Asisten Bos Cantik - Bab 113 Nama Saya Erwin Liu

“Omong kosong, selama aku memberi perintah, kamu akan menjadi anjing mati.” Kata Husten Huo dengan arogan.

Reza Qiao memandang guru, teman sekelas di sekitarnya dan mengerutkan kening. Kesempatan ini sepertinya tidak tepat. Begitu banyak orang bersujud pada dirinya dan memanggilnya tuan, pasti akan menimbulkan masalah bagi Tary Jiang.

"Bolehkan kita pindah tempat? ke lapangan."

“Haha, apa kamu malu dilihat banyak orang?” Kata Husten Huo dengan sombong.

"Ya, terlalu banyak orang yang lewat di sini."

Husten Huo merenung, ini karena dia membawa begitu banyak orang untuk mengepung Reza Qiao, kemungkinan orang-orang yang lihat akan mengatakan bahwa dia membully orang dengan mengandalkan jumlahnya yang banyak.

“Baik, kita ke lapangan.” Husten Huo melambaikan tangannya.

Ketika Reza Qiao hendak pergi, Tary Jiang menangkapnya dan berkata dengan cemas: "Bang Qiao, jangan pergi. Orang-orang itu dari tim seni bela diri, mereka pasti akan membunuhmu."

Reza Qiao tertawa: "Tary, kamu ikut denganku. Jika aku terbunuh, kamu bisa mengurus mayatku."

Setelah berbicara, Reza Qiao langsung pergi.

Tary Jiang menyaksikan Reza Qiao bersikeras pergi ke lapangan, dia khawatir Reza akan terjadi apa-apa, sehingga buru-buru mengikutinya.

Husten Huo melambaikan tangannya, dan tim seni bela diri yang beranggota 30 orang bersemangat tinggi, mencibir dan mengejek Reza Qiao.

"Hanya seorang bocah tapi berani merayu Tary Jiang. Dasar kodok jelek yang ingin mengapai angsa."

"Tary Jiang adalah bunga universitas kami, dan hanya Tuan muda Ketiga yang layak untuknya."

"Pastikan untuk mempermalukan bocah ini untuk Tuan muda ketiga."

"Setelah penghinaan selesai, kita harus menghajarnya hingga dia tidak berani mendekati Tary Jiang lagi ..."

Mendengarkan apa yang dikatakan oleh mereka Reza Qiao hanya tersenyum.

Tary Jiang melihat bahwa Reza Qiao tidak hanya tidak takut pada saat ini, tetapi juga tertawa begitu bahagia. Dia khawatir dan berbisik kepada Reza Qiao, “Bang Qiao, maukah kamu memanggil bawahanmu dan memberi mereka sedikit mengajari pelajaran."

“Tary, apa kamu khawatir aku tidak bisa menangani mereka?” Reza Qiao tersenyum pada Tary Jiang.

“Ya, kelompok orang ini berasal dari tim seni bela diri, mereka sangat ahli, jumlah mereka 30 orang, bagaimana mungkin kamu bisa melawan mereka sendirian?”Kata Tary Jiang dengan khawatir.

Meskipun Tary Jiang tahu bahwa Reza Qiao pemberani, tapi dia belum pernah melihat kemampuan Reza Qiao dengan matanya sendiri. Dia takut Reza Qiao akan menderita, jadi dia menyarankan Reza untuk memanggil bawahannya.

Tary Jiang tahu bahwa selama Reza Qiao menelepon, Geng Qingtian akan bergegas kemari, dan bahkan jika hanya belasan bawahan yang datang, itu sudah cukup untuk membereskan Husten Huo serta sekelompok orang ini.

Tetapi saat ini, Reza Qiao kalah jumlah.

Tary Jiang tidak dapat membayangkan bagaimana Reza Qiao dapat melawan 30 orang sendirian, dan sangat khawatir.

Reza Qiao tersenyum dan berkata kepada Tary Jiang: "Tary, sebentar lagi aku akan menunjukkan pertunjukan bagus untukmu."

"Pertunjukan bagus apa?"

"Mereka akan bersujud padaku dan memanggilku Tuan."

“Ah, bagaimana mungkin?” Tary Jiang membuka lebar matanya.

"Aku, Reza Qiao, semua hal yang terjadi akan menjadi mungkin, tunggu dan lihat saja."

Ketika sampai di lapangan, tidak terdapat banyak orang disini, hanya sekelompok pemain bola basket. Melihat Husten Huo membawa begitu banyak orang bersama Reza Qiao dan Tary Jiang, mereka semua berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.

Husten Huo dan 30 anggota tim seni bela diri mengelilingi Reza Qiao, dan berkata sambil menyeringai: "Reza Qiao, ayo, bersujud padaku 20 kali, kemudian lanjut panggil aku Tuan sebanyak 20 kali.”

Reza Qiao mendengus: "Dasar bocah, aku segenerasi dengan ayahmu, kamu benar-benar tidak mengerti etika."

“Omong kosong, aku sudah bertanya pada Ayahku, dia tidak ada hubungannya denganmu.” Kata Husten Huo dengan marah.

“Oh, kamu benar-benar bertanya pada ayahmu? Tampaknya saudara Charles orang yang pelupa. Tidak heran jika orang yang sedang sekarat punya ingatan yang buruk. Ketika Saudara Charles meninggal, jangan lupa untuk beritahu aku. Aku akan memberinya sebuah karangan bunga yang besar.”

Wajah Husten Huo berubah karena marah: "Brengsek, jika aku tidak memberimu pelajaran hari ini, kamu tidak akan tahu seberapa hebat aku."

"Bagaimana kamu memberiku pelajaran? Apa itu pertarungan satu lawan satu atau kelompok?"

"Pertarungan kelompok."

"Mengapa tidak pertarungan satu lawan satu?"

"Karena aku merasa pertarungan kelompok itu lebih menyenangkan."

"Jadi kalian semua akan memukulku dengan tangan kosong?"

"Benar."

Reza Qiao menggelengkan kepalanya: "Ini tidak menyenangkan."

"Jadi harus seperti apa baru menyenangkan?"

"Karena kalian semua berlatih seni bela diri, kurasa kalian seharusnya ahli dalam menggunakan senjata. Aku sarankan kalian semua masing-masing memakai senjata, sehingga aku dapat melihat kemampuan kalian." Kata Reza Qiao perlahan.

Husten Huo dan 30 anggota tim seni bela diri tertawa terbahak-bahak, bocah ini terlalu cupet hingga menyarankan mereka menggunakan senjata.

"Tuan Muda ketiga, karena bocah ini begitu sombong, maka kita kembali mengambil senjata saja."

Husten Huo mengangguk: "Baik, karena dia ingin menguji kemampuan kita, maka kita akan melakukan sesuai keinginannya. Ini yang dia usulkan sendiri, dan tidak ada yang akan disalahkan jika dia terbunuh."

Reza Qiao mengangguk: "Benar, aku yang mengusulkannyya, ambillah senjata."

Mata Husten Huo berputar: "Tunggu, kamu pasti ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri."

"Jangan khawatir tentang ini, cukup suruh 10 orang kembali untuk mengambil senjata, dan 20 sisanya akan mengawasiku."

Husten Huo tertawa. Ide ini lumayan bagus, baiklah kalau begitu.

10 orang kembali untuk mengambil senjata, dan 20 yang lainnya tetap mengepung Reza Qiao.

Reza Qiao mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya dengan penuh semangat.

10 orang yang kembali tadi segera datang lagi, dan membagikan senjata pada tim bela diri, senjatanya terdapat tongkat besi, pedang besar, nunchakus, dan tombak.

Mereka mulai memainkan senjata yang mereka pegang dengan penuh semangat.

Dan seorang guru lewat: "Hei, apa yang kalian lakukan?"

Husten Huo buru-buru berkata, "Guru, tim seni bela diri sedang berlatih."

Semua orang mengangguk, "Ya, benar, guru, kami sedang berlatih."

Ketika Tary Jiang hendak berbicara tiba-tiba Reza Qiao menatapnya.

Tary Jiang ragu-ragu dan tidak mengatakan apa-apa.

Guru itu mengangguk dan pergi.

Dengan adanya senjata, Husten Huo dan orang-orangnya menjadi semakin berani, dan mereka yakin akan menang.

Para penonton pemain bola basket menggelengkan kepala.

"Hei, bocah itu sepertinya bakal mampus hari ini."

"Aku tidak tahu bagaimana bocah itu bisa menyinggung Husten Huo ..."

Reza Qiao memandang para anggota tim bela diri: "Ayo, berbaris sebanyak tiga baris, dengarkan aba-abaku, dan bersiaplah untuk latihan."

Husten Huo tercengang, apa yang dilakukan Reza Qiao? Mengapa dia mulai memberi perintah?

Seluruh tim bela diri juga kaget, apa maksud orang ini? Ingin kami tunjukkan kemampuan pedang besar kami?

Husten Huo sadar kembali dan melambaikan tangannya: "Teman-teman, jangan banyak bicara dengannya, ayo maju..."

Para anggota tim seni bela diri bergegas menuju Reza Qiao sambil mengayunkan senjata mereka.

Melihat senjata-senjata besi itu meluncur ke arah Reza Qiao, Tary Jiang menutup matanya dengan ketakutan.

Wajah para penonton pemain bola basket juga berubah.

Reza Qiao terkekeh, tubuhnya mulai bergerak, dan dia berputar cepat di sekitar pengepungan, dan kemudian suara logam yang berjatuhan serta suara teriakan kesakitan mulai terdengar.

Tary Jiang membuka matanya, dan dia terkejut sekaligus senang. Dalam waktu yang singkat, Husten Huo serta 30 anggota tim seni bela diri semuanya berbaring di tanah, dan senjata besi berserakan di tanah.

Ternyata kemampuan bela diri Reza Qiao begitu bagus, tidak heran anggota Geng Qingtian begitu memuja dan menghormatinya.

Melihat Husten Huo dan 30 anggota tim bela diri berbaring ditanah, para pemain bola basket di kerumunan semua tercengang. Sial, orang ini sangat kuat, hanya melihatnya berlari dan berputar disekitar pengepungan, tapi tidak melihat dengan jelas sejak kapan dia menyerang, dalam sekejap begitu banyak orang sudah terbaring.

Reza Qiao bertepuk tangan dan mendengus.

Sekelompok orang ini masih pelajar, sehingga dia sedikit lembut terhadap mereka.

Husten Huo dan para anggota tim seni bela diri mendengar tawa Reza Qiao saja sudah mulai ketakutan, mereka tidak menyangka orang ini begitu kuat.

Reza Qiao mengambil tongkat besi dan mengayunkannya, Husten Huo dan anggota tim bela diri menutupi kepala mereka dengan ketakutan, karena takut tongkat besi di tangan Reza akan mengenai mereka.

Kemudian Reza Qiao melemparkan tongkat besi itu ke tanah.

Semua orang melihat lebih dekat, tongkat besi tebal itu dipelintir hingga berbentuk twist goreng.

Semua orang menarik napas, tenaga dalam bocah ini luar biasa, sangat menakutkan.

Reza Qiao melihat ke arah Husten Huo: "Bocah muda ketiga, apa yang kamu katakan tadi, bersujud 20 kali dan memanggil tuan 20 kali bukan? Baik, ayo, semua bersama-sama, aku akan mematahkan lehernya bagi yang tidak patuh."

Husten Huo dan anggota tim seni bela diri saling memandang, ketakutan, tetapi ragu-ragu.

Wajah Reza Qiao berubah: "Aku akan menghitung sampai 3, 1 ..."

Begitu Reza Qiao mulai menghitung 1, Husten Huo yang ketakutan dan anggota tim seni bela diri tidak ragu lagi sama sekali. Husten Huo memimpin berlutut bersama, bersujud dan berteriak memanggil tuan.

Para penonton pemain bola basket sangat bersemangat, dan mereka semua mengeluarkan ponsel mereka untuk mengambil foto.

Guru yang baru saja lewat kembali lagi dan terkejut melihat adegan ini: "Hei, apa yang kalian lakukan?"

Reza Qiao tersenyum: "Halo guru, tim seni bela diri sedang berlatih kung fu."

“Kung fu? Kenapa aku belum pernah melihat kung fu semacam ini?” Guru itu tertegun.

"Ini adalah jenis kung fu yang baru dikembangkan, Husten Huo mempelajarinya terlebih dahulu, dan kemudian mengajak semua orang untuk berlatih."

“Benarkah?” Guru itu memandang Husten Huo.

Husten Huo merasa sangat menderita, tetapi dia tidak berani mengatakan yang sebenarnya di depan Reza Qiao, jadi dia hanya mengangguk.

Guru itu memandang Tary Jiang yang berdiri di samping dan para penonton pemain bola basket: "Apakah benar?"

Tary Jiang menahan senyumnya dan mengangguk dengan penuh semangat: "Guru, itu benar."

Para penonton pemain bola basket tidak dapat menahan tawa dan berkata, "Ya, guru, kung fu ini sangat unik dan benar-benar baru."

Guru itu ragu. Sungguh lucu melihat mereka bersujud. Dia tidak bisa menahan tawa dan menatap Reza Qiao lagi: "Kamu dari fakultas mana?"

Reza Qiao berkata dengan serius: "Lapor guru saya dari fakultas Jianghu."

"Fakultas Jianghu? Universitas ini tidak memiliki fakultas itu." Guru itu mengerutkan kening.

"Guru pasti baru saja pindah, dan belum tahu banyak tentang fakultas universitas ini.” Kata Reza Qiao.

Guru itu marah: "Omong kosong, aku sudah hampir 20 tahun di Universitas Kota Qing, aku tahu dengan jelas setiap fakultas yang ada di universitas ini. Tidak ada fakultas Jianghu seperti yang kamu katakan."

Reza Qiao mengedipkan mata: "Tidak ada sekarang bukan berarti tidak akan ada kedepannya. Apakah guru tahu bahwa kepala sekolah berencana mendirikan fakultas Jianghu ini?"

"Oh, apa kepala sekolah benar-benar punya rencana ini?"

"Ya, begitu kepala sekolah mendapat rencana ini, akulah yang pertama mendaftar."

"Jadi, sekarang kamu bukan dari fakultas Jianghu?"

Tary Jiang berkata saat ini: "Guru, dia dari fakultas bahasa asing, dan dia akan pindah fakultas."

Reza Qiao tersenyum, karena Tary Jiang bekerja sama dengan baik.

"Benar, Guru, aku berencana untuk pindah ke fakultas Jianghu."

Guru itu mengerti, mengangguk dan berkata: "Bukankah fakultas bahasa asing itu bagus? Mengapa kamu ingin pindah?"

Reza Qiao berkata dengan sedih: "Fakultas bahasa asing isinya wanita semua, mereka membullyku setiap hari, jadi aku memutuskan untuk pindah."

Guru itu tertawa: “Para anak laki-laki ingin sekali masuk ke fakultas bahasa asing, tapi kamu justru ingin pindah dari situ, sepertinya kamu merupakan murid yang baik yang tidak bertujuan dekat dengan wanita.

"Apa yang dikatakan guru benar. Keunikan dariku itu mengincar prestasi bukan wanita cantik.”

"Siapa namamu?"

"Nama saya Erwin Liu."

"Erwin Liu? Apa hubungan antara kamu dan Vincent Liu?"

"Vincent Liu adalah sepupu kelima dari keponakan ketiga paman keduaku.” Omong kosong Reza Qiao.

Tary Jiang menutup mulutnya dan tersenyum.

Guru itu senang, murid bernama Erwin Liu ini sangat lucu.

Guru tersebut tersenyum dan pergi.

Husten Huo memimpin para anggota tim seni bela diri bersujud, berlutut di tanah dan melihat ke arah Reza Qiao.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu