Cinta Pada Istri Urakan - Bab 679 Kamu Jangan Menggoda Aku Lagi

Sementara konser di atas panggung masih panas, Laras mengajak Suli pergi dengan cepat, jika lebih malam lagi, takutnya tidak bisa jalan.

Laras mengemudikan mobilnya, melirik Suli dari kaca spion, Suli sedang dalam kondisi panik, dia sangat khawatir.

“Apa kamu tidak ingin segera tweet di Twitter untuk mengklarifikasi? Sistem Twitter mungkin telah pulih sekarang, coba kamu lihat.”

Suli menggeleng-gelengkan kepala, “Jika aku tweet, bukankah itu seperti menampar wajahnya?”

“Jadi kamu diam-diam saja? Benar-benar bersiap untuk menikah dengannya?”

“… … “ Suli menundukkan kepala melihat cincin berlian yang ada di jari tangannya, hatinya diam-diam berbisik, tidak bisa, harus dikembalikan kepadanya.

“Sekarang pulang ke rumah atau mau kemana? … … Suli? … … Suli? ……”

Suli tersadar dari lamunannya, ekspresinya bingung, “Apa? Iya, pulang ke rumah saja … … jika tidak pulang ke rumah, masih bisa kemana … …”

Laras melihatnya seperti ini, dirinya sendiri juga ikut cemas, mengingatkan dan bertanya : “Apa kamu tidak sebaiknya menjelaskan ke Aaron ?”

“Aku mau menjelaskan kepadanya dengan status apa?”

“… …” Laras sangat sedih, melihat kalian berdua adalah orang bertele-tele dan menyusahkan, benar-benar orang yang punya masalah tidak terburu-buru menyelesaikan, malah orang yang disekitarnya terburu-buru, benar-benar membuatku khawatir.

Setelah mengantarkan Suli aman sampai ke rumahnya, berpamitan dengan Bibi Yang, Laras baru bisa pergi dengan lega.

Diskusi mengenai lamaran kali ini di internet sudah sangat luar biasa, Laras semakin memikirkannya semakin sedih, ketika sampai di depan pintu kediaman Gavin, langsung memutar balikkan mobil pergi ke rumah paman ketiga.

Di tengah jalan, Gavin menelepon kemari, “Halo, kamu dimana, kenapa masih belum pulang ke rumah?”

“Aku pergi ke rumah paman ketiga (paman muda) mencari Aaron.”

“Kamu buat apa pergi mencarinya?”

“Suli tidak menerima Minghe, informasi yang disebarkan salah, aku mengkhawatirkan Aaron.”

“Itu adalah urusan mereka, kenapa kamu ikut mencampurinya?”

“Kamu setiap kali menyuruhku untuk tidak ikut campur, tetapi masalah ini semakin lama semakin parah, semakin lama semakin rumit, bukankah hanya sebuah kalimat, tidak bisa ya membuat senang sedikit?”

“Apa tidak bisa dikatakan lewat telepon, harus pergi ke rumah paman ketiga?”

“Telepon Aaron tidak ada yang menerima, dimana tepatnya dia minum alkohol, aku pergi ke rumahnya dan menunggunya di sana.”

“Kamu … … Kamu sudah gila?! Jangan ikut campur!”

Laras merasa kesal, langsung menutup teleponnya, menginjak pedal gas sepanjang jalan.

Gavin sangat marah sampai hampir menghancurkan handphonenya, mengambil kunci mobil dan bergegas pergi.

Laras memang tergesa-gesa, tetapi dia tidak sembrono, seperti ini pergi ke rumah paman ketiga menunggu Aaron kembali untuk membantu Suli menjelaskan, dia sendiri tahu itu tidak bisa dijelaskan, sehingga, dia memarkir mobilnya di pintu rumah paman ketiga, menunggu Aaron kembali.

Dari waktu ke waktu dia juga terus berusaha menelepon Aaron, tetapi teleponnya selalu tidak ada orang yang menjawab telepon.

Waktu terus berjalan, malam semakin gelap, mobil yang ada di jalan sudah semakin sedikit.

Saat Laras sedang menunggu dengan panik, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela mobil, dia berbalik dan melihat kearahnya, hanya melihat Alvin Jin sedang mengetuk jendela mobilnya.

Dia membuka jendela mobilnya, bertanya dengan marah “Presdir Jin ada perlu apa ya?”

Alvin tertawa sambil berkata : “Waktu melewati sini terus melihat mobilmu, kenapa, ada masalah dengan mobilmu?”

“Tidak ada, terima kasih perhatian kamu.”

“Kenapa? Dilihat dari raut wajahmu sepertinya sedang tidak senang, apa sedang bertengkar dengan suamimu?”

Laras benar-benar malas menanggapinya, “Tidak ada masalah, aku masih ada urusan, Silahkan selesaikan urusan kamu.”

Alvin masih bersopan santun, dia mengadah melihat-lihat warna langit, juga melihat sekilas ujung jalan, “Sekarang sudah larut malam, kamu seorang gadis di pinggir jalan sangat tidak aman.”

Laras menjadi marah mendengar kata-kata ini, Alvin ini menggunakan pengalaman sosial yang lebih banyak darinya, menggunakan usia tua untuk menghina orang lain, siapa yang tidak bisa melihat dia mempunyai hati yang buruk, Alvin masih menganggap dia adalah gadis yang polos yang tidak mengerti apa-apa? Dikarenakan sudah bertemu, hari ini dia harus mengatakan dan memberitahunya.

Jadi, Laras tidak duduk di dalam mobil lagi, keluar dari mobil, berbicara baik-baik dengannya : “Presiden Jin, aku juga tidak tahu dari mana menyinggung kamu, kebetulan bertemu denganmu hari ini, aku akan langsung menjelaskanya padamu.”

Alvin tersenyum, semakin lama semakin merasa dia menarik, “Iya, baiklah.”

Laras adalah orang yang lugas dari dulu, tidak bertele-tele dan bertanya : “Apa kamu ingin menggodaku?”

“Kamu ada kelebihan apa yang membuatku mau menggodamu?”

“Aku tidak paham makanya bertanya padamu, aku adalah seorang wanita paruh baya yang sudah menikah sudah mempunyai anak, dan juga membuka sebuah perusahaan kecil, membawa seorang artis wanita, orang penting mana yang belum pernah kamu temui, masih tertarik terhadap orang kecil seperti aku?”

Alvin sama sekali tidak marah, malah merasa kata-katanya lucu, “Kamu seorang gadis kecil bilang bahwa dirinya sendiri adalah wanita paruh baya, jadi aku adalah apa?”

“Pria tua!” kata Laras dengan lugas.

“Hahahahaha, menarik, kamu benar-benar menarik, tetapi aku tidak menganggap diriku sendiri adalah pria tua.”

"Kamu tidak ingin menjadi tua tidak akan bisa, tidak peduli kamu ingin atau tidak, semua orang akan menjadi tua? Anak perempuanmu sudah menjadi dewasa, dalam beberapa tahun akan menikah dan mempunyai anak, kamu akan menjadi kakek, bagaimana bisa bukan Pria tua? Walaupun jiwa kamu muda menganggap diri kamu sendiri anak muda, juga tidak bisa menutupi keriput yang ada di ujung mata kamu, benar tidak?”

Kata-kata ini membuat Alvin sedikit canggung, benar sekali, mau tidak mau semua orang akan menjadi tua, dalam sekejap, dia berumur 46 tahun, ketiga anak perempuannya yang ada jauh di Amerika, paling besar juga sudah berumur 20 tahun.

Bertahun-tahun dia dan istrinya Anisa pada dasarnya hidup sendiri-sendiri, Anisa tinggal bersama ketiga anak perempuanya di luar negeri, dan dia, di dalam negeri tidak pernah kekurangan wanita muda cantik.

Bersama dengan gadis-gadis muda cantik, dia sendiri masih merasa adalah pria yang berumur awal 20-an.

Tetapi hari ini, satu kalimat Laras membuat dia merasa menerima pencerahan, dia dengan cepat telah menjadi lansia yang hampir berumur 50 tahun.

Namun, dia hanya merasa waktu mendesak orang bertambah tua, tetapi tidak marah, dia malah karena kelugasan Laras merasa segar, dia dan dia, benar-benar orang yang berbeda.

Alvin tertawa dan berkata : “Benar benar benar, apa yang kamu katakan semuanya benar, tetapi, orang disekelilingku semuanya orang-orang muda, aku dan kamu seharusnya tidak ada kesenjangan generasi.”

“Jangan lakukan, aku tahu pacarmu lebih muda dariku, tetapi, mereka buta mencari seorang sugar daddy, tetapi aku tidak buta. Mari kita perjelas, aku tahu maksudmu, aku juga sudah menjelaskannya sampai sini, aku sudah bersuami, aku mencintai suamiku, aku tidak akan pernah mengkhianatinya, aku jangan menggoda aku lagi.”

Alvin sangat terkesan dengan kelugasannya, dia masih belum pernah bertemu dengan gadis yang lugas seperti ini.

Dia tidak membual, dalam beberapa tahun ini dalam hal wanita, tidak menyebut orang-orang yang mengambil inisiatif untuk datang sendiri, hanya yang dia kejar sendiri, setiap kali dia menembaknya sendiri, tidak ada yang tidak berhasil.

Dia bertemu begitu banyak macam wanita, penurut, mandiri, tidak punya pendirian, cerdas, dia telah bertemu begitu banyak, dia tetap masih bisa bergaul dengan mereka.

Jika tidak, bagaimana dia bisa dikatakan rubah tua yang lihai.

Tetapi di depan Laras, buntutnya tidak ada tempat untuk bersembunyi, disembunyikan dimanapun pasti bisa ditemukannya.

“Nona Atmaja, kata-katamu terlalu jujur, seperti ini sangat mudah dirugikan.”

“Eh eh, kamu berkata salah lagi, tolong panggil aku Nyonya Pradipta.”

Alvin menghela nafas, baru saja mulai sudah gagal, menemui penolakan.

Saat itu, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil di seberang jalan, Laras menoleh untuk melihat, tatapannya langsung cerah, menunjuk mobil Gavin, berkata : “Suamiku sudah datang, apa kamu ingin dihajar?”

Alvin tertegun, dipisahkan oleh jalan, dia dan Gavin bertatapan dari jauh, walaupun dipisahkan jarak yang begitu jauh, dia bisa merasakan tatapan Gavin yang sangat dingin.

Dia masih gelisah, kembali ke mobil dan melaju pergi.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu