Asisten Bos Cantik - Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
Reza Qiao tiba-tiba berlari.
Tina Jiang dengan cepat mengejar, tetapi Reza Qiao secepat kelinci, dan dalam sekejap ia masuk ke dalam gang. Ketika Tina Jiang berlari memasuki gang, dia sudah tidak melihat Reza Qiao.
Reza Qiao berlari keluar dari gang dan melihat ke belakang untuk memastikan Tina Jiang sudah tidak mengejarnya, mengelus dadanya dengan lega, hampir saja dia tertangkap.
Reza Qiao berjalan di sepanjang jalan menuju perusahaan.
Sambil berjalan, tiba-tiba terdengar teriakan di tengah jalan. Seorang bibi yang menyeberang jalan ditabrak oleh sepeda motor. Sepeda motor langsung kabur setelah menabraknya, bibi itu pingsan berbaring di tengah jalan, kepalanya terus mengalirkan darah, dan ada pria tua yang panik di sampingnya.
Reza Qiao berlari mendekat, membawa bibi itu ke rumah sakit terdekat.
Jalan di sini sangat padat, bibi ini bisa mati duluan sebelum ambulans datang.
Di rumah sakit, bibi dibawa ke ruang gawat darurat.
Setelah beberapa saat, seorang perawat dengan mata besar mengenakan masker keluar dan memandang Reza Qiao: "Pasien telah kehilangan terlalu banyak darah, dia membutuhkan donor darah golongan O, di rumah sakit kami sudah kehabisan persediaan darah A."
"Punyaku O."
Perawat kecil itu mengangguk, "Tolong ikuti saya."
Setelah menguji golongan darah, perawat mengambil jarum dan bersiap mengambil darah Reza Qiao.
Reza Qiao tampak ketakutan: "Ahhh, aku takut, aku takut."
Perawat kecil itu tertawa lembut dan berkata, "Jangan takut, ini tidak sakit."
“Baiklah kalau tidak sakit," Reza Qiao menyeringai. "Adik, mata besarmu benar-benar indah, jika kamu melepas maskermu, kamu pasti terlihat lebih cantik."
Perawat kecil itu memerah dan tidak bisa melihat Reza Qiao.
Setelah mengambil darah, Reza Qiao kembali ke pintu ruang gawat darurat, dan lelaki tua itu datang menyusul dengan terengah-engah.
“Jangan khawatir, semuanya baik-baik saja,” Reza Qiao menghiburnya.
Pria tua itu mengangguk dan menatap Reza Qiao dengan mata berterima kasih.
Seorang perawat kecil dengan mata besar keluar dari ruang gawat darurat.
"Pasien sudah siuman, untungnya dia diantar tepat waktu, kalau terlambat sedikit saja, dia bisa kehilangan nyawanya."
Reza Qiao dan lelaki tua itu lega.
Perawat kecil memandang Reza Qiao: "Terima kasih atas transfusi darahnya, apakah kamu putra atau cucu si pasien"
“Coba tebak.” Reza Qiao tersenyum pada perawat kecil itu.
Perawat kecil itu berkedip: "Cucu."
Reza Qiao mengerutkan kening: "Salah, pengurangan 50 poin."
"Anak."
"Pengurangan 50 poin lagi."
Perawat kecil itu merasa sangat bingung.
Pria tua itu berkata pada saat ini: "Gadis, dia tidak ada hubungan keluarga denganku, dia menolongnya saat kebetulan menemui kami."
Perawat memandang Reza Qiao dengan mata kagum, melepas maskernya dan tersenyum pada Reza Qiao dengan manis.
Reza Qiao memandang perawat kecil dengan tercengang dan bergumam: "Ternyata benar, wanita cantik."
Perawat kecil itu memerah dan pergi.
Pria tua itu memegang tangan Reza Qiao: "Adik kecil, terima kasih sudah menyelamatkan istriku, siapa namamu?"
"Margaku Qiao, namaku Reza."
"Ah, kebetulan sekali, namaku Raffi Qiao, ternyata kita masih satu marga, benar-benar jodoh."
"Ah, iya iya, benar-benar jodoh ..."
Setelah mengobrol sebentar, ternyata Raffi Qiao adalah pensiunan profesor di Universitas Kota Qing, tidak heran dia terlihat berwibawa.
Pada saat ini, seorang pria paruh baya datang terengah-engah dan berkata: "Ayah, bagaimana kondisi Ibu?"
Ketika dia memandang pria itu, Reza Qiao menyeringai, bukankah ini Walikota Qiao yang baru saja bertemu dengannya siang ini? Dia ternyata adalah putranya Profesor Qiao ini.
"Ibumu tidak apa-apa," kata Profesor Qiao.
Steven Qiao merasa lega, dia melihat Reza Qiao, menangkap lengannya, dan berkata dengan kasar, "Kamu pasti pelakunya, cepat, ikut aku ke kantor polisi."
Steven Qiao bertemu banyak orang pada hari kerja, jadi dia tidak mengenali Reza Qiao saat ini.
“Keterlaluan,” Profesor Qiao menampar Steven Qiao.
Steven Qiao terkejut: "Ayah, mengapa kamu menamparku?"
"Dasar bodoh, dia yang menyelamatkan ibumu, dan dia juga yang membawa ibumu ke rumah sakit."
"Haah?" Steven Qiao membeku, terlihat malu dan meminta maaf, "Sobat, aku minta maaf, terima kasih banyak."
"Piaakk-" Profesor Qiao menampar Steven Qiao lagi, "Bodoh, kamu panggil dia apa?"
"Aku memanggilnya sobat." Steven tertegun oleh ayahnya.
"Kurang ajar, panggil dia paman."
"Apa? Paman?" Steven Qiao semakin terkejut.
Profesor Qiao berkata dengan serius, "Namaku Raffi Qiao, namanya Reza Qiao, kita semarga, dan kamu masih tidak mau memanggilnya paman? Cepat panggil paman."
Steven Qiao ragu-ragu, anak ini terlihat jauh lebih muda daripada dirinya, dan itu konyol untuk memanggilnya paman.
Profesor Qiao melihat Steven Qiao ragu-ragu dan berkata dengan marah, "Untungnya pamanmu membawa ibumu ke rumah sakit tepat waktu, kalau tidak kamu tidak bisa menemui ibumu lagi, dia juga mendonorkan darahnya untuk ibumu."
Setelah mendengar kata-kata ayahnya, Steven Qiao semakin terkejut lagi dan membungkuk kepada Reza Qiao tanpa ragu, berkata dengan penuh hormat: "Paman sungguh penyelamat keluarga kami, aku sangat berterima kasih, aku pasti akan membalas kebaikanmu, maaf, aku tadi tidak sopan kepadamu, mohon pengertian paman."
Reza Qiao berlagak seperti orang tua dan menepuk pundak Steven Qiao dengan ramah: "Keponakan, tidak apa-apa, anggap saja keluarga sendiri, aku sudah seharusnya membantu Ibumu."
Steven Qiao mengangguk dengan perasaan tersentuh, "Boleh tahu, di mana paman bekerja?"
Reza Qiao baru saja ingin berbicara kalau tadi baru saja bertemu, tapi tiba-tiba ada SMS, melihat Rini Liu mau keluar.
Reza Qiao berkata dengan senyum: "Kakak, keponakan, aku ada urusan, aku harus pergi dulu, kita lanjutkan pembicaraan kita lain kali."
Reza Qiao berbalik dan pergi, dan di belakangnya terdengar suara Profesor Qiao: "Hei, adik, kamu belum memberiku nomor teleponmu..."
Reza Qiao berlari kembali ke perusahaan, Rini Liu sedang menunggu di depan mobil.
Melihat Reza Qiao, wajah Rini Liu berubah: "Mengapa ada banyak darah di bajumu, apa yang kamu lakukan?"
"Berkelahi."
Rini Liu mendengus, orang ini, hanya tahu berkelahi saja.
Novel Terkait
My Cold Wedding
MevitaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangSi Menantu Dokter
Hendy ZhangMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaGet Back To You
LexyAir Mata Cinta
Bella CiaoCinta Dan Rahasia
JesslynAnak Sultan Super
Tristan XuAsisten Bos Cantik×
- Bab 1 Jeritan dari Dalam Mobil BMW
- Bab 2 Di mana Si Mata Keranjang?
- Bab 3 Mengisap dengan Kuat
- Bab 4 Bagaimana Jika Aku Tidak Melakukannya
- Bab 5 Kamu Ada Berapa Telur?
- Bab 6 Kuat Sedikit
- Bab 7 Kakak Polwan Cantik Sangat Hebat
- Bab 8 Perawat Kecil dengan Mata Besar
- Bab 9 Siapa yang Menculik?
- Bab 10 Gelisah
- Bab 11 Akan Aku Perlihatkan Padamu
- Bab 12 Aku Juga Mau Jadi Pacarmu
- Bab 13 Datang dengan Kelompok
- Bab 14 Aku Ingin Menciuminya
- Bab 15 Si Iblis Sudah Gila
- Bab 16 Dengan Kasar Menodaiku
- Bab 17 Terlihat Semua
- Bab 18 Melakukannya Dua Kali
- Bab 19 Tidak Sebesar Sepupumu
- Bab 20 Tidak Perlu Ditemani Pria
- Bab 21 Aku Adalah Lelakimu
- Bab 22 Sebenarnya Ada Berapa Wanita yang Dia Miliki
- Bab 23 Jeritan dari Dalam Kamar
- Bab 24 Hanya Sebentar
- Bab 25 Pertama Kali Baru Seru
- Bab 26 Dewa Gagal
- Bab 27 Jika Teman Maka Jangan Sungkan
- Bab 28 Sangat Suka Berkeliaran dan Bersenang-Senang
- Bab 29 Benar-Benar Bisa membantumu Menjadi Besar
- Bab 30 Memang Pada Awalnya Sudah Besar
- Bab 31 Wanita Sepertiku Aku Mengajarimu
- Bab 32 Wangi Sekali
- Bab 33 Aku Ingin Mendapatkan Hatimu
- Bab 34 Tanganmu Sangat Halus
- Bab 35 Malam Ini Jadi Hantu Penggoda
- Bab 36 Menemukan Kakak Seperguruan
- Bab 37 Bagaimana Mengurutkan Peringkat Istri Tua dan Muda
- Bab 38 Semakin Begadang Semakin Kecil
- Bab 39 Keluar dari Penjara
- Bab 40 Pukul Pantat Jika Menangis Lagi
- Bab 41 Cinta Sampai ke Tulang-tulang
- Babak 42 Menambah Satu Nol Lagi
- Bab 43 Manusia Paling Pintar di Dunia
- Bab 44 Aku Takut Mengejutkan Wanita Cantik
- Bab 45 Kamu Ada Segagah Aku?
- Bab 46 Pertama, Kamu Harus Mati
- Bab 47 Segala Sesuatu Tentang Wanitaku Adalah Masalah Besar
- Bab 48 Aku Bisa Memuaskan Kamu
- Bab 49 Paman Akan Mengobatimu
- Bab 50 Bukan Orang, Maka Adalah Dewa
- Bab 51 Aku Belajar Sastra Denganmu
- Bab 52 Jangan Kasar pada Pacarku
- Bab 53 Aku Akan Meledakkanmu!
- Bab 54 Hubungan Pacaran Kakak dan Adik
- Bab 55 Aku adalah Penyelamatmu
- Bab 56 Benar-benar Menjadi Lebih Besar
- Bab 57 Serangan Hacker
- Bab 58 Sebentar Lagi Kamu Akan Berlutut
- Bab 59 Patahkan Betis Kecilnya
- Bab 60 Aku Mau Hatimu
- Bab 61 Lihat Siapa yang Paling Besar
- Bab 62 Bagaimana Jika Menjadi Nyonya Muda
- Bab 63 Milikku Juga Akan Mulai Bertumbuh
- Bab 64 Cepat Peluk Aku
- Bab 65 Main Trampolin
- Bab 66 Boleh Sesuka Hati Menyentuh Wanita
- Bab 67 Apakah Menginginkanya Sekarang
- Bab 68 Kamu Seperti Ini Juga Telah Menindasku
- Bab 69 Rela Melakukan Apapun
- Bab 70 Lakukan yang Nyata
- Bab 71 Kalau Kalah Kamu Jadi Istriku
- Bab 72 Sekaligus dengan Pengiring Pengantin
- Bab 73 Dimakan Secara Bersamaan
- Bab 74 Sebuah Teknik
- Bab 75 Ikut Aku untuk Menjemput Para Tamu
- Bab 76 Hadiah Kecil Ini Terlalu Berharga
- Bab 77 Sarapan yang Sangat Mahal
- Bab 78 Aku Datang untuk Menjemput Tamuku
- Bab 79 Tongkat Manusia Pertama di Dunia
- Bab 80 Tidak Hanya Hebat Makan, Tapi Juga Hebat Minum
- Bab 81 Kerabat
- Bab 82 Untuk Kalian
- Bab 83 Terserah Mau Bagaimana Menerimanya
- Bab 84 Kemari Duduk di Pangkuanku
- Bab 85 Apakah Kamu Bisa Menembak?
- Bab 86 Jangan Begitu Kasar
- Bab 87 Wanita Cantik Bunga Sekolah
- Bab 88 Bos Besar yang Sebenarnya
- Bab 89 Anak Muda yang Suka Belajar
- Bab 90 Beri Aku Uang dan Aku Menemanimu Bermain
- Bab 91 Garansi Selama 70 Tahun
- Bab 92 Lakukan Pertujukan Untukku
- Bab 93 Aku Adalah Wanitanya Reza Qiao
- Bab 94 Nama Anak Sudah Disiapkan
- Bab 95 Aku Mau Menjadi CEO Kembali
- Bab 96 Mengapa Begitu Gegabah
- Bab 97 Sangatlah Sempurna
- Bab 98 Cepat atau Lambat
- Bab 99 Reza Qiao Sudah Meninggal
- Bab 100 Orang Baik, Lepaskan Kami
- Bab 101 Hanya Ada Satu Kemungkinan
- Bab 102 Bagaimana Jika Mati Lemas
- Bab 103 Datang Beri Dukungan
- Bab 104 Penghargaan Penonton Terbaik
- Bab 105 Pembunuh Gurun
- Bab 106 Hanya Bisa Bertaruh
- Bab 107 Orang Baik Qiao
- Bab 108 Sangat bermanfaat
- Bab 109 Berpesta di Tengah Hutan
- Bab 110 Ke Arah Segitiga Emas
- Bab 11 Dua Ekor Babi Gemuk
- Bab 112 Sedikitpun Tidak Berpura-pura
- Bab 113 Nama Saya Erwin Liu
- Bab 114 Kamu Ingin Serius?
- Bab 115 Pramugari cantik
- Bab 116 Panggil Kakak Baik
- Bab 117 Aku Punya Sebuah Syarat
- Bab 118 Ada Wanita Cantik Mendukung di Belakang
- Bab 119 Seberapa Patuh Kamu
- Bab 120 Bersemangat
- Bab 121 Gadis Cantik Jangan Gugup
- Bab 122 Reza Sayang Tidak Mau Dengar
- Bab 123 Wanita Cantik juga Dipertaruhkan
- Bab 124 Raja Judi Baru Sudah Lahir
- Bab 125 Bertaruh Untuk Nyawamu
- Bab 126 Dewa Raja
- Bab 127 Lihat Apakah Kamu Tampan
- Bab 128 Peperangan Malam Hari di Pantai
- Bab 129 Aku adalah Pemuda Dewa Judi Itu
- Bab 130 Wanita Cantik Bebas Memilih
- Bab 131 Tidak Lebih Baik Dari Seorang Wanita
- Bab 132 Wanita Cantik Ini Untuk Kalian
- Bab 133 Siasat Seorang Wanita
- Bab 134 Mandi dan Duduk Manis Menunggu
- Bab 135 Mengapa Aku Belum Mati?
- Bab 136 Perusak Tempat Sudah Datang
- Bab 137 Raja Judi Dunia Sudah Datang
- Bab 138 4 Wanita Sekaligus
- Bab 139 Aku Sangat Suka Mentimun
- Bab 140 Kamu Saja Yang Mengambilnya Terlebih Dahulu
- Bab 141 Aku Punya Misophobia
- Bab 142 Bergelut Di Kasur
- Bab 143 Aku Memasang Taruhan 40 Triliun
- Bab 144 Dahsyat
- Bab 145 Peluru Terakhir
- Bab 146 Kematian Raja Judi
- Bab 147 Bajak Laut Cantik
- Bab 148 Tatapan Ini Sungguh Memikat
- Bab 149 Nyawamu Adalah Milikku
- Bab 150 Pertarungan Malam Dalam Rerumpunan Pohon
- Bab 151 Semakin Main Semakin Besar
- Bab 152 Ditekan Sampai Jadi Lurus
- Bab 153 Dipaksa oleh Kamu
- Bab 154 Tidak Terbiasa
- Bab 155 Tingkat Masturbasi Sangat Tinggi
- Bab 156 Domba Hitam
- Bab 157 Bagaimana Pendapat Kakak Ipar
- Bab 158 Tindakan Nyata
- Bab 159 Wanita Muda Cantik Yang Elegan
- Bab 160 Pria Muda Tampan Yang Sepertinya Dikenal
- Bab 161 Lelaki Legendaris Yang Berkarisma
- Bab 162 Ledakan Bom Tengah Malam
- Bab 163 Keberuntungan Yang Besar
- Bab 164 Masalah Ini Tidak Berhubungan Dengan Ketua
- Bab 165 Apanya Yang Menyenangkan
- Bab 166 Orang Berezeki
- Bab 167 Menggoda Sekali
- Bab 168 Suka Minum Susu
- Bab 169 Ada Orang Yang Akan Sial
- Bab 170 Berkata Dengan Memanfaatkan Kesempatan
- Bab 171 Hanya Sebuah Tujuan Kecil
- Bab 172 Apakah Nyaman?
- Bab 173 Keponakan dalam masalah
- Bab 174 Mana Ada Jadi Lebih Besar?
- Bab 175 Semakin Lama Semakin berani
- Bab 176 Sebenarnya Apakah Ada Siasat Lanjutan
- Bab 177 Tugas Indah
- Bab 178 Lumayan Menyukai Gadis Cantik Ini
- Bab 179 Tak Terduga Sekali
- Bab 180 Memuaskan Si Tua Wang
- Bab 181 Lepaskan Dia
- Bab 182 Semakin Dipikir Semakin Terasa Takut
- Bab 183 Orang Ini Pasti Akan Sukses
- Bab 184 Sudah Ingin Menjadi Dewi
- Bab 185 Tidak Apa-Apa Jika Tidak Terima
- Bab 186 Benar-Benar Mudah Merasa Puas
- Bab 187 Bergelut Di Sofa
- Bab 188 Menghantam Batu Dengan Telur
- Bab 189 Membagi Kubu
- Bab 190 Mengambil Pekerjaan
- Bab 191 Rindu Dengan Kakak Baik
- Bab 192 Benar-Benar Dirusak
- Bab 193 Penggal Kepala
- Bab 194 Tusukan Pisau Ini Kejam Sekali
- Bab 195 Musuh Yang Sama
- Bab 196 Hadiah Besar
- Bab 197 Pekerjaan Sampingan