CEO Daddy - Bab 94 Paman Ini Sangat Tampan

Yenny Tang mengingat bahwa ia telah berjanji pada kedua anaknya, esok hari ia akan mengantar mereka ke sekolah. Tentu saja ia tak akan mengingkari janjinya, jadi ia mengambil cuti sehari. Ia bangun pagi-pagi. Menyiapkan sarapan untuk kedua anaknya. ia tak lupa sarapan sebelum ini, ia pernah berkata bahwa ia akan sering menyiapkan sarapan untuk mereka.

Bisa merasakan sarapan buatan maminya, mereka sangat gembira.

“Sarapan buatan mami sangat enak.” Lani mengunyah telur, wajahnya tersenyum riang, berbicara dengan tidak jelas.

Walaupun mami masak. Masih lebih enak masakan kakak, tapi ia tetap menyukai masakan buatan mami.

Liando memang dari dulu memiliki sifat yang pendiam dan introvert. Walaupun tidak seperti Lani yang bisa membuat orang senang dengan perkataannya. Tapi pagi ini ia menambah semangkuk bubur, itu adalah sikap ekspresifnya. Untuk mendukung maminya.

Melihat senyum di wajah kedua anaknya, hati Yenny Tang merasa bahagia, tapi bisa tidur lebih lama 40 menit membuatnya lebih bahagia.

Yana Luo belum bangun. Beberapa hari ini ia tidak memiliki satu haripun untuk istirahat. Kelelahan berada di depan laptop.

Yenny Tang menyiapkan makanan untuk Yana Luo dan menaruhnya di kotak pemanas di atas meja. Setelah Yana Luo bangun, ia bisa langsung makan.

Lani dan Liando menggendong tas mereka masing-masing, Yenny juga mengambil tasnya.

Sudah lama ia tidak menggandeng tangan kedua anaknya, mengantar mereka berangkat sekolah.

Lokasi rumah Yana Luo sangat strategis, di sekitarnya terdapat mall besar dan supermarket, juga ada sekolah. Jalan 5 menit sudah sampai. Awalnya Yenny Tang mengizinkan ia tinggal karena (terpaksa) dan memikirkan tempat yang strategis ini. (Yana Luo: kamu benar-benar tidak tahu malu, apakah anak-anakmu tahu?)

“Yenny……”

Berjalan ke lantai bawah, Yenny Luo mendengar ada orang yang memanggil namanya, terlebih lagi suaranya sangat familiar.

Ia tidak mendengarnya, ia tidak mendengar apapun.

Ia menarik tangan Lani dan Liando, dan berjalan lebih cepat.

“Yenny……”

Yenny Tang merasa ada yang salah dengan pendengarannya, dia benar-benar tidak mendengar siapapun memanggil namanya.

“Mami, ada yang memanggil nama mami.” Lani kesusahan mengikuti langkah cepat ibunya, mendongak wajah Yenny Tang yang seperti dalam bahaya.

“Dimana? Kamu salah dengar.” Yenny berani berbohong kepada anaknya dengan mata terbuka, ia benar-benar tidak ingin berhadapan dengan orang yang memanggil namanya, terlebih lagi di depan anak-anaknya.

“Tidak.” Kadang-kadang Lani menjadi anak yang keras kepala. Lani membuang genggaman ibunya dan memutar badannya, dan berkata: “Mami, paman yang tampan itu sedang memanggil mami.”

Yenny Tang memang tidak memegang tangannya erat-erat, dan membiarkan Lani berhasil memberitahunya.

Tiba-tiba ia ingin melakukan kekerasan, ia ingin menyeret penjahat kecil ini dan memukuli pantatnya.

Sebelum ia berbalik badan, ia menarik sudut bibirnya dan memaksakan diri untuk tersenyum.

“Edbert……” dengan sengaja ia menarik kedua anaknya ke belakang badannya, dan tersenyum pada Edbert Fang sambil berkata: “Kalau bukan anak ini mengingatkanku, aku tidak akan dengar kamu memanggilku.”

Edbert Fang lama tidak muncul setelah ia menolak untuk berbicara hari itu, satu tangannya membuka pintu mobil, ia pasti terlebih dulu melihat Yenny Tang baru turun dari mobil.

Walaupun lama tidak bertemu Edbert Fang, tapi ia tetaplah tampan.

Edbert Fang mengenakan pakaian kasual, kemeja putih dan celana jeans, rambutnya yang tidak di hairspray membuatnya sedikit berantakan, tapi itu membuat Edbert Fang tampak seperti daging segar, lebih muda 5 tahun dari usia aslinya.

Tapi ini sungguh seperti berhenti menua, dia ingin betanya : apakah kamu 5 tahun yang lalu langsung pergi ke masa ini?

Tampan bagai malaikat

Lani menarik ujung rok Yenny Tang, lalu membuka bibir bersiap akan bicara.

Yenny Tang mengulurkan tangannya dan menutup mulut Lani, memperingatkannya dengan tatapan tajam: “obrolan orang dewasa, anak kecil tidak boleh ikut-ikutan.”

Penjahat kecil ini, walaupun IQ nya tinggi seperti kakaknya, tapi EQ nya lebih rendah 5 poin daripada kakaknya, ia hampir saja membunuh Yenny Tang di tempat, begitu ia membuka mulut hancurlah dia.

“Liando, ada kenalan mami mencari mami, hari ini mami akan menjemput kalian, kalian pergi ke sekolah dulu ya?”

Ia harus mencari cara untuk menghindarkan anak-anaknya dari Edbert Fang, ia tidak ingin Edbert Fang mengetahui kehidupan anak-anaknya.

Lani menatap Yenny Tang, lalu berbalik menatap Edbert Fang, ia bertanya: “Mami, apakah paman yang tampan ini pacar mami? Mami tidak mau memperkenalkannya kepadaku dan kakak?”

“Bukan.” Jawab Yenny Tang, ekspresinya berubah menjadi tegas.

“Mami bilang pacar mami sangat tampan, paman ini sangat tampan.”

“Dia bukan pacarku.”

“Sepertinya dia kaya.”

“Dia hanyalah teman kerja mami.”

“Tapi dia memanggil mami dengan nama saja.”

Yenny Tang:……

Pergilah… patuh padanya, jika seperti ini masih bisa ngobrol dengan senang?

“sudah kukatakan bukan, cepat berangkat sekolah dengan kakak.” Anak siapa ini, benar-benar minta dipukul pantatnya.

“Aku tidak akan pergi.” Lani cemberut, wajahnya kesal berdiri disana.

Liando juga hanya terdiam. Sepatah kata pun tidak terucap.

“Yenny…” Edbert Fang berjalan mendekat, tatapan matanya teruju pada wajah yang selama ini dirindukannya, sembari berkata: “beberapa waktu ini, bagaimana hari-harimu? Beberapa waktu ini aku pergi ke luar negeri karena urusan pekerjaan, hari-hari disana aku sangat…

Dia ingin bilang: aku sangat merindukanmu.

Tapi mengingat hubungannya dengan Yenny belum sampai tahap itu, ia hanya bisa berkata: “aku sangat kebingungan harus memberimu oleh-oleh apa.”

Terlambat.

“Hehe…… Aku baik-baik saja.” Ia tersenyum canggung, banyak hal yang ia tak bisa katakana di depan kedua anaknya, ia bertanya dengan khawatir: bagaimana bisa kamu ada disini?”

” Aku baru saja pulang dari luar negeri, masih belum terbiasa dengan perbedaan waktu, aku ingin cepat memberikan hadiah ini untukmu, memberimu kejutan.” Edbert Fang berbicara dengan nada yang lembut dan manja: “dilihat dulu, kamu suka atau tidak, kalau tidak suka, boleh ditukar, hadiah untuk orang lain masih kubawa, belum kuberikan kepada mereka.”

Yenny Tang baru menyadari kotak hadiah di tangan Edbert Fang, ia merabanya, ia bukannya terkejut karena hadiah, tapi ia kaget.

“Hehe…” sebenarnya jika hadiah itu bisa ditukar dengan uang tunai, ia akan sangat senang: “kamu punya niat untuk memberikan ini padaku saja sudah cukup, tidak peduli kamu memberiku apa, aku semua suka.”

“Anu.. itu…” Yenny Tang menerima hadiah itu, wajahnya canggung “hadiahnya sudah ku terima, aku masih punya urusan lain…”

“Kamu mau pergi kemana? Boleh kuantar?” Edbert Fang memotong perkataannya.

Malaikat, kamu dari dulu bemulut manis.

“Oh, sebenarnya tidak jauh, jalan 5 menit juga sampai.” Yenny Tang menolak dengan sopan.

“Ini dua anak yang kamu bicarakan, mereka tumbuh sangat tampan dan cantik.” Edbert Fang tersenyum berdiri di belakang Yenny Tang, terus penasaran kepada dua anak itu, ia menatap perawakan kedua anak itu sepertinya tidak asing, Edbert Fang terpaku sesaat: “Anak-anak ini… mereka…”

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu