After Met You - Bab 623 Keinginan Membunuh Yang Tak Terkendalikan

“Eh... Benar-benar mau merokok?” Andrea menatap Candra Gail, masih tetap tidak menjulurkan tangan untuk mengeluarkan rokok.

Tatapan mata Candra Gail semakin mendalam berkali-kali lipat. Andrea akhirnya hanya bisa memberikannya sepuntung rokok dan menyalakannya.

Sudah sangat lama Candra Gail tidak pernah menyentuh rokok. Setelah menyesapnya dua kali, ia merasa tidak ada rasa apapun lalu akhirnya membuangnya.

Andrea memandang puntung roko yang apinya sudah Candra Gail padamkan, lalu menanyakan tujuan tindakannya kali ini: “Kemana Daniel pergi?”

“Kenapa? Karena Lina tidak rela berpisah jadi kamu juga tidak rela?” Candra Gail memalingkan wajahnya untuk menatap Andrea dengan raut tidak mengerti.

Andrea terdiam.

“Bos, kamu jangan bercanda.” Andrea sedikit tidak berdaya, bosnya ini memang terlalu aneh.

“Kalau memang tidak, apa pengaruhnya jika ia pergi?”

“Tapi...” Walaupun bukan karena Lina, kondisi kesehatan bos sekarang juga tidak bisa terpisahkan dari Daniel Mo, bukan.

Rait wajah Candra Gail sedikit berubah: “Kamu sudah tahu?”

“Hah?” Andrea sedikit kaget. Ia bahkan belum mengatakan apapun, bagaimana mungkin bos bertanya seperti itu padanya.

“Aku sendiri tahu jelas kesehatan jasmani dan psikisku, tidak perlu orang lain mengkhawatirkannya.” Raut wajah Candra Gail menjadi dingin, bahkan suaranya menjadi sedingin es.

Andrea juga dapat merasakannya. Sepertinya, kondisi temperamen Candra Gail yang ia temui hari ini lebih baik daripada Candra Gail yang ia temui sebelumnya.

Tentu saja, ini hanya Andrea rasakan saat berhadapan dengan bosnya itu.

Dalam hati Andrea mengira bahwa kondisi Candra Gail yang mulai membaik ini karena Daniel Mo sudah berhasil menyembuhkannya.

Karena itu, ia juga tidak bertanya lebih lanjut lagi dan hanya mengangguk singkat: “Ya.”

Candra Gail melirik Andrea sekilas, lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke dalam kantor.

Sedangkan Andrea tetap tinggal di tempat dan agak sedikit melamun.

Ia masih merasa aneh dengan kepergian Daniel Mo yang tiba-tiba.

Daniel Mo baik-baik saja di negara J, ia juga punya laboratorium. Ia bukanlah tipe pria yang suka bersosialisasi dan juga tidak suka keluar rumah. Bagimana mungkin tiba-tiba terpikir untuk pergi menjadi dokter MSF?

Tiba-tiba, Candra Gail yang berjalan sudah hampir sampai di pintu kantor kembali membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Andrea.

“Bos?”

“Aku ingat, sebelumnya kamu bilang sudah menemukan Lukman?” Karena belakangan ini Yuni Lim datang bekerja di kantor, Candra Gail hanya bisa setiap saat dan setiap waktu menemani wanita itu. Fokusnya pun terlah berpindah dan tidak pernah lagi bertanya pada Andrea tentang masalah Lukman.

Begitu mendengar Candra Gail mengungkit tentang Lukman, raut wajah Andrea pun berubah: “Hari kedua saat aku membawa orang dan pergi kesana, ia sudah tidak ada disitu.”

“Sudah menemukannya lagi, belum?” Nada bicara Candra Gail tenang, tidak terdengar ekspresi apapun.

Telapak tangan Andrea mulai berkeringat. Setelah menelan ludah, ia baru berujar: “Belum...”

Kemudian, ia langsung buru-buru menjelaskan: “Tapi sudah ada kabar.”

Andrea mengira Candra Gail akan langsung mengamuk, tapi ternyata tidak.

Candra Gail hanya merenung sejenak, lalu berkata: “Setelah menemukannya, tidak perlu langsung membunuhnya. Juga jangan membuat keributan yang tidak perlu. Cari orang untuk mengawasinya setiap waktu. Ingat, tidak boleh sampai membunuhnya. Satu lagi, masalah ini harus dijaga kerahasiaannya. Yuni tidak boleh sampai tahu.”

“Baik.”

Hati Andrea sedikit kaget. Ia masih ingat sebelumnya Candra Gail pernah berkata bahwa ia ingin bertemu dengan Lukman lagi ketika pria itu sudah berstatus sebagai mayat.

Tidak disangka, tidak lama setelahnya, fokusnya telah berubah.

“Pergilah.”

Candra Gail tidak mungkin bertanggung jawab dengan ketidakpastian dalam hatinya. Ia mengibaskan tangannya, menandakan Andrea boleh pergi.

Candra Gail mondar-mandir berjalan pelan menuju ke kantornya, raut wajahnya terlihat sangat tegang.

Ia masih ingat akan amarah dan keinginan membunuh yang tidak dapat ia kendalikan.

Waktu itu saat ia memberikan perintah pada Andrea, ia memang benar-benar menginginkan kematian Lukman. Bahkan sampai-sampai ia sangat ingin membunuh Lukman dengan tangannya sendiri.

Tapi, akal sehatnya tahu bahwa membunuh Lukman bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah.

Kalau ia benar-benar membunuh Lukman, Yuni Lim akan mengingat perbuatannya seumur hidup.

Setelah insiden virus ‘K1LU73’ ini, Yuni Lim tidak mungkin menjadi lebih dekat lagi dengan Lukman. Tapi ia juga pasti tidak mungkin berharap pria itu mati, lebih tidak bersedia lagi melihat Lukman mati karena dibunuh oleh Candra Gail.

Candra Gail sudah terbiasa dengan sifat Yuni Lim, ia bisa menebaknya.

Akan tetapi setelah jatuh sakit, Candra Gail bisa kehilangan akal sehatnya. Ia menjadi memiliki keinginan yang kuat untuk membunuh dan menghancurkan, kecurigaannya akan sesuatu menjadi semakin hebat...

Semua sifatnya ini sangat memungkinkan dapat melukai Yuni Lim.

Penyakit kejiwaan turunan dalam keluarga ini selalu menjadi rahasia yang paling ditutup rapat oleh keluarga Morgen Wen.

Waktu itu, Sandi Gail bisa pulang kembali ke negara Z dan bertahun-tahun lamanya tidak kembali juga karena ia tidak sengaja mencuri dengar masalah ini. Ia bisa menjamin dirinya akan menelan rahasia ini dan menguburnya dalam perutnya, namun sebagai orang yang berkuasa dalam keluarga Morgen Wen, Marco Gail tidak bisa mempercayainya.

Setiap orang yang berjabatan tinggi dan berkuasa memiliki harga diri tersendiri, mereka hanya akan mempercayai diri sendiri.

Lagipula bagi Marco Gail, hidup-mati dan keberhasilan-kegagalan keluarga jauh lebih penting daripada putra-putri kandungnya sendiri.

Oleh karena itu, Marco Gail yang cerdik membuat dokter yang mengobati istrinya meninggal dalam kecelakaan mobil. Saat itu, Sandi Gail berpura-pura sedang mengejar Iwan Goh sebagai alasan. Ia pergi ke negara Z dan sekalinya pergi, ia pergi selama bertahun-tahun. Bahkan sampai mati pun ia tetap tidak bisa kembali.

Hanya saja, rahasia yang ia rahasiakan selama separuh hidupnya tidak sengaja ia beritahukan pada Candra Gail saat suatu kali ia mabuk minum-minum.

Saat itu, usia Candra Gail masih sangat kecil. ‘Penyakit jiwa turunan’ tidak begitu tertera kuat dalam hatinya. Ia melewati bertahun-tahun kemudian dengan tenang. Ia bahkan tidak terlalu memperhatikan Daniel Mo, seorang dokter yang sangat berbakat yang ada di sampingnya.

Tidak ada orang yang bisa menandingi keberhasilan Candra Gail. Ia juga pernah sombong dan memiliki harga diri yang tinggi. Beberapa tahun belakangan ini, sepertinya ia sudah hampir melupakan itu.

Candra Gail tidak menyangka takdir malah memberikannya sebuah pukulan berat untuk seumur hidupnya.

Walaupun kesuksesannya tidak dapat ditiru oleh siapapun, walaupun posisinya semakin hari semakin tinggi, walaupun ia sudah mempersiapkan diri untuk melewati hari-hari yang damai setelah membereskan semuanya, namun takdir tetap tidak mengampuninya.

...

Mungkin karena Yuni Lim teringat akan Lukman saat bicara dengan Candra Gail sebelumnya, pikirannya pun tidak fokus selama sisa hari itu.

Untung saja pekerjaan hari ini juga tidak terlalu banyak dan tidak terlalu padat sehingga Yuni Lim tidak melakukan kesalahan.

Dulu saat ia dan Candra Gail pergi keluar bersama-sama, ia menerima secarik kertas itu. Tulisan tangan dan kedua huruf ‘LU’ itu membuktikan bahwa kertas catatan itu ditulis oleh Lukman untuknya.

Kemudian karena masalah Candra Gail, ia pun hanya bisa menunda kepergiannya.

Sekarang dengan kondisi Candra Gail yang berangsur membaik, Yuni Lim pun memantapkan diri untuk bertemu dengan Lukman.

Hanya saja, Candra Gail selalu mengawasinya dengan sangat ketat. Mereka berdua tidak terpisahkan. Kalau ia mau keluar, Candra Gail pasti akan menginterogasinya atau langsung pergi bersamanya keluar.

Tapi, yang tidak Yuni Lim sangka adalah betapa cepatnya kesempatan itu datang menghampirinya.

...

Tidak sampai dua hari berlalu, Lina pun kembali.

Pertama-tama, ia menghubungi Yuni Lim.

Kebetulan hari itu adalah hari Sabtu.

Yuni Lim kebetulan sedang berada di ruang baca Candra Gail dan berbincang tentang rencana kerja sama dengan Bate Charlene. Telepon dari Lina justru datang di saat itu.

Candra Gail sedang melihat rencananya, dengan Yuni Lim yang berada di sampingnya sambil menunggu keputusannya serta ide pria itu. Tepat pada saat itu, ponselnya pun berbunyi.

Yuni Lim mengambil ponselnya dan begitu melihat Candra Gail sedang mengangkat kepala untuk melihatnya, ia pun menegakkan tubuhnya lalu mengedipkan mata dan berujar: “Aku angkat telepon dulu.”

“Dari siapa?” Raut wajah Candra Gail tidak berubah, tapi membuat Yuni Lim merasa bahwa pria itu sedang merasa tidak puas.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu