Cinta Pada Istri Urakan - Bab 348 Tidak Mendapatkan Hatinya Maka Dapatkan Orangnya

Manda berusaha mengontrol emosinya yang meledak-ledak, mengecilkan suaranya, menggertakkan giginya dan berkata: “Aku ingin sekali memukulmu!”

Tanu tetap menunjukkan sisi kenakalannya, “Memukul adalah mencium, mengomel adalah cinta, ternyata kamu sebegitunya ingin mencium aku?”

Kalau bukan karena mau minta tolong atas suatu hal, melihat emosi Manda, meski tidak menonjok dan menendangnya, pasti setidaknya ada sekali pukulan.

“Apakah sudah bisa berbicara dengan baik?”

“Bisa, bisa, bisa,” Tanu menyimpan senyumannya yang receh, memasang penampilan yang sopan dan santun, “Apa yang kamu pikirkan, boleh katakan padaku.”

Baik pakaian dan riasan, maupun perkataan dan kelakuan Tanu, jelas sekali kalau dia sedang meniru Rendra, Manda sangat tidak tahan kelakuan tiru menirunya, dia merinding, membuatnya merasa sangat menjijikkan.

Dia hanya ingin cepat menyelesaikan pembicaraannya dan pergi.

“Kamu mau bercerai dengan kakak perempuanku, siapapun tidak ada yang bisa menghalangimu, tapi bercerai itu tetap bercerai, untuk apa kamu melibatkan aku? Apakah kamu harus mempersulit aku baru senang?”

“Kalau aku tidak sedikit bertindak, kamu bisa menikahi aku?”

“Tanu, kalau cinta yang kamu sebut didapatkan dengan mengesampingkan segala pengorbanan, maka cintamu itu terlalu dangkal.”

“Aku tidak masalah, setidaknya aku sudah mendapatkannya.”

Manda benar-benar ingin muntah darah, “Tidak membicarakan hal ini dulu, kita bahas tentang syarat perceraian kalian dulu.”

“Baik, katakan.”

“Kamu tahu jelas tentang kondisi kakak perempuanku sekarang, tidak peduli bagaimanapun, kamu adalah penyebab mental kakak perempuanku terganggu, kamu tidak menyangkal hal ini kan?”

Tanu bertanya kembali, “Bukankah penyebabnya itu kamu?”

“……” Manda tidak bisa berkata-kata dan tersedak, langsung tidak bisa menyangkal, seluruh emosinya mengarah ke mata, matanya langsung menjadi sangat bengkak, air matanya langsung terus mengalir.

Melihat ini, Tanu buru-buru mengangguk kepala dan berkata: “Ya, aku mengakuinya, Maira sakit semuanya karena aku, karena aku, tidak ada hubungannya denganmu, kamu jangan menangis.”

Manda menghirup nafas dalam-dalam, dengan sekuat tenaga menahan air matanya.

“Pengobatan kakak perempuanku sekarang tidak bisa berhenti, boleh bercerai, kamu harus jamin 10% bagian saham Blue City Internasional adalah miliknya selamanya, ibuku yang menjadi pengganti untuk mengurus saham sebelum dia pulih.”

“Kalau ibumu dipenjara?”

“Kalau begitu diserahkan kepada manajer investasi untuk mengurusnya, pokoknya bagian saham ini adalah milik Maira.”

“Boleh, perjanjian itu tidak menyinggung tentang bagian saham, itu milik Maira.”

“Pasal ‘10% bagian saham yang dihadiahkan kepada Maira sebelum menikah adalah milik Maira selamanya’ harus tertulis di atas perjanjian itu, hitam putih, lebih baik ditulis dengan jelas.”

Tanu tertawa sebentar, “Boleh, 10% bagian saham ini bisa kita berikan, kita Keluarga Dibyo tahu berbalas budi, sebelumnya Keluarga Atmaja mensubsidi 2 triliun agar Keluarga Dibyo bisa mengatasi krisis, sekarang anggaplah sebagai pengembaliannya.”

“Baik,” Manda mengeluarkan sebuah dokumen dari tas, “Ini adalah perjanjian yang dibuat ulang dari perjanjian yang sebelumnya itu, pasal ini sudah ditambahkan.”

Dia menyerahkan dokumen dan bolpen kepadanya, “Kamu lihat, kalau tidak masalah maka ditanda tangan.”

Kemudian Tanu menyadari, Manda membuat sebuah jebakan untuknya, dan melihat apakah dia akan masuk ke dalamnya.

“Ini salah kali? Meski syarat kita itu di mulut, tapi itu juga tetap syarat kok.”

“Huh, sudah aku duga kalau kalian akan bermain permainan kata-kata di atas perjanjiannya, jadi kamu tidak berani menanda tangani perjanjian yang aku buat ulang, betul tidak?”

Ekspresi Tanu agak canggung, tapi dia sama sekali tidak menyangkal, “Manda, aku tidak ingin membohongimu, tidak apa-apa kalau kamu bilang aku jahat, tidak apa-apa kalau kamu membenciku, tapi aku tidak terpikirkan cara lain untuk bisa memilikimu.”

“…… Tanu, kamu membuatku merasa jijik!”

Senyuman Tanu bercampur dengan sedikit kepahitan, itu adalah rasa sakit hati yang disebabkan oleh penolakan secara langsung dari wanita yang dicintai.

Dia pura-pura tenang, mengangkat bahunya dan melepas cengkramannya, “Betul, aku tidak mendapatkan hatimu, jadi dapatkan orangnya dulu, aku tidak percaya kalau hatimu bukan milikku 10 hingga 20 tahun nanti.”

“Mimpi kamu!”

“Baik, kalau begitu anggap saja aku sedang bermimpi, tapi manusia selalu harus ada impian, bagaimana kalau menjadi kenyataan?”

“Selamanya tidak mungkin.”

Wajah Tanu tampak agak canggung, dalam hatinya hanya “Manda walaupun kamu menyiksaku ratusan ribuan kali, aku menunggu kamu seperti cinta pertama”, dalam dirinya terdapat 30% kecemburuan dan 70% kekejaman, dia langsung berkata: “Melihat dari gaya Keluarga Pradipta, mereka tidak akan menjalin hubungan dengan pencari keuntungan, meski Rendra merasa tidak masalah, orang tua dan keluarganya juga tidak akan menerimamu.”

Perkataan ini melukai Manda, dia dan Rendra tidak ditakdirkan bersama, dia tahu.

“Terlepas dari Keluarga Pradipta, Rendra bukanlah apa-apa, dia hanyalah seorang pegawai negeri sipil, gaji tahunannya tidak sebanding dengan gaji bulananku. Kamu tidak ditakdirkan dengannya, lebih baik lihat aku, akulah laki-laki yang mencintaimu dengan sungguh hati, dan aku berani bilang, tidak ada laki-laki yang mencintaimu lebih dari aku.”

Dengan emosi yang penuh gairah, Tanu mengulurkan tangan dan menepuk dada, dia berkata dengan gairah: “Aku bersedia mati untukmu.”

Manda menundukkan kepalanya, segera memejamkan kedua matanya dengan erat.

Setelah memikirkannya sejenak, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, bertanya: “Hanya satu kalimat, perjanjian perceraian ini, kamu tanda tangan tidak?”

“Aku akan menanda tanganinya kalau kamu setuju untuk menikahi aku.”

“……Itu berarti tidak ada yang perlu dibicarakan lagi?”

“Aku bisa memberimu waktu untuk mempertimbangkannya.”

“Tidak perlu, aku tidak mungkin setuju.” Manda mengambil dokumen dan tas, berdiri dan ingin pergi.

“Hei,” Tanu menarik lengannya, “Aku ada sepuluh ribu cara untuk mendapatkanmu, kamu tidak usah bersikeras lagi.”

Manda menoleh ke arahnya dengan tatapan benci, “Kamu tidak akan bisa mendapatkanku selamanya! Lepaskan tangan kotormu!”

Tepat di saat ini, segerombol orang keluar dari ruangan pribadi, sambil berjalan sambil mengobrol dan tertawa.

Manda juga tidak tahu apa yang terjadi, hanya merasa kalau di belakangnya ada sepasang mata yang melihatnya.

Jadi, dia tidak menyadari kalau dia lupa melepaskan Tanu, berbalik dan pergi melihat ke arah gerombolan orang.

Begitu melihat, dia terdiam membeku.

Mengapa bisa begitu kebetulan, Rendra juga ada di sana.

Tanu melihat mengikuti arah tatapan kosong Manda, hanya melihat wajah Rendra terdiam dan mengikuti rekan-rekan lainnya berjalan bersama.

Ha, selanjutnya akan ada pertunjukkan yang bagus.

Dia memegang lengan Manda Pradipta lebih kuat.

Manda menghempaskannya dua kali namun tidak terlepas, mengecilkan suara dan memarahinya: “Lepaskan aku, dengar tidak?”

“Tidak.”

“Kamu……”

Rendra pelan-pelan berjalan mengikuti rekan-rekannya ke depan pintu, di sini ada pimpinannya, juga ada bawahannya, juga ada beberapa pimpinan yang datang dari kota lain, dia harus menemani dan menjaga mereka.

Manda baru mengatakan putus, lalu dia tidak tahan dan mengirimkannya beberapa pesan, tidak ada satupun yang dibalas oleh Manda.

Dia mengerti belakangan ini keluarganya mengalami banyak kejadian, dia memahami kecerobohan Manda terhadapnya, tapi, kejadiannya sudah berkembang hingga ke arah yang tidak bisa dia prediksi lagi.

Tidak disangka, dia meminta untuk putus.

Tidak disangka kalau dia bahkan sama sekali tidak membalasnya.

Dia ternyata, bersama Tanu, di sini, minum teh, mengobrol, berkencan…

Mereka ternyata, hingga sekarang masih bersama!

Rendra yang sudah minum bir, wajah merahnya langsung berubah menjadi muram dan pucat.

“Lepaskan aku!” Manda menghempaskan tangan Tanu dengan sekuat tenaga, mulanya mau pergi, tapi di saat ini kedua kakinya seperti diisi oleh timbal, terpaku mati di tempat asal.

Dia pun melihat tampak belakang Rendra seperti ini, tidak tahan untuk bergejolak, di dalam hati terasa sakit dan sulit untuk ditahan.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu