Cinta Pada Istri Urakan - Bab 493 Siapa Yang Bisa Menjamin Dirinya Tidak Akan Sakit Seumur Hidup?

Operasi Romo berjalan lancar, sementara Laras bisa lebih lega.

Setelah kembali tenang, dia langsung menelepon Lana.

"Kamu dimana? Apa sudah pulang?" DIa bilang kalau akan sampai di Jakarta malam hari, dia bilang akan datang melihat papa.

Lana tergagap sebentara, lalu bertanya balik: "Apakah operasi papa berjalan lancar?"

"Operasinya lancar, tapi tidak taua apakah bisa sadar atau tidak."

"Kalau begitu aku pergi juga tidak ada gunanya, tunggu papa sudah sadar baru beritahu aku.""Lana, kamu.....kamu jelas-jelas tidak bersiap pulang melihat papa bukan? Kenapa kalian bisa berhati dingin seperti ini?!"

"Kamu ribut sekali, papa begitu baik padamu, sekarang kamu menjaga papa juga seharusnya."

"Kamu tanya hati nuranimu sendiri, apa papa tidak baik padamu?"

"Baik apanya baik, dia hanya bisa memarahiku, sejak kalian pulang, di hatinya sudah tidak ada aku."

"Lana, kamu masih punya hati nurani saat mengatakan ini semua?!"

"Apa hakmu mengurusku? Mamaku saja sudah tidak mengurusiku, kamu ada hak apa?! Kepo sekali."

"Kamu......" Laras marah sekali sampai tidak bia berbicara.

Yang paling keterlaluan adalah, Laras langsung memutuskan panggilannya, menunjukkan sikap yang tidak ada hubungannya dengannya.

Laras sungguh, sungguh, merasa resah untuk papanya.

Dia adalah orang yang meninggalkan istri untuk mengejar wanita, dia adalah orang bekerja keras selama 20 tahun, bisa-bisanya saat dia sedang dalam kondisi kritis, meninggalkannya tidak memperdulikannya, betapa sepinya papa.

Dia sangat ingin sekarang datang ke hadapan Reni, menanyakannya, kalau dia nanti sudah tua tidak bisa bergerak hanya bisa berbaring di tempat tidur, Lana menelantarkannya, bagaimana perasaannya?!

Apa dia tidak akan tua? Siapa yang bisa menjamin dia sendiri tidak akan sakit selamanya?

Laras berjalan dalam kesunyian, Gavin juga mengikutinya sepanjang jalan dengan diam.

Lingkaran ini kalau mau bilang besar, besar sekali, kalau mau bilang kecil, kecil sekali, kabar Romo sakit sudah tersebar luas di dalam lingkaran ini, Gavin tidak mungkin tidak tau.

"Kamu siang tadi belum makan, ini sudah hampir malam, aku bawa kamu pergi makan sedikit."

Laras menggeleng, "Aku tidak lapar."

"Mana mungkin tidak lapar?"

"Aku tidak punya nafsu makan boleh tidak?"

"Tidak ada nafsu makan juga harus makan sedikit, kalau kamu nanti jatuh sakit, papa kamu sungguh tidak punya andalan lagi."

Hati Laras sedih sekali, dengan marah bertanya: "Kenapa, kenapa mereka memperlakukan papaku seperti ini, papaku berusaha keras membantu mereka bekerja selama 20 tahun, kenapa harus menghadapi perlakuan mereka seperti ini?"

"Yang paling kubenci, manusia yang berdarah dingin seperti mereka, memarahi mereka, menyalahkan mereka, hati nurani mereka tidak akan tidak tenang, sedikit rasa beban pun tidak ada, seperti biasa bisa makan, bisa minum, hidup dengan senang."

"Papaku bisa-bisanya demi manusia seperti ini, meninggalkanku dan mamaku, aku sungguh merasakan tidak pantas untuk papaku, juga merasakan sakit hati untuk mamaku."

Gavin ingin menghiburnya, tapi perkataannya sampai di mulut dia sedikit ragu, bagaimana juga, dia juga termasuk orang yang berhati dingin yang keluar dari mulutnya.

"Hari ini aku mendapatkan telepon dari pengacara, dia bilang kalau pengadilan menolak gugatanku, alasan penolakan adalah, gugatanku terhadap Reni hanya tebakan belaka, hehe, dengan sikap Reni sekarang kepada papaku, aku semakin yakin, yang membunuh kakekku adalah dia."

Gavin: "Hal ini memang kamu yang terlalu tergesa, bukti belum cukup, dan juga tidak hati-hati membuatnya was-was."

"Kalau begitu aku bisa melakukan apa?" Laras sedikit bingung, "Reni dibawah ketidaksadaran papaku menyiksa kakekku, apa tidak harus merasakan hukuman? Aku tidak percaya tuhan begitu buta, tidak bisa menghukum orang semacam ini."

"Karena pengadilan sudah menolaknya, sementara kamu tinggalkan dulu hal ini, papa kamu adalah orang yang tau kejadiannya, menurutku kalau papamu adalah saksi penting, yang penting tunggu dia sadar, semuanya akan lebih mudah."

Laras dengan cemas menginjak kakinya, "Aku juga berharap papaku bisa cepat sadar!"

Tapi, waktu papa koma sudah terllau panjang, itu menghancurkan ketangguhannya, membunuh kesabarannya, bahkan selangkah demi selangkah menghancurkan kekuatannya.

Berjalan keluar dari rumah sakit, langit di luar sudah gelap, Laras merapatkan bajunya, udara malam musim semi awal sangat dingin tidak ada tandingnya, meniupi wajah, seperti roda gigi melintas di wajah.

Lampu di jalanan besar kota baru hidup, kemakmuran ada dimana-mana, tekanan yang tidak tau harus diletakkan dimana sedikit demi sedikit menyerang hati Laras.

Gavin tidak bisa mengendalikan tangannya yang mengulur merankul bahunya, maksudnya ingin menutupi angin darinya, memberinya sedikit kehangatan.

Tapi, dia masih belum memeluk erat, Laras sudah mendorongnya, juga mengepalkan tangan ingin memukulnya, "Yang jauh sedikit dariku, kalau kamu berani berbuat hal jahat padaku disaat aku lengah, aku akan menghajarmu!"

Gavin mengangkat kedua tangannya, mengangguk dan mundur dua langkah.

Saat ini, dari kejauhan ada rombongan motor yang berpacu cepat, 3 atau 4 motor ada di satu baru, melaju kedepan dengan keren.

Laras menundukkan kepalanya berjalan kedepan, dengan penuh amarah dan ketidak mengertian, dia sama sekali tidak menyadari bahaya yang akan terjadi.

Tiba-tiba, sebuah motor besar berbelok masuk ke dalam, saat mendekatinya supir itu mengulurkan tangannya.

Secepat mungkin, Gavin selangkah langsung menarik Laras kebelakang, dengan cepat menahan tangan yang diulurkan si supir, dan menariknya.

"Ah......" Supir itu langsung jatuh dari motor besarnya, jatuhnya juga tidak pelan.

Begitu motor besar itu miring, badan motor jatuh ke tanah, menggaruk di atas jalan menghasilkan lingkaran, lalu percikan api memercik keluar, dalam sekejap, sepeda motor itu berapi dan terbakar.

Gavin membantu Laras yang terjatuh di atas tanah untuk bediri, dengan cemas bertanya: "Tidak terluka kan?"

"Tid......Tidak......" Laras terkejut sampai terbodoh, apa yang terjadi tadi?

Supir itu mengenakan baju kulit hitam dan celana kulit, kepalanya juga menggunakan helm hitam, dia meremas pantatnya dan berdiri dari tanah, melihat motor kesayangannya berubah menjadi tumpukan besi hancur, dia dengan marah melepaskan helmnya, memarahi Gavin, "Cari mati ya kamu, berani-beraninya mengangguku!"

Supir adalah pria yang botak, wajahnya gemuk dan galak, dia melambaikan tangannya ke belakang, berteriak: "Datang, bunuh anak jalang ini."

Empat motor besar berhenti di tengah jalan, mendapatkan perintah, satu per satu maju dengan membawa pisau dan tongkat.

Merka bersama pria botak itu, totalnya ada 7 orang, mengelilingi Gavin dan Laras.

Motor besar itu terbakar habis dengan cepat, hanya dalam hitungan menit, bisa dilihat kalau hanya tinggal kerangka besi, tidak lama lalu terdengar suara ledakan "Pheng".

Orang jalanan yang lewat tidak berani mengelilingi dan melihat, hanya berani berdiri melihat dari kejauhan.

Satpam yang berseragam keluar dari rumah sakit, langsung melapor polisi.

Juga ada dokter yang berjubah putih ikut keluar, takut ada yang terluka.

Gavin memapah Laras, berdiri dengan tenang di posisi awalnya, walaupun sudah dikelilingi oleh 7 orang, aura elegannya masih tidak berkurang, dia memberikan semua perhatiannya pada Laras, seperti 7 orang itu sama sekali tidak ada disana.

Keberanian yang sebenarnya adalah meremehkan, dia dengan remeh memperhatikan mereka.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu