Cinta Pada Istri Urakan - Bab 23 Menjadi Ibu Tiri

Bab 23 Menjadi Ibu Tiri

"Si brengsek Wilson itu ada di kamar nomor berapa? Aku mau membuat perhitungan dengannya!"

Begitu Laras membuka pintu, dia langsung menerobos keluar, menggulung lengan bajunya, bersiap untuk berkelahi, mulutnya terus mengeluarkan makian, "Dasar manusia tidak berguna, pantas saja bahkan gadis licik seperti Nadira saja tidak mau didekati dengannya, diri sendiri tidak mampu, malah menyuruh orang lain untuk membantunya melakukan perbuatan jahat, aku...."

Sepasang tangan Gavin terulur dari belakang tubuh Laras ke bawah ketiak Laras lalu dengan mudah mengangkat Laras ke udara, "Hei, hei.... Turunkan aku, hari ini aku harus membalaskan dendamku kepadanya...." Laras sambil menendang sambil memaki, "Berani-beraninya memukul wajahku sampai seperti ini, kalau mau pukul jangan pukul wajah, apakah dia tidak mengerti peraturan di dunia persilatan? Apakah dia tidak punya sedikit kode etik profesionalitas? ....... Dasar tikus jelek!"

Gavin membawanya kembali ke ranjang pasien, Laras berusaha setengah mati untuk berjinjit tetapi masih tidak bisa menginjak lantai, tidak peduli bagaimana dia mengayunkan kaki dan tangannya, pria di belakangnya tetap mengangkatnya dengan erat.

"Gavin, kau jangan menghalangiku, hari ini aku harus balas dendam, dia menyuruh orang untuk menonjokku sampai seperti ini, aku juga mau menonjoknya sampai ayahnya sendiri tidak bisa mengenalinya."

"Heiii, Gavin, apa kau tuli? Kau dengar tidak, turunkan aku!"

"Aaaaa....."

Begitu Gavin melemparnya, kepala Laras langsung jatuh ke atas ranjang, "Awww, sakit sekali!!" Dia meringkuk lalu menutupi wajahnya, mengeluh dengan tidak puas, "Kenapa kau menghalangiku?!"

Tidak diduga, Gavin maju selangkah ke depan, lalu berkata : "Pergilah, aku tidak menghalangimu."

"......" Dia mau memanipulasiku?

"Tadi waktu orangnya datang ketakutan sampai tidak berani turun dari ranjang, sekarang kalau kau mau pergi, pergilah."

"......"

"Seorang gadis, apakah kelakuanmu tidak bisa sedikit saja seperti seorang gadis? Kau lihat dirimu, kau dengar perkataan yang kau ucapkan, pantas atau tidak?"

"......Kenapa tidak pantas?" meskipun dalam posisi yang tidak menguntungkan, tetapi tidak berarti kalau dia tidak bisa membela dirinya, "Aku memang seperti ini, jika kau tidak tahan, kau tidak usah mempedulikanku, aku tidak memintamu untuk mempedulikanku."

Wajah Gavin tetap datar, walaupun hatinya semarah apapun, tetapi dia tetap bisa menunjukkan sikap yang tenang, "Kau kira aku ingin mengaturmu? Jika aku benar-benar mengaturmu, aku takut kau akan menyesal."

Dia tidak bohong, saat itu Laras tidak percaya, sampai Gavin benar-benar mulai ikut campur kehidupannya, dia baru tahu kalau dirinya saat ini sangat amat beruntung.

Gavin menyipitkan mata dan memandangnya, pandangan matanya yang rumit paling banyak mengandung kekecewaan.

Memang, dia tidak tahu banyak mengenai Laras, dia mengira Laras hanya seorang mahasiswi, tidak suka belajar dan tidak punya keahlian apapun, senakal-nakalnya dia, bisa sampai senakal apa.

Memang, dia terlalu meremehkannya, penampilan luarnya sangat rapuh dan penurut, pura-pura patuh, pura-pura imut, bersikap bagaikan gadis yang lemah lembut, tetapi kenyataannya dia adalah seorang tukang bikin onar yang sesungguhnya.

Baru beberapa hari saja, pertama-tama membuat orang lain masuk rumah sakit, lalu dibuat orang lain masuk rumah sakit, apakah ini adalah hal yang dilakukan oleh mahasiswi pada umumnya?

Apakah ini adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh gadis muda pada umumnya?

Tidak ada lagi kemarahan yang tadi, Gavin langsung berbalik dan pergi tanpa mengatakan apapun.

"....." Laras menggerakkan bibirnya, tetapi akhirnya tetap tidak mengatakan apapun, hanya bisa melihatnya pergi dengan tegas.

Dia memakai sepatu bot militer, di koridor hanya terdengar suara langkahnya yang kuat, sangat cepat dan berirama, Laras dapat mendengar kalau dia berjalan dengan cepat dan tenang.

Tetapi, tidak ada lagi halangan dari Gavin, pintu kamar juga terbuka, Laras malah sudah tidak ada lagi keinginan untuk mencari Wilson.

Dia bengong dan duduk di atas ranjang, melihat ke sekeliling, tidak ada orang, perasaan seperti ini sangat dikenalnya dan juga sangat dibenci olehnya.

Keinginannya terkabul, karena tidak ada lagi orang yang mengurusinya.

Tetapi dia juga merasa diabaikan, karena tidak ada lagi yang mengurusinya.

Kabar baik tidak diberitakan, tetapi kabar buruk menyebar sangat luas, kabar mengenai Laras yang terluka parah dan masuk rumah sakit dengan cepat tersebar di dalam dan luar kampus.

Selain itu juga tersebar satu berita yang lain, itu adalah--Wilson sudah mengurus prosedur cuti kuliah, beberapa hari lagi mau pergi keluar negeri.

Wilson pergi keluar negeri tidak mengagetkan sama sekali, hanya saja di saat yang penting tiba-tiba pergi, ada sesuatu yang mencurigakan tentang itu.

Orang-orang yang tidak tahu kebenarannya, secara diam-diam menciptakan beberapa versi, salah satunya yang paling tidak masuk akal adalah "Ibu tirinya yang menyuruhnya."

"Berita besar, berita besar, aku dengar orang kaya yang memelihara Laras adalah Pak Wildhan, Wilson maju membantu Nadira sebenarnya itu hanyalah alasan, tujuan yang sebenarnya adalah dia tidak setuju Laras menjadi ibu tirinya."

"Yang benar?"

"Beritanya sudah tersebar di jurusan penyiaran, tidak mungkin salah, Laras dipukul sampai terluka parah, agar tidak berat sebelah, pak Wildhan terpaksa mengirim anaknya keluar negri."

"Wilson setuju? Bukankah dia getol mau mendekati dengan Nadira?"

"Memangnya walaupun tidak setuju dia bisa apa, begitu Wilson pergi, Laras sudah tidak ada penghalang lagi."

"Menurut kalian, gedung olahraga yang disumbangkan saat Laras masuk kampus mungkinkah diam-diam disumbangkan oleh pak Wildhan?"

"Mungkin saja, dilihat dari manapun Laras tidak seperti orang yang lahir dari keluarga yang berada, mana mungkin mempunyai uang sebanyak itu?! Demi masuk Universitas Pelita Harapan, dia benar-benar tidak punya malu, dilihat dari usia Pak Wildhan, dia bahkan pantas untuk menjadi ayahnya."

Gosip semacam ini, tidak pernah ada habisnya.

Saat Manda menyampaikan gosip yang didengarnya ini kepada Laras, Laras benar-benar tertegun, dia mengangkat jempolnya dan mendecakkan lidah, kagum dengan mereka, "Sampai saat ini aku baru tahu kalau ternyata teman-teman kita adalah sekumpulan penulis skenario yang berimajinasi tinggi, potensi dunia perfilman kita di masa depan tidak terbatas."

Manda memaki Laras tidak punya otak, dia juga tidak lupa mencecarnya, "Masalah ini sebenarnya bagaimana? Gavin juga tidak menjelaskan sesuatu?"

Laras menggelengkan kepalanya, "Kemarin lusa setelah dia pergi, dia tidak pernah muncul lagi."

Setelah Manda mendengarnya, tidak bisa dipungkiri dia merasa sedikit khawatir, "Hei, bukannya aku mau bergosip, juga bukannya aku menaruh hati terhadap adik iparku ini, tetapi aku sangat ingin tahu kenapa dia mau menikahimu, kenapa?"

Laras tetap menggelengkan kepalanya, "Jika suatu hari kau tahu, tolong beritahu aku."

"....." Manda menghela napasnya dan mengalihkan topik pembicaraan, "Kapan kau keluar dari rumah sakit? Jika kau tetap tidak menjelaskannya, maka kau benar-benar menjadi 'ibu tiri' Wilson."

"Menjelaskan? Aku harus menjelaskan kepada siapa? Apa aku harus menempelkan pengumuman dengan huruf besar di mading kampus kalau aku bukan ibu tiri Wilson? Jika aku melakukannya maka aku idiot."

"Kalau begitu kau tidak akan mempedulikan gosip ini?"

"Bagaimana mengurusnya, aku takut malah semakin memperburuk masalah, lebih baik tidak usah dipedulikan, lama kelamaan orang-orang akan tahu dengan sendirinya kalau itu adalah kabar bohong."

Manda menganggukkan kepalanya, "Memang hanya bisa seperti ini, oh iya, sebenarnya kapan kau keluar rumah sakit? Setelah keluar rumah sakit kau pergi kemana?"

Bukannya Laras tidak mau menjawabnya, tetapi dia juga tidak tahu, Gavin pergi begitu saja, tidak mengatakan apapun, dia bahkan tidak jelas Gavin ada di mana, nenek juga tidak mengirimkan pesan, keluarga Gavin juga tidak ada yang datang.

Sedangkan dia juga tidak berani menghubungi Gavin.

"Memangnya ada pasangan suami istri seperti kalian ini," Manda tanpa sadar berpikir, "Pak Gavin ini jika bukan otaknya yang bermasalah, maka tubuhnya yang bermasalah, dia menikahimu pasti hanya untuk menutupi sesuatu, menurutku kau lebih baik mencari jalan keluar lain."

Laras tidak menemukan cara untuk membela Gavin, kekhawatiran Manda juga merupakan kekhawatiran dirinya.

"Laras, " Manda tiba-tiba mengecilkan suaranya dan bertanya, "Kau dengan dia apakah sudah pernah.....itu?"

"Tidak pernah, aku tidak bersedia, dia juga tidak memaksaku."

Manda menepuk pahanya, wajahnya menunjukkan ekspresi "sudah kuduga", "Sudah kubilang, orang dengan latar belakang seperti dia mana mungkin mau menikahi gadis kecil sepertimu yang tidak pernah ditemuinya sebelumnya? Itunya dia pasti tidak mampu."

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu