluar dari gedung.

“Mas, pergi ke Kompleks Nanwan.” Dia menghentikan sebuah taksi. Biasanya dia tidak rela duduk taksi, tetapi hari ini dia bersedia merogoh saku untuk membayar ongkos taksi.

Sesampainya di rumah, dia segera mengeluarkan tas koper murahan dari bawah ranjang, lalu buru-buru mengemasi barang-barangnya yang tidak banyak.

Dia harus pergi!

Eldric sudah datang!

Eldric begitu membencinya, pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang!

Dia harus pergi dari sini sekarang juga!

Dia harus hidup. Dia tidak punya banyak waktu untuk disia-siakannya pada Eldric. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dilakukan.

Di tengah malam yang gelap, sesosok yang pincang diam-diam berjalan keluar dari rumah kontrakan murah di Kompleks Nanwan.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu