Cinta Pada Istri Urakan - Bab 908-909 Menggali Kuburan Orang

Pada malam hari, berdiri melihat ke bawah dari atas puncak gunung, ada garis pantai panjang di depan mata, bunyi ombak yang bergesekan dengan batu terdengar sampai ke telinga, Semua ini adalah hadiah dari alam.

“Cukup lewat ilalang ini, maka sudah akan tiba.”

Jerome menunjukkan arah, Jino pun memegang erat stir mobilnya lalu melaju lurus ke depan.

Tidak ada jalan sama sekali di sini, mobil pun dilajukan masuk ke dalam ilalalng, ilalang lebat ini sudah lebih tinggi dari pada kepala manusia. Mobil terus berjalan di dalamnya tanpa menyalakan lampu. Ilalang di kedua sisi tanpa henti terus menggores jendela mobil.

Pemandangan ini, suara ini sungguh menakutkan.

Seluruh yang ada di desa ini telah dibantai 30 tahun lalu, darah mengalir bagai sungai dan tulang-belulang berserakan di tanah. Setelah beberapa hari kemudian, tercium bau tidak enak ke desa-desa sekitarnya. Barulah mereka menemukan semua itu, dan berita ini mengejutkan seluruh dunia.

Pada saat itu, Polisi Kriminal Internasional secara langsung terlibat dalam penyelidikan dan memutuskan kalau ini ulah organisasi teroris, tetapi sayangnya mereka tidak menemukan petunjuk apapun mengenai pembunuhnya.

Dan sampai sekarang kasus ini masih belum terselesaikan dan jadi kasus yang menggantung.

Sudah tiga puluh tahun berlalu, banyak orang yang sudah lupa dengan kasus yang menggantung ini. Malah nama ‘Desa hantu’ yang lebih teringat jelas di ingatan mereka.

Akhirnya, mobil bisa melewati ilalang lebat itu. Di depan mereka ada tempat datar dan terbuka. Lebih jauh lagi, ada deretan rumah tua bobrok.

“Kenapa gelap sekali?” tanya Darius, “Kamu yakin mereka tinggal di sini?”

“Aku yakin, Tapi aku juga penasaran kenapa tidak ada cahaya sama sekali di sini?”

Gavin memerintahkan dengan suara pelan, “Jino, terus melaju ke depan.”

Mobil pun terus melaju ke depan.Tapi karena cahaya lampu mobil terlalu mencolok, jadi mereka tidak menyalakan lampu mobilnya. Mereka hanya bisa perlahan-lahan menjelajahi jalan di depannya dengan bantuan cahaya bulan yang cerah.

Jerome berkata, “Kita sudah memasuki desa. Ini adalah alun-alun.Di kedua sisi kita, ada deretan rumah. Dan rumah tua kakekku ada di paling dalam.

Gavin, “Terus jalan kedepan.”

Darius mengingatkan, “Bos, apa ini bukan jebakan? Jangan sampai nantinya mereka malah berhasil menangkap kita mangsa mereka di tangan mereka.”

Gavin, “Kamu kira ini resimen lama apa?” Bahkan jikapun resimen lama yang asli, kita juga tidak takut, apa yang ditakutkan coba? Resimen lama sudah cukup bertempur secara internal, dan hanya tersisa nama saja. Sekelompok orang yang tersisa, semuanya bersama hanya karena mementingkan keuntungan pribadi masing-masing, jadi apa yang perlu ditakutkan.”

Jerome, “Benar sekali, bawahan Jeremi yang paling sulit diatasi hanya Ralph Keben.Yang lainnya hanyalah sampah saja, jadi tidak perlu takut jika bertemu mereka.

Pada saat ini, Jino berkata dengan gembiranya, “Bos, ada cahaya di depan.”

“Ayo kita lihat.”

“Iya.”

Mobil sudah dilajukan setengah jalan ke arah sumber cahaya itu, di depan tampak ada lampu sorot yang sangat terang dan ada beberapa eskavator yang bekerja di bawah sana, seolah sedang menggali sesuatu.

Jino menghentikan mobilnya di tempat yang gelap, lalu empat orang turun dari mobil dan diam-diam berjalan lurus ke depan.

Semakin berjalan ke depan, mereka semakin melihat dan mendengar dengan jelas.

Itu adalah tanah datar di kaki gunung, tim pekerja sedang bekerja dengan helm berwarna kuning lemon yang tampak jelas di bawah cahaya. Mencoba menghitungnya, kira-kira ada sepuluhan orang di sana dan ada tiga eskavator.

Ada dua orang pekerja yang sedang merokok di rerumputan, mereka merokok sambil mengobrol, mereka berdua sepenuhnya menggunakan bahasa Vietnam.

“Aku tidak tahu apa yang mau dicari oleh Tuan Jeremi. Apa gunanya menggali kuburan, tidak ada apa-apa di dalam selain tulang belulang.”

“Huh, kalau dari awal tahu akan secapek ini. Lebih baik, aku memilih ikut dengan anak Tuan Jeremi saja, setidaknya berlabuh di atas kapal, lebih nyaman.”

“Iya, aku kira kalau ikut dengan Tuan Jeremi, aku bisa pulang lebih cepat. Kita sebenarnya kapan bisa pulang sih.”

“Sudah jangan bicara lagi, ayo lanjut gali lagi.”

Kedua pekerja itu akhirnya menyedot rokok terakhir mereka lalu mematikan puntung rokoknya, menepuk-nepuk debu di tubuh mereka, dan kembali terus bekerja.

Jerome yang bersembunyi di kegelapan, emosinya hampir saja meledak. Jika bukan karena Gavin yang menenangkannya, takutnya mungkin Jerome sekarang sudah maju ke depan untuk menghentikan itu.

Darius dan Jino tidak mengerti bahasa vietnam, karena tidak mengerti jadi mereka bertanya, “Bos, apa yang mereka katakan?”

Gavin menghela napas, lalu menepuk pundak Jerome mencoba menenangkan, dan berkata, “Jeremi menyuruh mereka untuk menggali kuburan orang.”

“....” Darius dan Jino saling memandang terkejut, 30 tahun lalu sudah membunuh habis seluruh orang di desa ini, 30 tahun setelahnya masih ingin menggali kuburan orang-orang itu. Dendam apa sih ini semua?!

Ketiga orang itu lebih bersimpati kepada Jerome, dia telah menanggung kebenciam dan dendam yang begitu dalam, yang tidak akan bisa dibayangkan oleh orang biasa.

Di dunia ini masih banyak sekali hal yang tidak bisa dikendalikan oleh hukum, juga masih banyak sekali penjahat yang tidak bisa dihukum oleh hukum.

Gavin berkata dengan suara rendah, “Jerome, aku perjelas dulu ya. Kami semua kesini bukan untuk membantumu membalas dendam. Kami kesini untuk mencari Profesor Sugi Ona, dendam pribadimu tidak ada hubungannya dengan kami.”

Jerome mencoba menekan api emosi dalam benaknya, lalu berusaha menenangkan diri, “Aku tahu, Aku lebih akan memikirkan orang yang masih hidup dari pada orang yang telah meninggal dunia. Nguyen Song butuh obat penawar racun, banyak orang juga yang butuh obat penawar racun. Dan obat penawar racun itu, kita hanya bisa mengandalkan Profesor Sugi Ona, aku paham semuanya.”

“Baguslah, karena kamu paham, kalau begitu jangan terlalu terbawa emosi. Kita semua sekarang adalah satu tim, kamu tidak bertarung sendirian. Jadi kamu harus mendengarkan aku.”

Jerome mengangguk, dia sendiri yang mencari Gavin jadi tentu saja dia sangat percaya pada Gavin.

Gavin terus berhubungan dengan pasukan pusat. Pada saat ini, Hendro mengirim pesan mendesak, “Bos, apa kamu di sana? Apa kamu bisa dengar?”

“Bisa, kenapa?”

"Aku tidak bisa melacak posisi kalian saat ini, kalian ada dimana?”

“Desa hantu.”

“....” Legenda desa hantu ini sangat mistis dan misterius. Hal-hal itu tidak bisa sepenuhnya dipercaya atau tidak dipercaya. Semua orang terkejut sekali, ketika tahun itu seluruh penduduk di desa itu dibantai habis dalam semalam. Yang dilakukan Departemen intelijen internasional yaitu melakukan penghapusan posisi desa itu, ini sebagai bentuk penghormatan untuk orang-orang yang meninggal. Seiring waktu berlalu, ini telah menjadi aturan tidak tertulis dalam industri. Dan selama 30 tahun ini, tidak ada yang berani menghancurkan aturan itu

Hendro mengatur ulang ucapannya, lalu bertanya, “Apa menemukan sesuatu?”

“Kuburan desa hantu digali.”

“....” Herdro terkejut lagi, “Digali...gali kuburan orang? Siapa yang berani-beraninya melakukan itu?”

“Pembunuhnya.”

“...” pekerjaan hari ini bagaimana melakukannya coba?

“Sinyal di sini tidak bagus, jika masuk lebih dalam lagi mungkin tidak akan ada sinyal. Jika dalam satu jam aku tidak menghubungimu, kamu langsung laporkan ke polisi kriminal internasional, kamu bilang kalau kita menemukan jejak resemsi lama, dan butuh bantuan. Hal lainnya tidak perlu diceritakan.”

“Baik, Bos, kalian berhati-hatilah.”

“Em.”

Jerome sudah kembali tenang. Dia di depan sepanjang jalan memimpin jalan tim, Gavin dan yang lainnya di belakangnya.

Suara eskavator sangat besar, ditambah dengan langit yang gelap, jadi tidak ada yang menyadari kami memasuki desa.

Berjalan di gang yang gelap, di kedua sisi kami adalah rumah-rumah tua bobrok yang sudah tidak berwujud lagi, dipenuhi dengan bau jamur dan serabut kayu. Dinding-dinding yang pendek dan rendah itu seolah akan langsung jatuh dengan sekali sentuhan.

“Di belakang rumah ada cahaya, mereka ada di belakang gunung.” Jerome mempercepat langkahnya.

Di belakang rumah tua itu adalah satu-satunya jalan menuju ke belakang gunung. Tempat di sepanjang pandangan mata ini, semua pohon yang ditebang tanpa pandang bulu. Hutan gunung ini seperti botak.

Tapi, lampu menyala hanya disini, dan tempat sebesar ini, kosong tidak ada orang satupun.

Angin berhembus di hutan gunung ini dan suara gesekan dedaunan terdengar sangat suram dan menakutkan.

Pada saat ini, di belakang mereka terdengar suara langkah kaki kecil yang semakin lama semakin mendekat.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu