Cinta Pada Istri Urakan - Bab 538 Tolong Berikan Alasan Yang Logis Padaku

Diskusi cukup lama, tidak ada hasil yang bisa memuaskan Laras.

Hatinya tidak nyaman, tidak peduli Gavin menawarkan cara apapun, dia tetap tidak nyaman.

"Jadi apa maumu?"

Jarang sekali Gavin memperlihatkan ekspresi tidak sabar di depannya, hanya demi seorang orang luar, dia tidak mengerti, Kediaman Gavin begitu banyak orang baru, pantaskah?!

Laras terdiam sejenak, akhirnya mengeluarkan tiga kata,"aku tidak tahu."

"aku ingin menenangkan diri."

"Ditempat kerjaku ada seorang karyawan bernama nona Tenang, sudah sangat malam kamu ingin dia, apa maksudnya?"

"…" Laras, bisakah kita bicara baik-baik?"

"aku tidak bicara baik-baik kah? Kamu duluan yang mengabaikanku."

Gavin menghirup nafas dalam, sangat tulus berkata:"Kalau begitu begini saja, nanti Nana ikut Bobi saja, pergi belajar di kelas menari diluar, kelak semua kelas yang tertarik, biarkan mereka belajar diluar, kelas kamu yang pilih saja, aku tidak ikut campur."

Laras mengaku karena masalah anak-anak, dirinya begitu pasif sampai tidak senang, sekarang malah bertambah kesal.

Dia juga tidak ingin membiarkan orang yang begitu bahaya di dalam rumah, juga tidak ingin bertingkah kelewatan, bagaimanapun orang itu juga baru lulus kuliah.

"Sudahlah sudahlah, biarkan sampai habis masa percobaan, setelah masa percobaan kamu putuskan sendiri."

"Jangan, masa percobaan ada 3 bulan, kamu begini membuat dirimu susah selama 3 bulan."

Laras naik ke ranjang, berbaring, apapun tidak ingin pikirkan lagi, hanya berkata,"Yang penting kalau kamu selingkuh, aku pasti tidak akan membiarkanmu, aku akan membawa pergi Nana dan Bobi."

"Baik, yang penting tidak akan terjadi ini."

Dia juga ikut naik ke ranjang, dan sekalian mematikan lampu, masuk ke dalam selimut berkata pelan:"Sudah tenang?"

"Tidak!"

"Kalau begitu letakkan dulu emosinya, aku buat kamu bahagia."

"Letakkan mana?"

Tangan Gavin mengarah ke atas perutnya, berkata:"Letakkan di lambung dulu."

"Malam makan banyak, tidak ada tempat lagi."

Lalu tangan Gavin naik ke atas, dan mengelus lembut,"Kalau begitu letakkan disini?"

"Paru-paru pun hampir meledak."

"Kalau begitu taruh sini saja," dia menekan bagian sensitifnya, terus mengelus,"Kebetulan udaranya lebih besar, sampai satu tanganku tidak bisa menggapainya."

"… Lepaskan cengkramanmu!"

"aku tidak mau."

Laras mengangkat kaki menendang ke belakang,"Tidak suka."

"Jangan buru-buru, aku belum mulai, nanti pastikan kamu akan menyukainya."

"Kamu menggunakan apa untuk memastikannya?"

"aku gunakan hidupku untuk memastikan padamu?"

Laras diam-diam tertawa,"Bisakah serius sedikit?"

"Serius, serius, aku adalah orang yang sangat serius." setelah berkata, Gavin tidak sabar langsung membungkam mulutnya, penuh gairah, berapi-api.

Ciuman ini panjang dan dalam, dirinya dengan lembut mengemut bibirnya, terkadang dengan ganas menyedot lidahnya, dia terus menerus memainkannya, membuat dia yang dingin menjadi berapi-api.

"Senang tidak?"

"Tidak ada waktu untuk mengobrol denganmu."

"Kelihatannya masih belum begitu senang, kalau begitu lanjut."

"…Tidak mau…"

"Apa? Apa yang kamu bilang?"

"…"

"Mau, atau tidak mau?"

"…"

Gavin tersenyum, lidahnya sudah berapi-api, menebarkan api di setiap sudut tubuhnya.

……

Gavin sibuk, tetapi Laras lebih sibuk lagi, pagi hari makan seadanya langsung keluar rumah.

Gavin menemani anak-anak sarapan, Nana dan Bobi memiliki kebiasaan yang baik saat makan, bisa makan sendiri, hanya bisa terganggu, sekali terganggu makannya bisa begitu lamban.

Jadi, dia harus setiap saat mengamati mereka.

"Ibu GuruHe," Nana memanggilnya dengan nyaring,"Ibu Guru He ayo sini datang sarapan, duduk di sebelahku saja?"

Mona He tersenyum senang,"Baiklah, Nana makan apa begitu enak?"

"Bubur labu, sangat enak, Ibu Guru He juga makan."

"Baik."

Mona He duduk di sebelah kiri Nana, itu harusnya tempat duduk Laras, juga kebetulan berhadapan dengan Gavin.

Dia satu demi satu sendok memakan bubur, beberapa kelang waktu mengangkat kepala melihat Gavin, hanya merasa alisnya tidak biasa, aura kuat di sekitar tubuhnya membuatnya memiliki bijaksana, membuat jantungnya berdetak kencang.

Gavin yang sedang memperhatikan Nana yang ada di depannya, tentu saja merasakan tatapan Mona He yang terus menerus meliriknya.

Kalau bukan diingatkan oleh Laras semalam, dia tidak akan memperhatikan, Mona He satu ini benar-benar aneh.

"Nyonya Pradipta sepertinya bekerja lebih sibuk dari Tuan Gavin, satu hari penuh tidak melihatnya."

"Ya, belakangan ini Perusahaannya jauh lebih sibuk."

"Bagaimana sibuk juga tetap harus menemani anak-anak, bagaimanapun dia juga Ibu mereka, tahap mereka saat ini adalah masa yang paling membutuhkan bimbingan."

Gavin demi Laras menjelaskan:"Beberapa waktu lalu dia terluka jadi istirahat beberapa waktu, jadi pekerjaannya terus menumpuk, dia juga sibuk belakangan ini saja, dalam menemani anak-anak dia lakukan dengan sangat baik."

Mona He tertawa dan berkata:"Iyakah, kalau begitu baguslah, kelihatannya terlalu aku khawatir."

Dia menundukkan kepala memakan bubur, tidak berbicara lagi.

Hanya saja Gavin merasa tiba-tiba sepatunya di tendang, dia melihat Mona He, kebetulan Mona He juga melihatnya.

"Ma ma…maaf, aku tidak sengaja." dia berkata dengan gelagapan.

Wajah Gavin yang cemberut, tidak terlihat jelas suka atau sedih,"Tidak apa-apa."

Ketika di jalan sedang mengantarkan anak-anak, Gavin semakin berpikir semakin aneh, langsung menelepon ke Paman Dewa,"Paman Dewa, cari alasan yang cocok memberhentikan Nona He, hari ini setelah pulang kerja, aku tidak ingin melihatnya lagi."

Paman Dewa sedikit tidak tahu bagaimana menanggapinya,"Kenapa Tuan? aku lihat Nona He bekerja dengan baik, orangnya sangat ramah, juga sangat baik terhadap Nona Nana."

"Laksanakan sesuai kata-kataku."

Paman Dewa tidak bertanya lagi, langsung berkata:"Baik, Tuan tenang saja."

Setelah mengantar anak-anak ke TK, Gavin lalu pergi bekerja, hampir tengah hari, tiba-tiba ada sebuah nomor asing menelepon.

Dia mengerutkan kening, nomor pribadinya ini, sejak kapan dibocorkan keluar?

Dia mengangkat telepon, tetapi dia sangat hati-hati, juga tidak mengeluarkan suara.

"Halo, apakah benar Tuan Gavin?"

Gavin terkejut, suara ini, panggilan ini, adalah Mona He.

"aku adalah Mona He, aku tahu ini adalah nomor teleponmu, kamu sedang dengar tidak Tuan Gavin?"

"Bagaimana?"

"Tuan Gavin, kamu mau memberhentikanku, tolong berikan aku alasan yang logis."

"Nona He, kamu masih tahap percobaan, aku ada hak kapanpun untuk memberhentikanmu."

"Benar, tetapi bisakah kamu memberitahuku alasannya? aku sepenuh hati terhadap Nana dan Bobi, siang hari ketika mereka tidak ada di rumah, aku terus menyiapkan pelajaran, aku terus berusaha untuk membuat pelajaran menjadi lebih menarik, hanya supaya mereka tertarik. Aku mengajar Nana menari, aku bisa merasakan Nana sangat menyukaiku, sangat ingin belajar denganku, jadi kamu… mengapa mau memberhentikanku?"

Gavin tidak menjawab malah balik bertanya,"Kamu tahu dari mana nomor ponselku ini?"

"aku…" Mona He tidak bisa bicara.

"Kamu baru bekerja beberapa hari, sudah mencari informasi pribadiku dari anakku, kecuali nomor ponselku, kamu masih mencari informasi apa?"

Kata-kata Gavin yang sangat menusuk seperti jarum, bahkan Mona He tidak ada kesempatan lagi untuk mencari alasan.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu